Debat Sengit Kaum Muhajirin dan Anshar Jelang Pemilihan Khalifah, Abu Bakar Dibai'at

Selasa, 22 Desember 2020 - 05:00 WIB
"Mereka tetap tangguh menghadapi musuh yang tidak sedikit jumlahnya. Mereka adalah manusia-manusia pertama di permukaan bumi ini yang bersembah sujud kepada Allah. Merekapun orang-orang pertama yang beriman kepada Rasulullah. Mereka adalah orang-orang kepercayaan dan sanak famili beliau. Mereka lebih berhak memegang kepemimpinan sepeninggal beliau. Dalam hal itu tidak akan ada orang yang menentang kecuali orang yang zalim."

"Sesudah kaum Muhajirin, tak ada orang yang mempunyai kelebihan dan kedinian memeluk Islam selain kalian. Oleh karena itu patutlah kalau kami ini menjadi pemimpin-pemimpin dan kalian menjadi pembantu-pembantu kami. Dalam musyawarah kami tidak akan mengistimewakan orang lain kecuali kalian, dan kami tidak akan mengambil tindakan tanpa kalian."

Mendengar penjelasan Abu Bakar tersebut, seorang Anshar bernama Hubab bin Al Mundzir bersitegang-leher. Ia berseru kepada kaumnya: "Hai Orang-orang Anshar! Pegang teguhlah apa yang ada di tangan kalian. Mereka itu (kaum Muhajirin) bukan lain hanyalah orang-orang yang berada di bawah perlindungan kalian. Orang-orang Anshar tidak akan bersedia menjalankan sesuatu, selain perintah yang kalian keluarkan sendiri. Kalianlah yang melindungi dan membela

Rasulullah. Kepada kalian mereka berhijrah. Kalian adalah tuan rumah lslam dan Iman.

Demi Allah, Allah tidak disembah secara terang-terangan selain di tengah-tengah kalian dan di negeri kalian. Salat pun belum pernah diadakan secara berjama'ah selain di masjid-masjid kalian. Iman pun tidak dikenal orang di negeri Arab selain melalui pedang-pedang kalian. Oleh karena itu peganglah teguh-teguh kepemimpinan kalian. Jika mereka menolak, biarlah dari kita seorang pemimpin dan dari mereka seorang pemimpin!"

Sekarang tibalah saatnya Umar bin Khattab berbicara. Dengan nada keras tertahan-tahan ia berkata: "Alangkah jauhnya pikiran itu. Dua bilah pedang tak mungkin berada dalam satu sarung! Orang-orang Arab tak mungkin rela menerima pimpinan kalian. Sebab, Nabi mereka bukan berasal dari kalian. Orang-orang Arab tidak akan menolak jika kepemimpinan diserahkan kepada golongan Quraiys. Sebab, baik kenabian maupun kekuasaan berasal dari mereka.

"Itulah alasan kami," kata Umar selanjutnya, "yang sangat jelas bagi orang-orang yang tidak sependapat dengan kami. Dan itu pulalah alasan yang sangat gamblang bagi orang-orang yang menentang pendapat kami. Tidak akan ada orang yang menentang pendapat kami mengenai kepemimpinan Muhammad dan ahli warisnya.

Tidak akan ada orang yang dapat membantah bahwa kami ini adalah orang-orang kepercayaan dan sanak famili beliau. Hanyalah orang-orang yang hendak menghidupkan kebatilan sajalah yang mau berbuat dosa, atau mereka sajalah

orang-orang yang celaka!"

Hubab bin Al-Mundzir berdiri lagi seraya berteriak: "Hai orang-orang Anshar, jangan kalian dengarkan perkataan orang itu dan rekan-rekannya! Mereka akan merampas hak kalian. Jika mereka tetap menolak apa yang telah kalian katakan, keluarkanlah mereka itu dari negeri kalian, dan peganglah sendiri kepemimpinan atas kaum muslimin.

Kalian adalah orang-orang yang paling tepat untuk urusan itu. Hanya pedang kalian sajalah yang sanggup menyelesaikan persoalan ini dan dapat menundukkan orang-orang yang tak mau tunduk.

Biasanya pendapatku sering berhasil menyelesaikan persoalan rumit seperti ini. Aku mempunyai cukup pengalaman dan pengetahuan tentang asal mula terjadinya persoalan seperti ini.

Demi Allah, jika masih ada orang yang membantah apa yang kukatakan, akan kuhancurkan batang hidungnya dengan pedang ini!" Hubab berkata demikian, sambil menghunus pedang dari sarungnya.

Abu Bakar Dibai'at

Ibnu Abil Hadid dalam bukunya mengemukakan lebih lanjut tentang peristiwa debat di Saqifah Bani Sa'idah itu sebagai berikut:

Pada waktu Basyir bin Sa'ad Al-Khazrajiy melihat orang Anshar hendak bersepakat mengangkat Sa'ad bin 'Ubadah sebagai Amirul Mukminin, ia segera berdiri. Basyir sendiri adalah orang dari qabilah Khazraj. Ia merasa tidak setuju jika Sa'ad bin Ubadah terpilih sebagai Khalifah.

Berkatalah Basyir: "Hai orang-orang Anshar! Walaupun kita ini termasuk orang-orang yang dini memeluk agama Islam, tetapi perjuangan menegakkan agama tidak bertujuan selain untuk memperoleh keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak boleh membuat orang banyak bertele-tele, dan kita tidak ingin keridhoan Allah dan Rasul-Nya diganti dengan urusan duniawi.

Muhammad Rasulullah SAW adalah orang dari Quraiys dan kaumnya tentu lebih berhak mewarisi kepemimpinannya. Demi Allah, Allah SW tidak memperlihatkan alasan kepadaku untuk menentang mereka memegang kepemimpinan ummat. Bertakwalah kalian kepada Allah. Janganlah kalian menentang atau membelakangkan mereka!"

Mendengar suara orang Anshar memberi dukungan kepada kaum Muhajirin, Abu Bakar berkata lagi: "Inilah Umar dan Abu Ubaidah ! Bai'atlah salah seorang, mana yang kalian sukai!"

Tetapi dua orang yang ditunjuk oleh Abu Bakar menyahut dengan tegas: "Demi Allah, kami berdua tidak bersedia memegang kepemimpinan mendahuluimu. Engkaulah orang yang paling afdhal di kalangan kaum Muhajirin. Engkaulah yang mendampingi Rasulullah di dalam gua, dan engkau jugalah yang mewakili beliau mengimami shalat-shalat jama'ah selama beliau sakit.

Shalat adalah sendi agama yang paling utama. Ulurkanlah tanganmu, engkau kubai'at." ( )

Tanpa berbicara lagi, Abu Bakar segera mengulurkan tangan dan kedua orang itu -- yakni Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah-- segera menyambut tangan Abu Bakar sebagai tanda membai'at.

Kemudian menyusul Basyir bin Sa'ad mengikuti jejak Umar dan Abu Ubaidah.

Pada saat itu Hubab bin Al-Mundzir berkata kepada Basyir: "Hai Basyir, engkau memecah belah! Engkau berbuat seperti itu hanya didorong oleh rasa iri hati terhadap anak pamanmu, Sa'ad bin 'Ubadah".

Begitu melihat ada seorang pemimpin qabilah Khazraj membai'at Abu Bakar, seorang terkemuka dari kabilah Aus, bernama Usaid bin Udhair, segera pula berdiri dan turut menyatakan bai'atnya kepada Abu Bakar.

Dengan langkah Usaid ini, maka semua orang dari kabilah Aus akhirnya menyatakan bai'atnya masing-masing kepada Abu Bakar dan Sa'ad bin Ubadah terbaring tak mereka hiraukan.

Sampai hari-hari selanjutnya, Sa'ad bin 'Ubadah tetap tidak mau menyatakan bai'at kepada Abu Bakar. Hal itu sangat menimbulkan kemarahan Umar bin Khattab.
Halaman :
Follow
Hadits of The Day
Dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:  Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta bersungguh-sungguh menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat pada suaminya.  Maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.

(HR. Ahmad 1:191)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More