3 Jenis Iman Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani

Jum'at, 29 Januari 2021 - 19:49 WIB
Seorang muslim harus dapat memahami hakikat iman yang sesungguhnya agar tidak mudah goyah. Foto/ilustrasi
Salah satu nikmat terbesar Allah kepada manusia adalah limpahan karunia iman dan Islam. Tanpa iman kepada Allah dan Rasul-Nya, seseorang akan celaka di hari akhir. Itu sebabnya Al-Qur'an mengingatkan kita agar jangan mati kecuali dalam keadaan beriman.

Jika kita ditanya: "Apa sajakah yang berhubungan dengan hakikat iman yang disebut dengan tashdiq? Maka hendaklah berkata: "Aku percaya, aku membenarkan dan aku mengakui terhadap Allah, para Malaikat, Kitab-kitab, para utusan (Nabi dan Rasul), Hari Akhir dan Qadar baik dan buruknya dari Allah.



Demikian kata Syekh Muhammad An-Nawawi Al-Jawwi Al-Bantani dalam Kitab Qotrul Ghoits (cahaya iman). Ini juga dikatakan oleh Imam Muslim dari Sayyidina Umar dari hadis Jibril. Apabila kamu mengambil dari riwayat Imam Al-Bukhari yang juga dari hadits Jibril, maka hendaklah kamu berkata: "Aku percaya terhadap Allah, para Malaikat, dan berjumpa dengan-Nya, terhadap para utusan, dan ba'ats (pembangkitan)."

Sebagian ulama mengatakan, barang siapa yang di masa kecilnya telah mempelajari "Aku percaya kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab, para utusan, hari akhir dan qadar baik dan buruknya dari Allah," dan dia tahu bahwa itu yang disebut iman, hanya saja dia tidak bisa memperbaiki tafsirannya, maka dia belum dihukumi beriman.



Sebagian ulama juga mengatakan, iman seseorang pada waktu ya'su, yaitu waktu sakaratil maut ia melihat tempatnya di surga dan neraka imannya tidak diterima. Sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم dalam satu hadisnya:

رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّه قَالَ أَنَّ العَبْدَ لَنْ يَمُوتَ حَتَّى يَرَى مَوْضِعَََهُ فِى الْجَنَّةِ اَوْ فِى النَّارِ

Diriwayatkan dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba tidak akan mati hingga ia melihat tempatnya di surga atau di neraka."

Lain halnya dengan taubat orang yang sedang sakaratul maut, taubatnya diterima setelah imannya sah. Karena ada sebuah keterangan yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

رُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ للهِ صَلَّى اللهُ عَلََيْهِ وَسَلَّمَ تُُُقْبَلُ تَوْبَةُ العَبْدِ المُؤْمِنِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ (اي مَََََا لَمْ تَبْلُغْ) رُوْحُهُ الحُلْقُومَ

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya beliau berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Taubat seorang hamba yang beriman akan diterima selagi nyawanya belum sampai ke tenggorokan."

Ketahuilah bahwa iman terhadap Allah ada tiga macam, yaitu:

1. Iman Taqlidy

Seseorang ber-i'tiqad (berkeyakinan) terhadap ke-esa-an Allah dengan cara mengikuti perkataan ulama tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak akan terbebas dari keterombang-ambingan yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang mendatangkan keraguan.

2. Iman Tahqiqy

Sebuah bisikan atau kata hati seseorang terhadap ke-esa-an Allah, dengan sekiranya seandainya penduduk bumi berbeda dengannya dalam apa yang telah dibisikan hatinya, niscaya tidak akan terdapat kegoyahan di hatinya.

3. Iman Istidlaly

Seseorang menjadikan dalil atau petunjuk dari sesuatu yang diciptakan terhadap yang menciptakan, dari suatu bekas terhadap yang menjadikan bekas. Misalnya, adanya bekas pasti menunjukkan terhadap adanya yang membekaskan. Adanya bangunan tentu menunjukkan adanya yang membangun. Adanya suatu yang diciptakan pasti menandakan terhadap adanya yang menciptakan. Dan adanya ba'roh (kotoran unta) tentu menunjukkan tehadap adanya unta, karena adanya bekas tanpa adanya yang membekaskan adalah mustahil.

Inilah dasar-dasar akidah Islam. Manakala kita dapat memahami hakikat iman yang sesungguhnya, niscaya iman kita tidak akan mudah goyah. Semoga Allah senantiasa memperkokoh iman kita kepada-Nya.



Wallahu A'lam
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
cover top ayah
اَلۡمُنٰفِقُوۡنَ وَالۡمُنٰفِقٰتُ بَعۡضُهُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ‌ۘ يَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمُنۡكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمَعۡرُوۡفِ وَيَقۡبِضُوۡنَ اَيۡدِيَهُمۡ‌ؕ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمۡ‌ؕ اِنَّ الۡمُنٰفِقِيۡنَ هُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah perbuatan yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka pula. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.

(QS. At-Taubah Ayat 67)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More