Lebaran di Tengah Pandemi, Apakah Dianjurkan Berjabat Tangan?

Kamis, 21 Mei 2020 - 16:58 WIB
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk menyambung silaturahim dengan kerabat. Foto/Ist
Di hari-hari terakhir Ramadhan , masyarakat muslim Indonesia biasanya sibuk menyiapkan berbagai keperluan lebaran . Namun, saat ini suasana lebaran akan berbeda dari biasanya.

Lebaran biasanya diisi dengan kegiatan silaturahim bersama anggota keluarga, berkumpul, makan bersama, kunjung mengunjungi, berlibur ke tempat wisata. Ada juga yang menggelar open house. Semua larut dalam kebahagiaan setelah 30 hari menjalani puasa Ramadhan . Di tengah pandemi saat ini, lebaran diprediksi tidak sesemarak tahun lalu. Apalagi pemerintah melarang warganya untuk pulang kampung alias mudik. (Baca Juga: Idul Fitri dan Keselamatan Jiwa)

Muncul pertanyaan, lebaran di saat pandemi ini, apakah harus berjabat tangan dengan kerabat? Sebelum menjawab ini, kita perlu mengkaji makna silaturahim yang sebenarnya. Menurut Ustaz Yulian Purnama yang menukil perkataan Ibnu Atsir menjelaskan, silaturahim merupakan istilah untuk perbuatan baik kepada karib dan kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka.

Secara syariat, silaturahim artinya menyambung hubungan dengan kerabat. Menurut istilah Indonesia, silaturahim adalah menyambung tali persaudaraan (persahabatan). Dalam kaidah Indonesia, silaturahim dimaknai lebih luas kepada semua orang, sedangkan syariat Islam memaknai silaturahim untuk keluarga dan kerabat dekat. (Baca Juga: Menag: Covid-19 Tidak Boleh Mengurangi Kegembiraan Menyambut Hari Kemenangan)

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan: "Adapun silaturahim , ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya".



Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk menyambung silaturahim, beliau bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam". (HR. Al-Bukhari).

Kembali ke pertanyaan, bagaimana dengan menghidupkan silaturahim saat lebaran di masa pandemi . Apakah dianjurkan untuk berjabat tangan? Menurut Dai lulusan Sastra Arab Ustaz Farid Nu'man Hasan , Islam itu sangat menekankan pencegahan sebagaimana firman Allah Ta'ala.

وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

"Janganlah menjatuhkan dirimu dalam jurang kebinasaan" (QS. Al-Baqarah: ayat 195)

Juga Hadis riwayat Ibnu Majah:

لا ضرر ولا ضرار

Jangalah membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Maka, jika kondisi bahaya masih mengancam sebaiknya tidak berjabat tangan dulu. Cukup anggukan, senyuman, atau tangan di dada. Ini sudah bisa dimaklumi. Insya Allah tidak mengurangi keakraban.

Ada jika terpaksa berjabat tangan, khususnya kepada famili atau kerabat sendiri, sangat bagus jika setelah itu mencuci tangan. Sebab, bisa jadi sebelumnya mereka habis jabat tangan dengan orang lain, sebab lainnya. Semua pintu kemungkinan terburuk mesti ditutup.(Baca Juga: Menag Imbau Masjid dan Musala Gaungkan Takbir)

Wallahu A'lam
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(rhs)
cover top ayah
وَقُلْ لِّـلۡمُؤۡمِنٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَا‌ وَلۡيَـضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوۡبِهِنَّ‌ۖ وَلَا يُبۡدِيۡنَ زِيۡنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اٰبَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآٮِٕهِنَّ اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِهِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اِخۡوَانِهِنَّ اَوۡ بَنِىۡۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوۡ نِسَآٮِٕهِنَّ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيۡنَ غَيۡرِ اُولِى الۡاِرۡبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يَظۡهَرُوۡا عَلٰى عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ‌ۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِهِنَّ لِيُـعۡلَمَ مَا يُخۡفِيۡنَ مِنۡ زِيۡنَتِهِنَّ‌ ؕ وَتُوۡبُوۡۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيۡعًا اَيُّهَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

(QS. An-Nur Ayat 31)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More