Kisah Inspirasi Perjuangan Dakwah Ustaz Tengku Zulkarnain (2)
Kamis, 13 Mei 2021 - 07:05 WIB
Ustaz DR Miftah el-Banjary MA
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an,
Pensyarah Kitab Dalail Khairat
Imam Syafii pernah berujar begini:
قال الإمام الشافعي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي
"Setiap kali berdebat dengan kelompok intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau aku berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tanpa daya."
Ucapan Imam Syafi'i ini dikutip dari Mafahim Yajibu an Tushahhah karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Ungkapan ini pula yang seringkali dialami oleh para Nabi hingga ulama sepanjang sejarah manusia dari masa ke masa kala harus berhadapan dengan orang-orang bodoh yang dungu.
Ustaz Tengku Zulkarnain adalah salah satu ulama yang aktif berdakwah melalui media sosial, seperti di akun IG beliau yang selalu ramai dengan komentar para netizen, baik yang pro maupun kontra, baik para fans dan lover atau haters.
Meski saya tidak terlalu aktif mengikuti setiap status atau cuitan Tengku Zul (sapaan akrab beliau) di akun IG -sebab dari dulu saya lebih aktif di jejaring Facebook sejak tahun 2010- sesekali saya menyimak berbagai komentar netizen dari postingan beliau.
Jujur, kadang saya tak tega dan tak sampai hati membaca berbagai serangan kritikan pedas dan bullyan hinaan para haters yang seringkali ditujukan demi menumpahkan kemarahan mereka hingga upaya pembunuhan karakter terhadap dakwah Tengku Zul.
Hari ini, jika ada ulama yang berani menjadikan media sosialnya sebagai panggung dakwahnya untuk ber-Amar Makruf Nahi Munkar secara terbuka, maka dia harus bersiap-siap menghadapi berbagai reaksi para penentangnya.
Tak peduli ulama, tak kesah orang tua, tak mau tahu seberapa tinggi ilmunya, bahkan tak lagi penting siapa, maka berbagai panah serangan hinaan, cercaan, cacian, bullyan hingga fitnahan akan dibidikkan kepadanya.
Memang, tidak banyak para da'i atau ulama yang berani mengambil resiko berdakwah virtual secara terbuka di tengah rimba belantara media sosial yang hari ini sangatlah kejam dan mengerikan. Semua bullyan hingga fitnahan bisa diawali dari sana.
Ungkapan yang sering kita dengar: "Netizen itu memang kejam!"
Tapi ya, memang begitulah konsekuensinya berdakwah di dunia maya yang kadang tidak ada batasan normatif dan etika yang melindunginya, hingga orang dengan mudahnya berkomentar sekehendak hatinya, terlebih jika itu dikendalikan oleh akun-akun bodong dari para buzzeRp.
Namun, berbeda dengan Tengku Zul yang selalu siap siaga meng-counter. Bahkan beliau siap beradu argumen dan berdebat ilmiah terhadap orang-orang yang tidak suka atas pesan dakwah atau kritikannya atas ketidakadilan yang terjadi.
Tengku Zul akan segera angkat bicara dan merespon apa pun yang berkenaan dengan fenomena atau kejadian yang dinilainya bertentangan dengan nilai-nilai prinsip keislaman atau ketidakadilan.
Saya tidak membayangkan betapa kuatnya Tengku Zul menghadapi serangan kecaman, hinaan, bullyan hingga fitnahan, bahkan hampir setiap hari harus berdebat dan didebat oleh orang-orang bodoh yang dengan mudahnya melontarkan umpatan cacian, dan hinaan dalam sepak terjang dakwahnya.
Sebagai contoh, ketika ada saja netizen yang mendebatnya dengan menyatakan bahwa minuman keras itu halal atau babi itu sebenarnya tidak haram atau apa pun statement yang berupaya menghinakan syariat Islam, ada satu ungkapan khas Tengku Zul yang paling saya ingat ada yang seperti ini:
"Ingin sekali kumaki-maki kau, andai saja agama saya tidak melarangnya!"
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an,
Pensyarah Kitab Dalail Khairat
Imam Syafii pernah berujar begini:
قال الإمام الشافعي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي
"Setiap kali berdebat dengan kelompok intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau aku berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tanpa daya."
Ucapan Imam Syafi'i ini dikutip dari Mafahim Yajibu an Tushahhah karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Ungkapan ini pula yang seringkali dialami oleh para Nabi hingga ulama sepanjang sejarah manusia dari masa ke masa kala harus berhadapan dengan orang-orang bodoh yang dungu.
Ustaz Tengku Zulkarnain adalah salah satu ulama yang aktif berdakwah melalui media sosial, seperti di akun IG beliau yang selalu ramai dengan komentar para netizen, baik yang pro maupun kontra, baik para fans dan lover atau haters.
Meski saya tidak terlalu aktif mengikuti setiap status atau cuitan Tengku Zul (sapaan akrab beliau) di akun IG -sebab dari dulu saya lebih aktif di jejaring Facebook sejak tahun 2010- sesekali saya menyimak berbagai komentar netizen dari postingan beliau.
Jujur, kadang saya tak tega dan tak sampai hati membaca berbagai serangan kritikan pedas dan bullyan hinaan para haters yang seringkali ditujukan demi menumpahkan kemarahan mereka hingga upaya pembunuhan karakter terhadap dakwah Tengku Zul.
Hari ini, jika ada ulama yang berani menjadikan media sosialnya sebagai panggung dakwahnya untuk ber-Amar Makruf Nahi Munkar secara terbuka, maka dia harus bersiap-siap menghadapi berbagai reaksi para penentangnya.
Tak peduli ulama, tak kesah orang tua, tak mau tahu seberapa tinggi ilmunya, bahkan tak lagi penting siapa, maka berbagai panah serangan hinaan, cercaan, cacian, bullyan hingga fitnahan akan dibidikkan kepadanya.
Memang, tidak banyak para da'i atau ulama yang berani mengambil resiko berdakwah virtual secara terbuka di tengah rimba belantara media sosial yang hari ini sangatlah kejam dan mengerikan. Semua bullyan hingga fitnahan bisa diawali dari sana.
Ungkapan yang sering kita dengar: "Netizen itu memang kejam!"
Tapi ya, memang begitulah konsekuensinya berdakwah di dunia maya yang kadang tidak ada batasan normatif dan etika yang melindunginya, hingga orang dengan mudahnya berkomentar sekehendak hatinya, terlebih jika itu dikendalikan oleh akun-akun bodong dari para buzzeRp.
Namun, berbeda dengan Tengku Zul yang selalu siap siaga meng-counter. Bahkan beliau siap beradu argumen dan berdebat ilmiah terhadap orang-orang yang tidak suka atas pesan dakwah atau kritikannya atas ketidakadilan yang terjadi.
Tengku Zul akan segera angkat bicara dan merespon apa pun yang berkenaan dengan fenomena atau kejadian yang dinilainya bertentangan dengan nilai-nilai prinsip keislaman atau ketidakadilan.
Saya tidak membayangkan betapa kuatnya Tengku Zul menghadapi serangan kecaman, hinaan, bullyan hingga fitnahan, bahkan hampir setiap hari harus berdebat dan didebat oleh orang-orang bodoh yang dengan mudahnya melontarkan umpatan cacian, dan hinaan dalam sepak terjang dakwahnya.
Sebagai contoh, ketika ada saja netizen yang mendebatnya dengan menyatakan bahwa minuman keras itu halal atau babi itu sebenarnya tidak haram atau apa pun statement yang berupaya menghinakan syariat Islam, ada satu ungkapan khas Tengku Zul yang paling saya ingat ada yang seperti ini:
"Ingin sekali kumaki-maki kau, andai saja agama saya tidak melarangnya!"