Manfaat Qiyamul Lail Bagi Kesehatan Tubuh
Minggu, 18 Juli 2021 - 05:00 WIB
Waktu malam adalah momentum terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bentuk pendekatan diri kepada Rabbnya yang paling utama ini, adalah shalat tahajud atau qiyamul lail . Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Sholat yang paling utama setelah shalat wajib adalah qiyamul lail (shalat lail)” (HR. Muslim).
Qiyamul Lail atau shalat malam yang dilakukan di sepertiga malam menyimpan keagungan dan kemuliaan yang luar biasa untuk mengatasi berbagai problematika kehidupan , apalagi dalam situasi pandemi saat ini. Dari sisi kesehatan, qiyamul lail yang dilakukan secara rutin mempunyai berbagai manfaat. Dirangkum dari berbagai sumber, salah satu manfaat qiyamul lail bagi kesehatan, adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan juga mengusir semua penyakit.
Jika sering mengerjakan shalat malam itu akan membuat kekebalan tubuh semakin kuat. Sebagaimana dikisahkan sahabat Bilal radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shalallaahu alahi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kalian senantiasa melakukan Qiyamul Lail (sholat malam), karena sesungguhnya sholat malam adalah kebiasaan Shalihiin (orang-orang shalih) sebelum kalian. Dan sesungguhnya sholat malam adalah pendekatan kepada Allah, penghalang dari perbuatan dosa, penghapus segala kesalahan dan mengusir segala penyakit dari jasad (tubuh).” (HR At-Tirmidzi).
Selain itu, manfaat qiyamul lail ini dapat dilihat dari kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam, para sahabat-sahabatnya dan para ulama yang jarang sakit.
Amalan Qiyamul Lail yang Dilakukan Imam 4 Mazhab
Di antara para ulama dan orang-orang shaleh terdahulu, para imam 4 mazhab merupakan contoh terbaik dan patut menjadi teladan dalam mengamalkan qiyamul lail ini. Dalam buku berjudul “Bersujud di Keheningan Malam” karya Muhammad Shalih Ali Abdullah Ishaq dikisahkan tentang praktek qiyamul lail yang dicontohkan para imam empat mazhab tersebut. Berikut penjelasannya:
1. Imam Hanafi (80 H-150 H).
Imam Abu Hanifah rahimahullah dalam mengerjakan qiyamul lail sungguh sangat menakjubkan. Menurut Abu ‘Ashim al-Baghdadi, Abu Hanifah sering dijuluki ‘tiang’ karena banyaknya mengerjakan sholat dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Abu Hanifah rahimahullah selalu menghidupkan seluruh malam, ia menangis sampai tetangganya merasa kasihan. Ada cerita yang bisa dipercaya tentang dirinya bahwa ia selalu menghabiskan malamnya, sampai tukang pencucinya mengatakan: “Engkau telah menyusahkan orang setelahmu (untuk mengikuti atau melebihi sholatmu), dan engkau telah melebihi para ahli ibadah.”
Diceritakan dari al-Qasim bin Mu’in rahimahullah, ia mengatakan: “Abu Hanifah berdiri mengerjakan sholat malam dengan membaca ayat ini:
بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَىٰ وَأَمَرُّ (القمر[٥٤]: ٤٦)
“Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Q.S. Al-Qomar : 46)
Kemudian ia mengulang-ulang ayat ini sambil menangis dan merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai pagi hari. Pada suatu malam Abu Hanifah mengerjakan shalat dan membaca ayat ini:
فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (الطور[٥٢]: ٢٧)
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka,” (Q.S. Ath-Thur: 27).
Ia tetap mengulang-ulang ayat tersebut sampai pagi.
Diriwayatkan dari Yazid bin al-Kumait, ia mengatakan, “Abu Hanifah rahimahullah sangat takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada suatu malam ketika mengerjakan sholat Isya, kami diimami oleh Ali bin Al-Husain Al-Mu’adzdzin dan ia membaca surat Al-Zalzalah, sedangkan Abu Hanifah berada di belakang sebagai makmum. Ketika orang-orang telah bubar, Abu Hanifah berdiri dan mengerjakan sholat sampai pagi dan berulang-ulang mengatakan: “Wahai Dzat yang memberikan balasan kebaikan dengan kebaikan walau kebaikan itu hanya seberat atom, dan yang memberikan balasan keburukan dengan keburukan walaupun hanya seberat atom, jauhkan hambamu dari neraka dan dari segala yang mendekatkan pada keburukan, dan masukkan hambamu ini ke dalam rahmatmu yang sangat luas.”
2. Imaam Maliki (93 H – 179 H)
Imam Malik bin Anas rahimahullah sebagai Imam di Madinah, sholat malamnya juga sangat menakjubkan. Asyab bin Abdul Aziz pernah menceritakan: “Aku pernah keluar pada suatu malam ketika orang-orang telah tertidur. Aku melewati rumah Malik bin Ana. Dia tidak tidur dan mengerjakan shalat, setelah membaca surah Al-Fatihah ia membaca surah At-Takatsur, dan ketika sampai pada ayat terakhir, “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan tentang dunia itu).” (Q.S. At-Takatsur : 8) ia menangis lama sekali.
Ia ulangi lagi surat tersebut dan menangis lagi. Lamanya tangis Malik bin Anas yang aku dengar membuat aku lupa pada kebutuhan yang aku tuju. Ketika fajar telah nampak ia baru ruku’. Aku pun pergi meninggalkan dia dan pulang ke rumah, lalu aku mengambil air wudu dan pergi ke masjid. Tiba-tiba Malik sudah berada di tempat duduknya di masjid bersama orang-orang lainya. Pada waktu pagi aku melihat wajahnya bersinar.”
3.Imaam Syafi’i (150 H-204 H)
Imam asy-Syafi’i rahimahullah tetap tekun mengerjakan qiyamul lail walaupun sibuk menuntut ilmu. Menurut ar-Rabi’ bin Sulaiman, salah seorang muridnya, al-Imam Syafi’i membagi malamya menjadi tiga: yang pertama untuk menulis, yang kedua untuk shalat, dan yang ketiga untuk tidur.
Husain al-Karabisyi pernah mengatakan, “Aku pernah bermalaman dengan asy-Syafi’i. Ia mengerjakan sholat kira-kira sepertiga malam. Ketika melewati ayat rahmat ia selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon untuk dirinya dan orang-orang Mukmin. Ketika melewati ayat ia selalu memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon keselamatan untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang Mukmin. Seolah-olah malam itu terisi penuh dengan harapan akan rahmat dan takut akan siksa secara bersama-sama.”
4. Imam Hambali (164 H-248 H)
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, terkenal sebagai imam ahli hadis, qiyamul lailnya juga luar biasa. Ibrahim bin Syammasy al-Abid pernah mengatakan: “Aku melihat Ahmad bin Hambal rahimahullah selalu menghidupkan malamnya semenjak ia masih kecil.
Abdullah, putera Imam Ahmad pernah mengatakan: “Setiap malam ayahku hampir membaca sepertujuh Al-Qur'an dan menghatamkan Al-Qur'an setiap tujuh kali. Menghatamkan Al-Qur'an setiap tujuh hari sekali itu selain yang ia lakukan ketika shalat di siang hari. Ketika selesai mengerjakan sholat Isya ia tidur sebentar kemudian bangun dan tidak tidur sebentar kemudian bangun dan tidak tidur sampai pagi untuk mengerjakan sholat dan berdoa.”
Abubakar Al-Marudzi pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan Imam Ahmad rahimahullah dalam satu pasukan, kira-kira selama empat bulan. Ia tidak pernah meninggalkan Qiyamul Lail dan membaca Al-Qur'an pada siang hari. Aku tidak pernah mengetahui kapan dia mengkhatamkan Al-Quran. Ia selalu menyembunyikannya.”
Menurut Ibrahim bin Hani, Imam Ahmad rahimahullah selalu mengerjakan sholat sunnat ba’da Isya beberapa rakaat, kemudian tidur sebentar lalu bangun mengambil air wudhu dan terus menerus-menerus mengerjakan sholat sampai fajar terbit, lalu sholat witir. Ini kebiasaan al-Imam ketika bersama denganku. Ia tidak pernah meninggalkan satu malam pun, dan aku tidak kuat melakukan ibadah seperti dia.”
Wallahu A'lam
أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Sholat yang paling utama setelah shalat wajib adalah qiyamul lail (shalat lail)” (HR. Muslim).
Qiyamul Lail atau shalat malam yang dilakukan di sepertiga malam menyimpan keagungan dan kemuliaan yang luar biasa untuk mengatasi berbagai problematika kehidupan , apalagi dalam situasi pandemi saat ini. Dari sisi kesehatan, qiyamul lail yang dilakukan secara rutin mempunyai berbagai manfaat. Dirangkum dari berbagai sumber, salah satu manfaat qiyamul lail bagi kesehatan, adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan juga mengusir semua penyakit.
Jika sering mengerjakan shalat malam itu akan membuat kekebalan tubuh semakin kuat. Sebagaimana dikisahkan sahabat Bilal radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shalallaahu alahi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kalian senantiasa melakukan Qiyamul Lail (sholat malam), karena sesungguhnya sholat malam adalah kebiasaan Shalihiin (orang-orang shalih) sebelum kalian. Dan sesungguhnya sholat malam adalah pendekatan kepada Allah, penghalang dari perbuatan dosa, penghapus segala kesalahan dan mengusir segala penyakit dari jasad (tubuh).” (HR At-Tirmidzi).
Selain itu, manfaat qiyamul lail ini dapat dilihat dari kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam, para sahabat-sahabatnya dan para ulama yang jarang sakit.
Amalan Qiyamul Lail yang Dilakukan Imam 4 Mazhab
Di antara para ulama dan orang-orang shaleh terdahulu, para imam 4 mazhab merupakan contoh terbaik dan patut menjadi teladan dalam mengamalkan qiyamul lail ini. Dalam buku berjudul “Bersujud di Keheningan Malam” karya Muhammad Shalih Ali Abdullah Ishaq dikisahkan tentang praktek qiyamul lail yang dicontohkan para imam empat mazhab tersebut. Berikut penjelasannya:
1. Imam Hanafi (80 H-150 H).
Imam Abu Hanifah rahimahullah dalam mengerjakan qiyamul lail sungguh sangat menakjubkan. Menurut Abu ‘Ashim al-Baghdadi, Abu Hanifah sering dijuluki ‘tiang’ karena banyaknya mengerjakan sholat dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Abu Hanifah rahimahullah selalu menghidupkan seluruh malam, ia menangis sampai tetangganya merasa kasihan. Ada cerita yang bisa dipercaya tentang dirinya bahwa ia selalu menghabiskan malamnya, sampai tukang pencucinya mengatakan: “Engkau telah menyusahkan orang setelahmu (untuk mengikuti atau melebihi sholatmu), dan engkau telah melebihi para ahli ibadah.”
Diceritakan dari al-Qasim bin Mu’in rahimahullah, ia mengatakan: “Abu Hanifah berdiri mengerjakan sholat malam dengan membaca ayat ini:
بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَىٰ وَأَمَرُّ (القمر[٥٤]: ٤٦)
“Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Q.S. Al-Qomar : 46)
Kemudian ia mengulang-ulang ayat ini sambil menangis dan merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai pagi hari. Pada suatu malam Abu Hanifah mengerjakan shalat dan membaca ayat ini:
فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (الطور[٥٢]: ٢٧)
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka,” (Q.S. Ath-Thur: 27).
Ia tetap mengulang-ulang ayat tersebut sampai pagi.
Diriwayatkan dari Yazid bin al-Kumait, ia mengatakan, “Abu Hanifah rahimahullah sangat takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada suatu malam ketika mengerjakan sholat Isya, kami diimami oleh Ali bin Al-Husain Al-Mu’adzdzin dan ia membaca surat Al-Zalzalah, sedangkan Abu Hanifah berada di belakang sebagai makmum. Ketika orang-orang telah bubar, Abu Hanifah berdiri dan mengerjakan sholat sampai pagi dan berulang-ulang mengatakan: “Wahai Dzat yang memberikan balasan kebaikan dengan kebaikan walau kebaikan itu hanya seberat atom, dan yang memberikan balasan keburukan dengan keburukan walaupun hanya seberat atom, jauhkan hambamu dari neraka dan dari segala yang mendekatkan pada keburukan, dan masukkan hambamu ini ke dalam rahmatmu yang sangat luas.”
2. Imaam Maliki (93 H – 179 H)
Imam Malik bin Anas rahimahullah sebagai Imam di Madinah, sholat malamnya juga sangat menakjubkan. Asyab bin Abdul Aziz pernah menceritakan: “Aku pernah keluar pada suatu malam ketika orang-orang telah tertidur. Aku melewati rumah Malik bin Ana. Dia tidak tidur dan mengerjakan shalat, setelah membaca surah Al-Fatihah ia membaca surah At-Takatsur, dan ketika sampai pada ayat terakhir, “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan tentang dunia itu).” (Q.S. At-Takatsur : 8) ia menangis lama sekali.
Ia ulangi lagi surat tersebut dan menangis lagi. Lamanya tangis Malik bin Anas yang aku dengar membuat aku lupa pada kebutuhan yang aku tuju. Ketika fajar telah nampak ia baru ruku’. Aku pun pergi meninggalkan dia dan pulang ke rumah, lalu aku mengambil air wudu dan pergi ke masjid. Tiba-tiba Malik sudah berada di tempat duduknya di masjid bersama orang-orang lainya. Pada waktu pagi aku melihat wajahnya bersinar.”
3.Imaam Syafi’i (150 H-204 H)
Imam asy-Syafi’i rahimahullah tetap tekun mengerjakan qiyamul lail walaupun sibuk menuntut ilmu. Menurut ar-Rabi’ bin Sulaiman, salah seorang muridnya, al-Imam Syafi’i membagi malamya menjadi tiga: yang pertama untuk menulis, yang kedua untuk shalat, dan yang ketiga untuk tidur.
Husain al-Karabisyi pernah mengatakan, “Aku pernah bermalaman dengan asy-Syafi’i. Ia mengerjakan sholat kira-kira sepertiga malam. Ketika melewati ayat rahmat ia selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon untuk dirinya dan orang-orang Mukmin. Ketika melewati ayat ia selalu memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon keselamatan untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang Mukmin. Seolah-olah malam itu terisi penuh dengan harapan akan rahmat dan takut akan siksa secara bersama-sama.”
4. Imam Hambali (164 H-248 H)
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, terkenal sebagai imam ahli hadis, qiyamul lailnya juga luar biasa. Ibrahim bin Syammasy al-Abid pernah mengatakan: “Aku melihat Ahmad bin Hambal rahimahullah selalu menghidupkan malamnya semenjak ia masih kecil.
Abdullah, putera Imam Ahmad pernah mengatakan: “Setiap malam ayahku hampir membaca sepertujuh Al-Qur'an dan menghatamkan Al-Qur'an setiap tujuh kali. Menghatamkan Al-Qur'an setiap tujuh hari sekali itu selain yang ia lakukan ketika shalat di siang hari. Ketika selesai mengerjakan sholat Isya ia tidur sebentar kemudian bangun dan tidak tidur sebentar kemudian bangun dan tidak tidur sampai pagi untuk mengerjakan sholat dan berdoa.”
Abubakar Al-Marudzi pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan Imam Ahmad rahimahullah dalam satu pasukan, kira-kira selama empat bulan. Ia tidak pernah meninggalkan Qiyamul Lail dan membaca Al-Qur'an pada siang hari. Aku tidak pernah mengetahui kapan dia mengkhatamkan Al-Quran. Ia selalu menyembunyikannya.”
Menurut Ibrahim bin Hani, Imam Ahmad rahimahullah selalu mengerjakan sholat sunnat ba’da Isya beberapa rakaat, kemudian tidur sebentar lalu bangun mengambil air wudhu dan terus menerus-menerus mengerjakan sholat sampai fajar terbit, lalu sholat witir. Ini kebiasaan al-Imam ketika bersama denganku. Ia tidak pernah meninggalkan satu malam pun, dan aku tidak kuat melakukan ibadah seperti dia.”
Wallahu A'lam
(wid)