Menjadi Menantu Abu Lahab, Kisah Pilu Ruqayyah Putri Rasulullah

Jum'at, 29 Mei 2020 - 16:00 WIB
Tak lama setelah itu Utsman bin Affan menikahi Sayyidah Ruqayyah. Putri kedua Rasulullah ini mendapat jodoh yang jauh lebih baik. Utsman adalah laki-laki saleh dan mulia. Salah satu pemuda Quraisy dari keturunan yang paling terhormat. Salah satu dari delapan orang yang paling awal masuk Islam dan salah satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga.

Nama lengkap dan nasabnya, Utsman ibn Affan ibn Abi al-'Ash ibn Umayah ibn Abdi al-'Ash ibn Umayah ibn Abdi Syams. Dari jalur ayah, Utsman ibn Affan bertemu nasab dengan Rasulullah s.a.w pada Abdi Manaf ibn Qushay. Adapun dari jalur ibu, ia bertemu nasab dengan Rasulullah pada Abdul Muththalib ibn Hasyim karena neneknya dari pihak ibu adalah al-Baidha' Ummu Hakim binti Abdul Muththalib, kakek Rasulullah.

Tentang Utsman, Abdullah ibn Mas'ud mengatakan, "Utsman adalah orang yang paling rajin menyambung tali silaturahim di antara kami. Ia adalah salah seorang yang beriman, bertakwa, dan selalu mengerjakan kebaikan. Sesungguhnya, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."

Di samping memiliki nasab yang terhormat dan memiliki sifat-sifat yang baik sebagaimana dikatakan orang tentang dirinya, Utsman adalah orang yang berwajah cerah, berbudi pekerti mulia, hartawan, dan sempurna secara fisik.

Ketika Utsman ibn Affan mendatangi kediaman Rasulullah untuk menjadi menantu beliau dengan menikahi putri Ruqayyah binti Rasulullah, beliau pun menerima dan menikahkan Utsman dengan putrinya.

Beliau memberkahi mereka dalam pernikahan yang berbahagia itu. Ada yang mengatakan bahwa tidak pernah ada pasangan suami istri yang lebih sempurna dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan mereka. Dalam pernikahan itu pun, para wanita melantunkan bait-bait syair yang paling indah:

"Pasangan terbaik yang pernah dilihat manusia adalah Ruqayyah dan suaminya, Utsman."

Reaksi kaum musyrikin terhadap pernikahan ini adalah dengan semakin keras dalam menindas dan menyiksa setiap orang yang memeluk Islam, bahkan termasuk kepada Rasulullah.

Penderitaan kaum Muslimin pun bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan kaum kafir Quraisy. Ketika Rasulullah melihat siksaan yang diderita oleh para sahabat semakin berat, beliau bersabda, "Jika kalian pergi ke tanah Habasyah, kalian akan bertemu dengan seorang raja yang di sisinya tidak seorang pun mendapat kezaliman. Negeri itu adalah tanah persahabatan hingga Allah memberikan jalan keluar dari apa yang kalian alami."

Utsman ibn Affan adalah orang pertama melakukan hijrah menuju Habasyah ditemani sang istri, Ruqayyah, yang baru beberapa saat ia nikahi.

Rombongan muhajirin ke Habasyah ini membawa 11 orang wanita. Mereka meninggalkan kesenangan hidup berupa harta, anak dan keluarga serta negeri demi Allah.

Anas bin Malik meriwayatkan, Utsman bin Affan keluar bersama istrinya, Ruqayyah, putri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar kedua orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata, "Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya."

Nabi SAW bertanya, "Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?"

Wanita itu menjawab, "Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai yang berjalan perlahan, sementara ia memegang kendalinya."

Maka Rasulullah SAW bersabda, "Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya sesudah Luth AS."

Setibanya di Habasyah, mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Di Habasyah pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah. Sejak itu Ruqayyah berkunyah Ummu Abdullah. Mereka hidup tenang dan tenteram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum Muslimin di Makkah telah aman.

Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah Muslimin yang dipimpinnya itu akan kembali lagi ke Makkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah.

Pada masa itu, mereka menyaksikan keadaan kaum Muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas umat Islam semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Makkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Makkah, barulah mereka mengunjungi rumah masing-masing yang dirasa aman.

Ruqayyah pun pulang ke rumahnya, hendak melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Betapa kagetnya ia, ketika ternyata ibunya, Sayyidah Khadijah, telah wafat. Ruqayyah dilanda kesedihan yang sangat mendalam.

Menggambarkan situasi kepulangan Ruqayyah ke tempat tinggal Doktor Aisyah Abdurrahman mengatakan, "Ruqayyah telah kembali ke rumah ayahnya dengan penuh kerinduan dan susah payah. Kedua saudarinya, Ummu Kultsum dan Fathimah, sangat gembira bertemu denganya. Mereka merangkul dan mendekap Ruqayyah dengan air mata yang mengalir meski telah berusaha untuk menahan diri. Ruqayyah melepaskan diri dari rangkulan mereka dan bertanya dengan penuh rasa penasaran: "Di manakah ayahku, di manakah ibuku?"
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَقُلِ اعۡمَلُوۡا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُوۡلُهٗ وَالۡمُؤۡمِنُوۡنَ‌ؕ وَسَتُرَدُّوۡنَ اِلٰى عٰلِمِ الۡغَيۡبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ‌ۚ
Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

(QS. At-Taubah Ayat 105)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More