Menjadi Menantu Abu Lahab, Kisah Pilu Ruqayyah Putri Rasulullah
Jum'at, 29 Mei 2020 - 16:00 WIB
Abu al-'Ash menolak untuk memulangkan Zainab kepada Rasulullah karena ia telah memilih Zainab melebihi seluruh wanita Quraisy. Adapun kedua putra Abu Lahab segera mengiyakan tawaran mereka. Utbah memilih calon istri untuk menggantikan Ruqayyah. Ia memilih seorang gadis dari keluarga Sa'id ibn 'Ash.
Akhirnya, kedua putri Rasulullah itu pun kembali kepada keluarganya sebelum sempat dipergauli.
Ummu Jamil, Hammalat al-Hathab, adalah wanita yang berada di balik pemulangan para putri Rasulullah ini.
Pembawa Kayu Bakar
Ibnu Ishaq mengatakan, "Aku mendengar bahwa Ummu Jamil, si wanita pembawa kayu bakar itu, saat mendengar ayat Alquran yang turun tentang dirinya dan suaminya, ia datangi Rasulullah yang sedang duduk di Masjidil Haram di dekat Ka’bah , bersama Abu Bakar ash-Shiddiq . Ummu Jamil datang dengan membawa segenggam batu. Ketika ia berdiri di dekat Rasulullah dan Abu Bakar, Allah membuatnya tidak bisa melihat Rasulullah hingga ia hanya melihat Abu Bakar.
Ia berkata: 'Wahai Abu Bakar, di manakah temanmu? Aku mendengar bahwa ia telah menghardikku. Demi Allah, jika menjumpainya, aku akan menyumpal mulutnya dengan batu ini. Demi Allah, aku adalah seorang penyair.' Setelah itu, Ummu Jamil melantunkan syair:
"Sejak kapan kami durhaka
Kami menolak perintahnya
Terhadap agamanya kami membenci."
Setelah itu, ia pun pergi dan Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, apakah ia tidak melihatmu?” Rasulullah menjawab: “Allah telah membuatnya sama sekali tidak bisa melihatku”.
Bagi keluarga Rasulullah yang jujur dan beriman, ujian dan cobaan di jalan Allah itu hanya semakin meningkatkan ketabahan dan keteguhan mereka.
Sejak masa-masa awal bi'tsah (pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul), Rasulullah telah mengatakan kepada Khadijah, istrinya, "Waktu istirahat telah lewat wahai Khadijah."
Sayyidah Khadijah pun mengerti yang dimaksud oleh kalimat Rasulullah ini. la pun meneguhkan hati untuk selalu berdiri di samping sang suami, Nabi yang mulia.
Sayyidah Khadijah selalu menguatkan Rasulullah dan meringankan beban yang beliau hadapi hingga hilanglah duka yang beliau rasakan.
Kedua putri Khadijah, Ruqayyah dan Ummu Kultsum, juga mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh kedua orangtua mereka. Mereka tahu sejauh mana penderitaan yang dihadapi oleh keluarga Muhammad akibat berbagai bentuk penindasan, gangguan, dan siksaan yang diperbuat oleh kaum dan sanak keluarganya.
Si wanita pembawa kayu bakar dan suaminya, Abu Lahab telah salah mengira, demikian pula dengan seluruh kaum Quraisy.
Menikah dengan Utsman
Sayyidah Ruqayyah memeluk Islam bersamaan dengan Bunda Khadijah. Rasulullah tidaklah menderita karena dipulangkannya kedua putri beliau. Perceraian mereka tidaklah menyusahkan bagi beliau karena Allah justru telah menyelamatkan mereka dari ujian untuk hidup bersama dua putra Abu Lahab dan istrinya, si wanita pembawa kayu bakar yang jahat.
Akhirnya, kedua putri Rasulullah itu pun kembali kepada keluarganya sebelum sempat dipergauli.
Ummu Jamil, Hammalat al-Hathab, adalah wanita yang berada di balik pemulangan para putri Rasulullah ini.
Pembawa Kayu Bakar
Ibnu Ishaq mengatakan, "Aku mendengar bahwa Ummu Jamil, si wanita pembawa kayu bakar itu, saat mendengar ayat Alquran yang turun tentang dirinya dan suaminya, ia datangi Rasulullah yang sedang duduk di Masjidil Haram di dekat Ka’bah , bersama Abu Bakar ash-Shiddiq . Ummu Jamil datang dengan membawa segenggam batu. Ketika ia berdiri di dekat Rasulullah dan Abu Bakar, Allah membuatnya tidak bisa melihat Rasulullah hingga ia hanya melihat Abu Bakar.
Ia berkata: 'Wahai Abu Bakar, di manakah temanmu? Aku mendengar bahwa ia telah menghardikku. Demi Allah, jika menjumpainya, aku akan menyumpal mulutnya dengan batu ini. Demi Allah, aku adalah seorang penyair.' Setelah itu, Ummu Jamil melantunkan syair:
"Sejak kapan kami durhaka
Kami menolak perintahnya
Terhadap agamanya kami membenci."
Setelah itu, ia pun pergi dan Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, apakah ia tidak melihatmu?” Rasulullah menjawab: “Allah telah membuatnya sama sekali tidak bisa melihatku”.
Bagi keluarga Rasulullah yang jujur dan beriman, ujian dan cobaan di jalan Allah itu hanya semakin meningkatkan ketabahan dan keteguhan mereka.
Sejak masa-masa awal bi'tsah (pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul), Rasulullah telah mengatakan kepada Khadijah, istrinya, "Waktu istirahat telah lewat wahai Khadijah."
Sayyidah Khadijah pun mengerti yang dimaksud oleh kalimat Rasulullah ini. la pun meneguhkan hati untuk selalu berdiri di samping sang suami, Nabi yang mulia.
Sayyidah Khadijah selalu menguatkan Rasulullah dan meringankan beban yang beliau hadapi hingga hilanglah duka yang beliau rasakan.
Kedua putri Khadijah, Ruqayyah dan Ummu Kultsum, juga mengerti apa yang sedang dikerjakan oleh kedua orangtua mereka. Mereka tahu sejauh mana penderitaan yang dihadapi oleh keluarga Muhammad akibat berbagai bentuk penindasan, gangguan, dan siksaan yang diperbuat oleh kaum dan sanak keluarganya.
Si wanita pembawa kayu bakar dan suaminya, Abu Lahab telah salah mengira, demikian pula dengan seluruh kaum Quraisy.
Menikah dengan Utsman
Sayyidah Ruqayyah memeluk Islam bersamaan dengan Bunda Khadijah. Rasulullah tidaklah menderita karena dipulangkannya kedua putri beliau. Perceraian mereka tidaklah menyusahkan bagi beliau karena Allah justru telah menyelamatkan mereka dari ujian untuk hidup bersama dua putra Abu Lahab dan istrinya, si wanita pembawa kayu bakar yang jahat.