Sa’ad bin Muadz (3-Habis): Syahid Setelah Mengadili Bani Quraidha

Selasa, 07 September 2021 - 14:29 WIB
Sa’ad bin Muadz syahid dalam perang Khandaq. (Ilustrasi/Ist)
Sa’ad bin Muadz ra adalah sahabat Nabi Muhammad SAW . Beliau syahid dalam perang khandaq karena luka-lukanya. Sebelum ia syahid, Rasulullah SAW meminta dirinya untuk mengambil keputusan hukum kelompok Yahudi Bani Quraidha yang mengingkari perjanjian damai.



Alkisah, kota Madinah mengalami pengepungan ketat oleh kafir Quraish dan kroninya dari sebagian kaum Yahudi Madinah dan daerah lain. Kota Madinah dikeliling parit sebagai benteng perlindungan. Kaum Muslimin pun memasuki suasana perang. Sa'ad bin Mu'adz keluar membawa pedang dan tombaknya sambil berpantun:

"Berhentilah sejenak, nantikan berkecamuknya perang

Maut berkejaran menyambut ajal datang menjelang ... !"

Dalam salah satu perjalanan kelilingnya nadi lengannya disambar anak panah yang dilepaskan oleh salah seorang musyrik.

Darah menyembur dari pembuluhnya dan segera ia dirawat secara darurat untuk menghentikan keluarnya darah. Nabi SAW menyuruh membawanya ke masjid, dan agar didirikan kemah untuknya agar ia berada di dekatnya selama perawatan.



Sa'ad, tokoh muda mereka itu dibawa oleh Kaum Muslimin ke tempatnya di masjid Rasul. la menunjukkan pandangan matanya ke arah langit, sembari berdoa: "Ya Allah, jika dari peperangan dengan Quraisy ini masih ada yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya! Karena tak ada golongan yang diinginkan untuk menghadapi mereka daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu, telah mendustakan dan mengusirnya... !

Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui syahid! Dan janganlah aku dimatikan sebelum tercapainya yang memuaskan hatiku dengan Bani Quraidha!"

Permohonannya dikabulkan oleh Allah. Luka yang dideritanya menjadi penyebab yang mengantarkannya ke pintu syahid, karena sebulan setelah itu, akibat luka tersebut ia kembali menemui Tuhannya. Tetapi peristiwa itu terjadi setelah hatinya terobatil terhadap Bani Quraidha.

Kisahnya ialah setelah orang-orang Quraisy merasa putus asa untuk dapat menyerbu kota Madinah dan ke dalam barisan mereka menyelinap rasa gelisah, maka mereka sama mengemasi barang perlengkapan dan alat senjata, lalu kembali ke Mekkah dengan hampa tangan.

Rasulullah SAW berpendapat, mendiamkan perbuatan orang-orang Quraidha, berarti membuka kesempatan bagi kecurangan dan pengkhianatan mereka terhadap kota Madinah bilamana saja mereka menghendaki, suatu hal yang tak dapat dibiarkan berlalu.

Oleh sebab itulah beliau mengerahkan sahabat-sahabatnya kepada Bani Quraidha itu. Mereka mengepung orang-orang Yahudi itu selama 25 hari. Dan tatkala dilihat oleh Bani Quraidha bahwa mereka tak dapat melepaskan diri dari Kaum Muslimin, mereka pun menyerahlah dan mengajukan permohonan kepada Rasulullah yang beroleh jawaban bahwa nasib mereka akan tergantung kepada putusan Sa'ad bin Mu'adz. Di masa jahiliyah dahulu, Sa'ad adalah sekutu Bani Quraidha



Nabi SAW mengirim beberapa sahabat untuk membawa Saad bin Mu'adz dari kemah perawatannya di masjid. la dinaikkan ke atas kendaraan, sementara badannya kelihatan lemah dan menderita sakit.

Kata Rasulullah kepadanya: "Wahai Sa'ad! Berilah keputusanmu terhadap Bani Quraidha ... !"

Dalam pikiran Sa'ad terbayang kembali kecurangan Bani quraidha yang berakhir dengan perang Khandak dan nyaris menghancurkan kota Madinah serta penduduknya. Maka ujar Sa'ad: "Menurut pertimbanganku, orang-orang yang ikut berperang di antara mereka hendaklah dihukum bunuh. Perempuan dan anak mereka diambil jadi tawanan, sedang harta kekayaan mereka dibagi-bagi!" Demikianlah, sebelum meninggal, hati Sa'ad telah terobat terhadap Bani Quraidha.

Luka yang diderita Sa'ad setiap hari bahkan setiap jam kian bertambah parah. Pada suatu hari Rasulullah SAW datang menjenguknya. Kiranya didapatinya ia dalam saat terakhir dari hayatnya. Maka Rasulullah meraih kepalanya dan menaruhnya di atas pangkuannya, lain berdo'a kepada Allah, katanya: "Ya Allah, Sa'ad telah berjihad di jalan-mu ia telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima ruh... !"

Kata-kata yang dipanjatkan Nabi itu rupanya telah memberikan kesejukan dan perasaan tenteram kepada ruh yang hendak pergi. Dengan susah payah dicobanya membuka kedua matanya dengan harapan kiranya wajah Rasulullah adalah yang terakhir dilihatnya selagi hidup ini, katanya: "Salam atasmu, wahai Rasulullah... ! Ketahuilah bahwa aku mengakui bahwa anda adalah Rasulullah!"

Rasulullah pun memandangi wajah Sa'ad lalu katanya: "Kebahaggaan bagimu wahai Abu Amr!"

Berkata Abu Sa'id al-Khudri: "Saya adalah salah seorang yang menggali makam untuk Sa'ad. Dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi, hingga sampai ke liang lahat".

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Qatadah dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak ada sikap lalai ketika tidur, akan tetapi kelalaian itu hanya ada ketika terjaga, yaitu mengakhirkan shalat hingga datang waktu shalat yang lain.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 373)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More