15 Tips Menjaga Lisan Agar Puasa Tidak Ternoda
Kamis, 31 Maret 2022 - 16:33 WIB
Ramadhan mengajarkan akhlak yang mulia. Di bulan yang mulia tersebut kita diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan tercela seperti dusta dan banyak mencela.
Saat berpuasa wajib meninggalkan dusta sebagaimana disebutkan dalam hadis,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR Bukhari no. 1903).
Lihatlah bagaimana akibat dusta dalam puasa, seseorang tidak mendapatkan apa-apa.
Di antara akhlak yang wajib ditinggalkan lagi adalah suka mencela atau menghina orang lain. Lihatlah bagaimana ancaman dalam ayat,
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” ( QS Al-Humazah : 1).
Kata Ibnu ‘Abbas adalah mencela dan menjelekkan. Sedangkan ‘wail’ dalam ayat bisa berarti ancaman celaka atau bisa berarti nama lembah di neraka. Ini menunjukkan bahaya bagi orang yang banyak mencela saat berpuasa.
Termasuk dalam mencela adalah mencela saudaranya yang telah bertaubat dari dosa. Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505.
Syaikh Al-Albani berkata bahwa hadits ini maudhu’). Imam Ahmad menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah dosa yang telah ditaubati.
Dalam Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.”
Secara umum, puasa mengajarkan akhlak yang mulia. Jangan sampai puasa kita jadi sia-sia karena sikap atau tingkah laku kita yang jelek pada orang lain.
Ucapan yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sedangkan ucapan yang buruk akan dapat memicu permusuhan. Berikut 15 tips menjaga lisan agar puasa tak menjadi sia-sia.
1. Tidak selalu menyampaikan apa yang didengar kepada orang lain
Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR.Muslim dan Abu Dawud)
2. Jauhi sikap sombong dan membanggakan diri
Dalam Islam kedua sifat ini merupakan sifat tidak terpuji yang harus dihindari. Dari Aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan: “Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.” Berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam : “orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (muttafaq alaihi)
3. Perbanyak membaca Al-Quran
Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda: “Dikatakan pada orang yang senang membaca Al-Qur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca”. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Membaca Al-quran merupakan salah satu cara membentengi diri dalam menjaga lisan. Selain itu juga akan mampu mengontrol diri semakin mampu membedakan antara akhlak terpuji dan tercela. Amalan yang baik adalah terutama dengan keutamaan membaca Al-Quran di bulan Ramadhan.
4. Banyak berzikir
Berzikir merupakan salah satu cara manusia untuk mengingat kebesaran sang pencipta. Salah satu keutamaan dari zikir ialah dapat membantu kita dalam mengontrol perkataan dan perbuatan kita. Selain itu juga, Allah Ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191).
5. Hindari sikap berlebihan dalam berbicara
Berlebihan dalam berbicara merupakan salah satu hal yang tidak di anjurkan dalam Islam. Apalagi jika hal yang dibicarakan lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Sebaiknya berbicara sesuai dengan porsi dan usahakan apa yang keluar dari lisan ialah ucapan yang bermanfaat dan bernilai kebaikan.
6. Jangan memotong pembicaraan atau membantahnya
Memotong atau membantah perkataan orang lain, apalagi orang yang lebih tua merupakan hal yang dibenci dalam Islam. Sehingga tentunya hal ini harus dihindari.
7. Jangan memperolok cara bicara orang lain
Allah SWT terkadang menciptakam sebagian kecil umatnya dengan kekurangan fisik yang dimiliki. Sebagian dari mereka ada yang kesulitan dalam berbicara dan terbata-bata dalam pengucapannya. Sebagai muslim yang baik, hendaknya kita tidak memperolok kekurangan yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS Al-Hujurat:11)
8. Jauhkan diri dari ghibah dan namimah
Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan: Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka”
Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”.
9. Jangan mengunjing orang lain
Bergunjing merupakan salah satu sifat tercela yang sangat di benci Allh SWT. Seorang yang suka bergunjing terhadap orang lain diibaratkan sebagai seorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
Berikut petikan Firman Allah SWT dalam QS Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al-Hujurat : 12)
10. Hindari Perkataan yang Tidak Berdasar
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta”
Perkataan yang tidak berdasar tidak hanya dibenci oleh Allah SWT tapi juga dapat memberikan dampak buruk bagi kehodupan bermasyarakat. Timbulnya sengketa, perpecahan dan permusuhan dapat terjadi akibat dari ucapan lisan yang tidak berdasar.
11. Lebih banyak menggunakan telinga ketimbang mulut
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 47. ”Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya."
12. Mengendalikan lisan lewat hati
Dalam buku yanga sama Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti juga berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 49. “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam.
Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.
13. Hindari berbicara tanpa berpikir
Dalam berbicara entah kepada siapapun itu sebaiknya kita memikirkan dengan baik apa yang akan kita katakan. Apakah dampaknya? Bagaimana menyampaikannya dan kata-kata apa yang harus digunakan sebagaimana hukum menyakiti hati orang lain dalam Islam.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”
14. Jangan menghina orang lain
Muslim meriwayatkan sebuah hadis yang panjang dalam kitab Sahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi: “Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”
15. Selalu menjaga ucapan kepada orang lain
Pangkal dari sebuah perkara yang timbul bisa disebabkan karena kesalahan dalam berucap. Pada faktanya ada banyak sekali pertikaian dan perselisihan yang timbul akibat tidak bisa menjaga lisan satu sama lain.
Saat berpuasa wajib meninggalkan dusta sebagaimana disebutkan dalam hadis,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR Bukhari no. 1903).
Lihatlah bagaimana akibat dusta dalam puasa, seseorang tidak mendapatkan apa-apa.
Baca Juga
Di antara akhlak yang wajib ditinggalkan lagi adalah suka mencela atau menghina orang lain. Lihatlah bagaimana ancaman dalam ayat,
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” ( QS Al-Humazah : 1).
Kata Ibnu ‘Abbas adalah mencela dan menjelekkan. Sedangkan ‘wail’ dalam ayat bisa berarti ancaman celaka atau bisa berarti nama lembah di neraka. Ini menunjukkan bahaya bagi orang yang banyak mencela saat berpuasa.
Termasuk dalam mencela adalah mencela saudaranya yang telah bertaubat dari dosa. Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505.
Syaikh Al-Albani berkata bahwa hadits ini maudhu’). Imam Ahmad menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah dosa yang telah ditaubati.
Dalam Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عُيِّرَتْ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيْدَ بِهِ أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلاَ بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.”
Secara umum, puasa mengajarkan akhlak yang mulia. Jangan sampai puasa kita jadi sia-sia karena sikap atau tingkah laku kita yang jelek pada orang lain.
Ucapan yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sedangkan ucapan yang buruk akan dapat memicu permusuhan. Berikut 15 tips menjaga lisan agar puasa tak menjadi sia-sia.
1. Tidak selalu menyampaikan apa yang didengar kepada orang lain
Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR.Muslim dan Abu Dawud)
2. Jauhi sikap sombong dan membanggakan diri
Dalam Islam kedua sifat ini merupakan sifat tidak terpuji yang harus dihindari. Dari Aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan: “Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.” Berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam : “orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (muttafaq alaihi)
3. Perbanyak membaca Al-Quran
Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda: “Dikatakan pada orang yang senang membaca Al-Qur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca”. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Membaca Al-quran merupakan salah satu cara membentengi diri dalam menjaga lisan. Selain itu juga akan mampu mengontrol diri semakin mampu membedakan antara akhlak terpuji dan tercela. Amalan yang baik adalah terutama dengan keutamaan membaca Al-Quran di bulan Ramadhan.
4. Banyak berzikir
Berzikir merupakan salah satu cara manusia untuk mengingat kebesaran sang pencipta. Salah satu keutamaan dari zikir ialah dapat membantu kita dalam mengontrol perkataan dan perbuatan kita. Selain itu juga, Allah Ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191).
5. Hindari sikap berlebihan dalam berbicara
Berlebihan dalam berbicara merupakan salah satu hal yang tidak di anjurkan dalam Islam. Apalagi jika hal yang dibicarakan lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Sebaiknya berbicara sesuai dengan porsi dan usahakan apa yang keluar dari lisan ialah ucapan yang bermanfaat dan bernilai kebaikan.
6. Jangan memotong pembicaraan atau membantahnya
Memotong atau membantah perkataan orang lain, apalagi orang yang lebih tua merupakan hal yang dibenci dalam Islam. Sehingga tentunya hal ini harus dihindari.
7. Jangan memperolok cara bicara orang lain
Allah SWT terkadang menciptakam sebagian kecil umatnya dengan kekurangan fisik yang dimiliki. Sebagian dari mereka ada yang kesulitan dalam berbicara dan terbata-bata dalam pengucapannya. Sebagai muslim yang baik, hendaknya kita tidak memperolok kekurangan yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS Al-Hujurat:11)
8. Jauhkan diri dari ghibah dan namimah
Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan: Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka”
Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”.
9. Jangan mengunjing orang lain
Bergunjing merupakan salah satu sifat tercela yang sangat di benci Allh SWT. Seorang yang suka bergunjing terhadap orang lain diibaratkan sebagai seorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
Berikut petikan Firman Allah SWT dalam QS Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al-Hujurat : 12)
10. Hindari Perkataan yang Tidak Berdasar
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta”
Perkataan yang tidak berdasar tidak hanya dibenci oleh Allah SWT tapi juga dapat memberikan dampak buruk bagi kehodupan bermasyarakat. Timbulnya sengketa, perpecahan dan permusuhan dapat terjadi akibat dari ucapan lisan yang tidak berdasar.
11. Lebih banyak menggunakan telinga ketimbang mulut
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 47. ”Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya."
12. Mengendalikan lisan lewat hati
Dalam buku yanga sama Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti juga berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 49. “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam.
Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.
13. Hindari berbicara tanpa berpikir
Dalam berbicara entah kepada siapapun itu sebaiknya kita memikirkan dengan baik apa yang akan kita katakan. Apakah dampaknya? Bagaimana menyampaikannya dan kata-kata apa yang harus digunakan sebagaimana hukum menyakiti hati orang lain dalam Islam.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”
14. Jangan menghina orang lain
Muslim meriwayatkan sebuah hadis yang panjang dalam kitab Sahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi: “Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”
15. Selalu menjaga ucapan kepada orang lain
Pangkal dari sebuah perkara yang timbul bisa disebabkan karena kesalahan dalam berucap. Pada faktanya ada banyak sekali pertikaian dan perselisihan yang timbul akibat tidak bisa menjaga lisan satu sama lain.
(mhy)