Ibrahim bin Adham Sultan yang Jadi Sufi, Ternyata Pernah Masuk ke Indonesia
Senin, 27 September 2021 - 05:15 WIB
Pada masa itu, sastra Melayu dipandang sebagai alat ajar yang berfungsi untuk menanamkan nilai sosial dan religius. Oleh karena itu, hikayat-hikayat itu secara terus-menerus disampaikan kepada orang lain, dari generasi kepada generasi berikutnya.
Setelah bangsa Melayu mengenal huruf, mulailah cerita-cerita itu dituliskan menjadi naskah. Naskah-naskah itu mengalami pengutipan berkali-kali. Dan dalam setiap pengutipan tersebut terjadilah kebebasan untuk mengubah, menambah, atau mengurangi bahannya sesuai dengan selera masing-masing pengutip.
Inilah kemudian yang dapat menjelaskan mengapa kisah Ibrahim bin Adham di tanah Melayu berbeda dengan sumber aslinya serta memiliki berbagai varian atau versi.
Setelah bangsa Melayu mengenal huruf, mulailah cerita-cerita itu dituliskan menjadi naskah. Naskah-naskah itu mengalami pengutipan berkali-kali. Dan dalam setiap pengutipan tersebut terjadilah kebebasan untuk mengubah, menambah, atau mengurangi bahannya sesuai dengan selera masing-masing pengutip.
Inilah kemudian yang dapat menjelaskan mengapa kisah Ibrahim bin Adham di tanah Melayu berbeda dengan sumber aslinya serta memiliki berbagai varian atau versi.
(mhy)
Lihat Juga :