Ketika Imam Hatim Al-Asham Ditanya tentang Salat, Begini Jawabannya

Selasa, 02 Juni 2020 - 20:25 WIB
Imam Hatim Al-Asham (wafat 237 H), ulama besar Khurasan yang mendapat julukan Al-Asham yang berarti tuli. Foto Ilustrasi/Ist
Imam Hatim Al-Asham (wafat 237 H) seorang ulama besar Khurasan yang mendapat julukan Al-Asham (yang tuli). Beliau tidak tuli, akan tetapi pernah berpura-pura tuli karena ingin menjaga kehormatan orang lain. Nama lengkapnya adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Alwan.

Hatim Al-Asham adalah seorang ulama ahli ibadah dan sangat bertakwa. Pada suatu hari, ia kedatangan tamu bernama Isham bin Yusuf dan mengutarakan pertanyaan. "Bagaimana anda melakukan salat ?" tanya tamunya.

"Apabila waktu salat tiba, saya segera melakukan wudhu lahir dan batin," jawab Ima Hatim.(Baca Juga: Kisah Imam Hatim dan Perempuan yang Kentut di Hadapannya)

"Apakah perbedaan antara kedua wudhu itu?" tanya Isham penasaran. Sambil memperhatikan wajah tamunya, Hatim berkata: "Wudhu lahir adalah mencuci badan dengan air. Sedangkan wudhu batin adalah mencuci jiwa dengan tujuh sifat. Yaitu taubat, menyesali dosa-dosa masa lalu, melepaskan diri dari ketergantungan pada dunia, menanggalkan pujian dan penghormatan pada selain Allah, melepaskan diri dari kendali benda, membuang rasa dendam kesumat, dan menyingkirkan kedengkian. Setelah itu aku menuju masjid dan bersiap melaksanakan salat sambil memusatkan pandangan ke kiblat".

"Aku tampil sebagai pengemis yang seakan-akan Allah di hadapanku, surga di sebelah kanan­ku, neraka di sebelah kiriku. Izrail si pencabut nyawa, di belakangku, dan titian Shirat di bawah telapak kakiku. Itulah salatku yang terakhir".

"Setelah itu aku berniat dan bertakbir lalu membaca surah Al-Fatihah dengan seksama seraya merenungkan arti setiap kata dan ayat. Kemudian aku lakukan rukuk dan sujud dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati sambil menumpahkan air mata. Tasyahhud kulakukan dengan penuh pengharapan, lalu kuucapkan salam dengan ikhlas sepenuhnya. Sejak tiga tahun, salat yang demikianlah yang kulakukan."

Isham tercengang mendengar jawaban Hatim. "Hanya Andalah yang melakukan sala t seperti itu,” komentarnya. Tiba-tiba Isham menangis dan meraung sekuat-kuatnya sambil berdoa agar dibantu dan diberi kemampuan melakukan ibadah seperti Imam Hatim.(Baca Juga: Kisah Ibrahim bin Adham yang Bertobat karena Burung Gagak)

Adapun Mutiara Hikmahnya yang Lain:

1. Tiada waktu pagi datang melainkan setan mencercaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggoda, "Apa yang akan kamu makan? Apa yang akan kamu pakai? Di manakah kamu akan tinggal." Saya tidak ingin hanyut dalam jebakan pertanyaan itu, maka saya cukup menjawabnya, "Saya akan makan kematian, mengenakan kain kafan, dan tinggal di liang lahat".

2. Pernah suatu hari saya ditanya, "Tidakkah kamu menginginkan sesuatu?" Maka saya jawab, "Saya ingin selalu sehat dari pagi hingga malam hari”. Ditanyakan lagi, "Bukankah kamu sehat selama seharian?". Saya jawab, "Sehat menurutku adalah tidak melakukan dosa dari pagi hingga malam".

3. Saya pernah ikut suatu pertempuran. Saya ditangkap oleh seorang tentara Turki, kemudian badan saya dilentangkan untuk disembelih. Hati saya tidak merasa takut sedikitpun, bahkan saya menunggu keputusan Allah untukku. Ketika prajurit itu menghunus pedangnya untuk menyembelih diriku, tiba-tiba meluncur sebuah anak panah menembusnya sampai mati sehingga ia terlempar dariku. Sayapun segera berdiri.

4. Barangsiapa memasuki mazhab kami, hendaklah bersedia menerima empat hal kematian:

- Mati putih karena lapar.

- Mati hitam karena menanggung penderitaan dari manusia.

- Mati merah karena berbuat ketulusan untuk melawan hawa nafsu.

- Mati hijau karena fitnah.

Demikianlah kisah Imam Hatim Al-Asham yang penuh hikmah. Semoga kita bisa mengambil iktibar dan diberi taufik agar bisa meneladinya. (Baca Juga: Rahasia di Balik Salat 5 Waktu dan Pahala Puasa)



Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اِنۡ كُنۡـتُمۡ فِىۡ رَيۡبٍ مِّنَ الۡبَـعۡثِ فَاِنَّـا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّـطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنۡ مُّضۡغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيۡرِ مُخَلَّقَةٍ لِّـنُبَيِّنَ لَـكُمۡ‌ ؕ وَنُقِرُّ فِى الۡاَرۡحَامِ مَا نَشَآءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوۡۤا اَشُدَّكُمۡ ‌ۚ وَمِنۡكُمۡ مَّنۡ يُّتَوَفّٰى وَمِنۡكُمۡ مَّنۡ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرۡذَلِ الۡعُمُرِ لِكَيۡلَا يَعۡلَمَ مِنۡۢ بَعۡدِ عِلۡمٍ شَيۡــًٔـا‌ ؕ وَتَرَى الۡاَرۡضَ هَامِدَةً فَاِذَاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلَيۡهَا الۡمَآءَ اهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَاَنۡۢبَـتَتۡ مِنۡ كُلِّ زَوۡجٍۢ بَهِيۡجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah.

(QS. Al-Hajj Ayat 5)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More