Nabi Syuaib: Pengikut Hanya 3 Orang, Dakwah di Kalangan Pedagang Nakal
Senin, 25 Oktober 2021 - 15:35 WIB
Selain itu, mereka juga digambarkan terus menerus menghalang-halangi siapa yang beriman kepada jalan Allah dan menginginkannya agar jalan itu menjadi “bengkok”, yakni dengan mencari-cari dalih atau berusaha mencari-cari kelemahannya untuk menanamkan keraguan terhadapnya.
Upaya yang mereka lakukan bertujuan untuk mengurangi jumlah orang-orang yang beriman, maka peringatan yang disampaikan oleh Syuaib selanjutnya adalah, “Dan ingatlah ketika dahulu kamu berjumlah sedikit, lalu Dia memperbanyak kamu.”
Kalimat ini mengindikasikan bahwa dulunya Kaum Madyan berjumlah sedikit dan belum memiliki kemampuan sebesar sekarang.
Dengan demikian, mereka diberi peringatan agar jangan membalas nikmat yang mereka peroleh sekarang dengan kebalikannya, yaitu dengan melakukan usaha pengurangan terhadap orang-orang baik yang beriman, karena ini akan mengundang murka dan siksa Allah.
Terbagi Dua Kelompok
Setelah Nabi Syuaib memperingatkan mereka tentang dampak buruk kedurhakaan mereka, sambil mengajak mereka beriman, dia berkata:
“Dan jika ada segolongan dari kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah hingga Allah memutus perkara antara kita dan Dia adalah sebaik-baik para hakim.” ( QS al-Araf : 87 )
Ayat ini mengindikasikan, bahwa Kaum Madyan nantinya akan terbagi menjadi dua kelompok, yakni orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman. Dan Syuaib tampaknya sudah menduga, bahwa kaum lemah yang beriman akan ditindas oleh para pemuka yang durhaka.
Dari sini ajakan tabah dan sabar menjadi sangat penting lagi amat berguna, lebih-lebih dengan ajakan untuk menyerahkan putusan akhir kepada Allah SWT. Ini mengantar kaum beriman untuk tidak berputus asa, atau hidup dalam kegelisahan dan rasa takut.
Di sisi lain, hal itu baik juga bagi yang kafir karena dengan menyerahkan kepada Tuhan mereka tidak akan bertindak secara keliru, dan tidak juga mereka akan dianiaya, karena putusan Allah pastilah putusan yang haq.
Ayat selanjutnya berkata:
“Dan pemuka-pemuka yang amat sombong dari kaumnya berkata, ‘Sungguh kami pasti mengusirmu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau engkau harus kembali ke agama kami.’
“Dia menjawab, ‘Apakah walau kami tidak menyukai? Sungguh kami telah mengada-adakan kebohongan terhadap Allah jika kami kembali kepada agama kamu sesudah Allah menyelamatkan kami darinya. Dan tidak lah patut kami kembali ke dalamnya kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki.’
“‘Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah kami bertawakal. Tuhan kami putuskanlah antara kami dan antara kaum kami dengan haq (adil) dan Engkaulah Pemberi putusan yang sebaik-baiknya.’.’’ ( QS al-Araf : 88-89 )
Quraish Shihab menjelaskan, Kaum Nabi Syuaib tidak mampu menjawab apa yang beliau sampaikan, tidak ada dalih yang dapat mereka ucapkan, mereka juga tidak melaksanakan anjuran beliau untuk bersabar dan menanti putusan Allah.
Maka sebagaimana kebiasaan orang-orang terpojok, pemuka-pemuka yang amat sombong itu berkata, “Sungguh kami pasti mengusirmu hai Syuaib.” Demikian mereka memanggil nabi mereka dengan namanya tanpa panggilan penghormatan.
Upaya yang mereka lakukan bertujuan untuk mengurangi jumlah orang-orang yang beriman, maka peringatan yang disampaikan oleh Syuaib selanjutnya adalah, “Dan ingatlah ketika dahulu kamu berjumlah sedikit, lalu Dia memperbanyak kamu.”
Kalimat ini mengindikasikan bahwa dulunya Kaum Madyan berjumlah sedikit dan belum memiliki kemampuan sebesar sekarang.
Dengan demikian, mereka diberi peringatan agar jangan membalas nikmat yang mereka peroleh sekarang dengan kebalikannya, yaitu dengan melakukan usaha pengurangan terhadap orang-orang baik yang beriman, karena ini akan mengundang murka dan siksa Allah.
Terbagi Dua Kelompok
Setelah Nabi Syuaib memperingatkan mereka tentang dampak buruk kedurhakaan mereka, sambil mengajak mereka beriman, dia berkata:
وَإِن كَانَ طَآئِفَةٌ مِّنكُمْ ءَامَنُوا۟ بِٱلَّذِىٓ أُرْسِلْتُ بِهِۦ وَطَآئِفَةٌ لَّمْ يُؤْمِنُوا۟ فَٱصْبِرُوا۟ حَتَّىٰ يَحْكُمَ ٱللَّهُ بَيْنَنَا ۚ وَهُوَ خَيْرُ ٱلْحَٰكِمِينَ
“Dan jika ada segolongan dari kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah hingga Allah memutus perkara antara kita dan Dia adalah sebaik-baik para hakim.” ( QS al-Araf : 87 )
Ayat ini mengindikasikan, bahwa Kaum Madyan nantinya akan terbagi menjadi dua kelompok, yakni orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman. Dan Syuaib tampaknya sudah menduga, bahwa kaum lemah yang beriman akan ditindas oleh para pemuka yang durhaka.
Dari sini ajakan tabah dan sabar menjadi sangat penting lagi amat berguna, lebih-lebih dengan ajakan untuk menyerahkan putusan akhir kepada Allah SWT. Ini mengantar kaum beriman untuk tidak berputus asa, atau hidup dalam kegelisahan dan rasa takut.
Di sisi lain, hal itu baik juga bagi yang kafir karena dengan menyerahkan kepada Tuhan mereka tidak akan bertindak secara keliru, dan tidak juga mereka akan dianiaya, karena putusan Allah pastilah putusan yang haq.
Ayat selanjutnya berkata:
قَالَ الۡمَلَاُ الَّذِيۡنَ اسۡتَكۡبَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِهٖ لَـنُخۡرِجَنَّكَ يٰشُعَيۡبُ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَكَ مِنۡ قَرۡيَتِنَاۤ اَوۡ لَـتَعُوۡدُنَّ فِىۡ مِلَّتِنَا ؕ قَالَ اَوَلَوۡ كُنَّا كٰرِهِيْ
قَدِ افۡتَرَيۡنَا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اِنۡ عُدۡنَا فِىۡ مِلَّتِكُمۡ بَعۡدَ اِذۡ نَجّٰٮنَا اللّٰهُ مِنۡهَا ؕ وَمَا يَكُوۡنُ لَـنَاۤ اَنۡ نَّعُوۡدَ فِيۡهَاۤ اِلَّاۤ اَنۡ يَّشَآءَ اللّٰهُ رَبُّنَا ؕ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَىۡءٍ عِلۡمًاؕ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلۡنَا ؕ رَبَّنَا افۡتَحۡ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ قَوۡمِنَا بِالۡحَـقِّ وَاَنۡتَ خَيۡرُ الۡفٰتِحِيۡ
قَدِ افۡتَرَيۡنَا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اِنۡ عُدۡنَا فِىۡ مِلَّتِكُمۡ بَعۡدَ اِذۡ نَجّٰٮنَا اللّٰهُ مِنۡهَا ؕ وَمَا يَكُوۡنُ لَـنَاۤ اَنۡ نَّعُوۡدَ فِيۡهَاۤ اِلَّاۤ اَنۡ يَّشَآءَ اللّٰهُ رَبُّنَا ؕ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَىۡءٍ عِلۡمًاؕ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلۡنَا ؕ رَبَّنَا افۡتَحۡ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ قَوۡمِنَا بِالۡحَـقِّ وَاَنۡتَ خَيۡرُ الۡفٰتِحِيۡ
“Dan pemuka-pemuka yang amat sombong dari kaumnya berkata, ‘Sungguh kami pasti mengusirmu hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau engkau harus kembali ke agama kami.’
“Dia menjawab, ‘Apakah walau kami tidak menyukai? Sungguh kami telah mengada-adakan kebohongan terhadap Allah jika kami kembali kepada agama kamu sesudah Allah menyelamatkan kami darinya. Dan tidak lah patut kami kembali ke dalamnya kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki.’
“‘Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah kami bertawakal. Tuhan kami putuskanlah antara kami dan antara kaum kami dengan haq (adil) dan Engkaulah Pemberi putusan yang sebaik-baiknya.’.’’ ( QS al-Araf : 88-89 )
Quraish Shihab menjelaskan, Kaum Nabi Syuaib tidak mampu menjawab apa yang beliau sampaikan, tidak ada dalih yang dapat mereka ucapkan, mereka juga tidak melaksanakan anjuran beliau untuk bersabar dan menanti putusan Allah.
Maka sebagaimana kebiasaan orang-orang terpojok, pemuka-pemuka yang amat sombong itu berkata, “Sungguh kami pasti mengusirmu hai Syuaib.” Demikian mereka memanggil nabi mereka dengan namanya tanpa panggilan penghormatan.
Lihat Juga :