Nabi Syuaib: Pengikut Hanya 3 Orang, Dakwah di Kalangan Pedagang Nakal
Senin, 25 Oktober 2021 - 15:35 WIB
Mengenai kecurangan yang mereka lakukan, Al-Qur'an berkata:
“Dan (Kami telah mengutus) kepada Madyan saudara mereka Syuaib. Dia berkata: Wahai kaumku sembahlah Allah tidak ada bagi kamu satu tuhan pun selain-Nya. Sungguh telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhan kamu; maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan jangan kamu kurangi bagi manusia barang-barang mereka dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah perbaikannya. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu orang-orang mukmin.” ( QS al-Araf : 85 ).
Quraish Shihab mengatakan, dari ayat di atas terlihat bahwa Nabi Syuaib menekankan tiga hal pokok — setelah Tauhid — yang harus menjadi perhatian kaumnya, yaitu: Pertama, memelihara hubungan harmonis khususnya dalam interaksi ekonomi dan keuangan. Kedua, memelihara sistem dan kemaslahatan masyarakat umum. Dan, ketiga, kebebasan beragama.
Di dalam Al-Qur'an, Nabi Syuaib berkata kepada kaumnya:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada barang-barangnya dan janganlah kamu membuat kejahatan di bumi dengan menjadi perusak-perusak; Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.” ( QS asy-Syuara : 181-184 )
Nabi Syuaib menuntun mereka untuk menghindari sekian banyak pelanggaran, bermula dari pelanggaran tertentu yang telah lumrah mereka lakukan, yaitu mengurangi takaran dan timbangan, kemudian disusul dengan larangan yang bersifat lebih luas dan mencakup larangan yang lalu (kepada umat terdahulu).
Larangan-larangan yang lalu yaitu mencakup tidak mengurangi/mengambil hak orang lain, baik dalam bentuk mengurangi timbangan maupun mencuri harta mereka, atau menipu, merampok, atau mengurangi hak yang seharusnya diterima seseorang.
Selanjutnya beliau melarang dengan larangan menyeluruh sehingga mencakup segala macam kejahatan, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain, binatang, maupun lingkungan.
Setelah menasihati kaumnya dalam hal-hal khusus yang menonjol menyangkut kedurhakaan mereka. Nabi Syuaib menasihati secara umum dengan menyatakan, “Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.”
Menurut Quraish Shihab, kalimat tersebut merupakan peringatan untuk bertakwa kepada Allah untuk menghindari siksa-Nya dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya sepanjang kemampuan dan menjauhi semua larangan-Nya.
Menghalangi Jalan Kebaikan
Nabi Syuaib juga memperingatkan mereka terkait ajakan mereka terhadap orang-orang yang beriman. Sebagaimana dikatakan di dalam Al-Quran:
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ فَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada Madyan saudara mereka Syuaib. Dia berkata: Wahai kaumku sembahlah Allah tidak ada bagi kamu satu tuhan pun selain-Nya. Sungguh telah datang kepada kamu bukti yang nyata dari Tuhan kamu; maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan jangan kamu kurangi bagi manusia barang-barang mereka dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah perbaikannya. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu orang-orang mukmin.” ( QS al-Araf : 85 ).
Quraish Shihab mengatakan, dari ayat di atas terlihat bahwa Nabi Syuaib menekankan tiga hal pokok — setelah Tauhid — yang harus menjadi perhatian kaumnya, yaitu: Pertama, memelihara hubungan harmonis khususnya dalam interaksi ekonomi dan keuangan. Kedua, memelihara sistem dan kemaslahatan masyarakat umum. Dan, ketiga, kebebasan beragama.
Di dalam Al-Qur'an, Nabi Syuaib berkata kepada kaumnya:
اَوۡفُوا الۡـكَيۡلَ وَلَا تَكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُخۡسِرِيۡنَۚ
وَزِنُوۡا بِالۡقِسۡطَاسِ الۡمُسۡتَقِيۡمِۚ
وَلَا تَبۡخَسُوا النَّاسَ اَشۡيَآءَهُمۡ وَلَا تَعۡثَوۡا فِى الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِيۡنَۚ
وَاتَّقُوا الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ وَالۡجِـبِلَّةَ الۡاَوَّلِيۡنَؕ
وَزِنُوۡا بِالۡقِسۡطَاسِ الۡمُسۡتَقِيۡمِۚ
وَلَا تَبۡخَسُوا النَّاسَ اَشۡيَآءَهُمۡ وَلَا تَعۡثَوۡا فِى الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِيۡنَۚ
وَاتَّقُوا الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ وَالۡجِـبِلَّةَ الۡاَوَّلِيۡنَؕ
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada barang-barangnya dan janganlah kamu membuat kejahatan di bumi dengan menjadi perusak-perusak; Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.” ( QS asy-Syuara : 181-184 )
Nabi Syuaib menuntun mereka untuk menghindari sekian banyak pelanggaran, bermula dari pelanggaran tertentu yang telah lumrah mereka lakukan, yaitu mengurangi takaran dan timbangan, kemudian disusul dengan larangan yang bersifat lebih luas dan mencakup larangan yang lalu (kepada umat terdahulu).
Larangan-larangan yang lalu yaitu mencakup tidak mengurangi/mengambil hak orang lain, baik dalam bentuk mengurangi timbangan maupun mencuri harta mereka, atau menipu, merampok, atau mengurangi hak yang seharusnya diterima seseorang.
Selanjutnya beliau melarang dengan larangan menyeluruh sehingga mencakup segala macam kejahatan, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain, binatang, maupun lingkungan.
Setelah menasihati kaumnya dalam hal-hal khusus yang menonjol menyangkut kedurhakaan mereka. Nabi Syuaib menasihati secara umum dengan menyatakan, “Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.”
Menurut Quraish Shihab, kalimat tersebut merupakan peringatan untuk bertakwa kepada Allah untuk menghindari siksa-Nya dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya sepanjang kemampuan dan menjauhi semua larangan-Nya.
Menghalangi Jalan Kebaikan
Nabi Syuaib juga memperingatkan mereka terkait ajakan mereka terhadap orang-orang yang beriman. Sebagaimana dikatakan di dalam Al-Quran:
وَلَا تَقْعُدُوا۟ بِكُلِّ صِرَٰطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِهِۦ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ وَٱذْكُرُوٓا۟ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلًا فَكَثَّرَكُمْ ۖ وَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan, menakut-nakuti dan menghalang-halangi yang beriman dari jalan Allah dan menginginkannya menyimpang. Dan ingatlah ketika dahulu kamu berjumlah sedikit, lalu Dia memperbanyak kamu, dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para perusak.” ( QS al-Araf : 86 )
Menurut Quraish Shihab, ayat ini menggambarkan tentang Kaum Madyan yang secara sungguh-sungguh menghalangi jalan kebaikan yang akan diambil oleh orang-orang yang menelusurinya.
“Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan, menakut-nakuti dan menghalang-halangi yang beriman dari jalan Allah dan menginginkannya menyimpang. Dan ingatlah ketika dahulu kamu berjumlah sedikit, lalu Dia memperbanyak kamu, dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para perusak.” ( QS al-Araf : 86 )
Menurut Quraish Shihab, ayat ini menggambarkan tentang Kaum Madyan yang secara sungguh-sungguh menghalangi jalan kebaikan yang akan diambil oleh orang-orang yang menelusurinya.
Lihat Juga :
Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini
More