Kisah Hulagu Khan, Pembantai Ribuan Muslim yang Menghapus Dinasti Abbasiyah
Kamis, 28 Oktober 2021 - 18:15 WIB
Baca Juga
Al-Mustasim Menyerah
Akhirnya, pada 10 Februari 1258 M, Al-Mustasim menyerahkan Baghdad ke Hulagu Khan nyaris tanpa perlawanan.
Keputusan ini sangat mengecewakan masyarakat Baghdad, dan bencana pun sudah membayang di depan mata mereka setelah terjadi penyerahan tersebut.
Namun, Hulagu dan gerombolannya tidak berusaha memasuki kota selama tiga hari setelah penyerahan tersebut. Sepertinya ia mengobservasi dan memetakan dengan seksama dinamika di Baghdad. Dan setelah tiga hari, ia memasuki Baghdad bersama pasukannya.
Hal pertama yang dilakukannya adalah menyingkirkan komunitas Kristen Nestorian Baghdad ke tempat aman. Hulagu menyuruh mereka untuk mengunci diri di gereja mereka, dan memerintahkan tentaranya untuk tidak menyentuh mereka.
Keputusan ini dibuat karena mengingat ibu Hulagu dan istri kesayangannya adalah orang Kristen Nestorian.
Dan setelah memastikan komunitas Kristen Nestorian ini selamat, maka Hulagu memberi keputusan yang paling biadab dan paling mengerikan yang dikenal sejarah.
Ia mengizinkan pasukannya melakukan pemerkosaan, penjarahan, dan pembunuhan sepuas-puasnya untuk merayakan kemenangan mereka. Maka tak pelak, Baghdad berubah menjadi arena pembantaian paling brutal.
Selama berhari-hari, baik pria, wanita, maupun anak-anak, masyarakat sipil ataupun tentara dikejar dan dibunuh oleh pasukan Hulagu. Jumlah korban tewas dalam peristiwa ini tidak terhitung dengan pasti.
Para ahli menyebut jumlah 1 juta. Tapi dalam suratnya yang ditujukan kepada Raja Perancis, Louis IX, Hulagu mengklaim membunuh 200.000 orang Baghdad dalam invasi ini.
Hukum Mati 3000 Pejabat
Di level para ningrat, sekitar 3.000 tokoh terkemuka Baghdad – termasuk pejabat, anggota keluarga Abbasiyah, dan khalifah sendiri – memohon grasi. Tapi semua 3.000 orang tersebut dihukum mati, kecuali khalifah, yang ditahan untuk waktu yang tidak terlalu lama.
Ia dibiarkan hidup sementara, sambil menyaksikan kebrutalan ini. Melihat orang-orang nomaden itu menjarah dan membakar khasanah peradaban dinasti Abbasiyah, serta menikmati detik-detik kehancuran kekhalifahan yang sudah disusun oleh nenek moyangnya selama lebih dari 500 tahun.
Konon, Hulagu dinasihati oleh para peramal, bahwa darah khalifah Abbasiyah tidak boleh tumpah ke bumi. Bila itu terjadi, maka bumi akan menolaknya, dan bencana alam pun akan terjadi.
Mensiasati nasihat ini, maka Hulagu mengeluarkan perintah mengeksekusi khalifah dengan cara menggulungnya dengan karpet tebal, lalu kemudian secara bersama-sama diinjak oleh barisan pasukan kuda Hulagu sampai mati.
Fungsi karpet itu tidak lain untuk menghindari darah sang khalifah jatuh ke bumi. Dan demikianlah kisah hidup sang Khalifah Abbasiyah terakhir.
Sungai Tigris Menghitam
Eamon Gearond memaparkan setelah seminggu bersukaria di Baghdad, Hulagu dan pasukannya meninggalkan kota yang pernah pencapai peradaban paling tinggi itu dalam keadaan hancur berantakan, dan nyaris tanpa penghuni. Asap membubung tinggi dan menyebar sejauh hampir 50 Km.