Burung Gagak Hitam yang Dimuliakan Islam
Jum'at, 05 Juni 2020 - 20:01 WIB
Ustaz DR Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Dulu, orang-orang musyrikin Makkah pernah mengolok-olok budak hitam legam seperti Bilal bin Rabbah radhiallhu'anhu yang mengumandangkan adzan di Ka'bah dengan mengatakan, "Beruntung Bapakku tidak menyaksikan burung gagak hitam yang bertengger di atas Ka'bah."
Maksud dari "Burung Gagak Hitam" itu ungkapan untuk menghinakan Bilal bin Rabbah , seorang budak hitam yang dianggap hina dina dan tidak pantas mendapatkan tempat pada posisi apa pun secara sosial di masyarakat. Namun, Islam datang membawa prinsip egaliterian, ajaran tentang persamaan hak dan derajat kemanusiaan sehingga budak hitam legam yang hina sekalipun diangkat derajatnya sebagai manusia terhormat.
Bahkan, Islam memberi kehormatan bagi Bilal bin Rabbah sebagai pengumandang adzan pertama dalam sejarah Islam yang menyeru manusia untuk memenuhi panggilan Allah Ta'ala.(Baca Juga: Kisah Bilal dan Adzan Terakhir yang Menggetarkan Madinah)
Bilal bin Rabbah , budak hina yang kemudian dimuliakan oleh Islam sebagai seorang sahabat mulia yang ditunggu suaranya setiap kali kaum muslimin akan menunaikan kewajiban shalat 5 waktu sepanjang masa hidup Rasulullah SAW .
Begitulah penghargaan Islam terhadap Human Right sejak abad ke-7 masehi yang lalu. Sedangkan di Barat sampai abad ke-20 atau tepatnya pada tahun 1948, diskriminasi serta rasisme terhadap perbedaan warna kulit dan ras masih tetap terjadi.
(Baca Juga: Subhanallah, Beginilah Abu Dzar Menebus Kesalahannya kepada Bilal)
Adalah George Mc Laurin, seorang mahasiswa orang kulit hitam pertama yang diizinkan kuliah di Universitas Oklahoma itu pun dengan syarat harus duduk menjauh dari orang-orang kulit putih.
Jadi, bicara tentang kesamaan hak-hak asasi manusia, Islam jauh lebih dahulu menerapkannya sejak 14 abad lalu. Beruntunglah mereka yang mendapat hidayah dan dimuliakan dengan akidah Islam yang rahmatan lil'alamin.(Baca Juga: Rasisme itu Dosa Asal Amerika)
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Dulu, orang-orang musyrikin Makkah pernah mengolok-olok budak hitam legam seperti Bilal bin Rabbah radhiallhu'anhu yang mengumandangkan adzan di Ka'bah dengan mengatakan, "Beruntung Bapakku tidak menyaksikan burung gagak hitam yang bertengger di atas Ka'bah."
Maksud dari "Burung Gagak Hitam" itu ungkapan untuk menghinakan Bilal bin Rabbah , seorang budak hitam yang dianggap hina dina dan tidak pantas mendapatkan tempat pada posisi apa pun secara sosial di masyarakat. Namun, Islam datang membawa prinsip egaliterian, ajaran tentang persamaan hak dan derajat kemanusiaan sehingga budak hitam legam yang hina sekalipun diangkat derajatnya sebagai manusia terhormat.
Bahkan, Islam memberi kehormatan bagi Bilal bin Rabbah sebagai pengumandang adzan pertama dalam sejarah Islam yang menyeru manusia untuk memenuhi panggilan Allah Ta'ala.(Baca Juga: Kisah Bilal dan Adzan Terakhir yang Menggetarkan Madinah)
Bilal bin Rabbah , budak hina yang kemudian dimuliakan oleh Islam sebagai seorang sahabat mulia yang ditunggu suaranya setiap kali kaum muslimin akan menunaikan kewajiban shalat 5 waktu sepanjang masa hidup Rasulullah SAW .
Begitulah penghargaan Islam terhadap Human Right sejak abad ke-7 masehi yang lalu. Sedangkan di Barat sampai abad ke-20 atau tepatnya pada tahun 1948, diskriminasi serta rasisme terhadap perbedaan warna kulit dan ras masih tetap terjadi.
(Baca Juga: Subhanallah, Beginilah Abu Dzar Menebus Kesalahannya kepada Bilal)
Adalah George Mc Laurin, seorang mahasiswa orang kulit hitam pertama yang diizinkan kuliah di Universitas Oklahoma itu pun dengan syarat harus duduk menjauh dari orang-orang kulit putih.
Jadi, bicara tentang kesamaan hak-hak asasi manusia, Islam jauh lebih dahulu menerapkannya sejak 14 abad lalu. Beruntunglah mereka yang mendapat hidayah dan dimuliakan dengan akidah Islam yang rahmatan lil'alamin.(Baca Juga: Rasisme itu Dosa Asal Amerika)
(rhs)