Peristiwa Besar di Bulan Rajab, Rasulullah SAW Pimpin Pasukan Muslim dalam Perang Tabuk
Kamis, 03 Februari 2022 - 10:00 WIB
Orang-orang yang memang sudah membawa bibit-bibit kebencian dalam hatinya kepada Rasulullah, mereka mengambil kesempatan dalam peristiwa ini supaya orang-orang munafik itu tambah munafik dan menghasut orang supaya tinggal di belakang medan perang.
Orang-Orang yang Menangis
Rasulullah SAW melihat bahwa mereka itu tak dapat diberi hati, khawatir nanti akan merajalela. Beliau berpendapat akan mengambil tindakan terhadap mereka dengan tangan besi. Beliau mengetahui, bahwa banyak orang berkumpul di rumah Sulaim orang Yahudi itu.
Mereka mengalang-alangi orang dengan menanamkan rasa enggan dalam hati orang dan supaya mereka tinggal saja di garis belakang. Didampingi oleh beberapa orang sahabat Rasulullah mengutus Talha bin 'Ubaidillah mendatangi kaum munafik itu, selanjutnya memakar rumah Sulaim.
Salah seorang dari mereka patah kakinya ketika ia melarikan diri dari dalam rumah itu. Yang lain-lain langsung menerobos api itu dan dapat meloloskan diri.
Akhirnya, mereka tidak mengulangi perbuatan semacam itu. Bahkan itu menjadi contoh buat yang lain. Sesudah itu tak ada lagi orang berani berbuat begitu.
Haekal mengatakan tindakan tegas terhadap orang-orang munafik itu ada juga bekasnya. Dalam mempersiapkan pasukan itu orang-orang kaya dan orang-orang berada telah pula datang menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang cukup besar.
Utsman bin Affan saja sendiri menyumbang seribu dinar, dan banyak lagi yang lain, masing-masing menurut kemampuannya. Setiap orang yang mampu tampil dengan perlengkapan dan biaya sendiri pula.
Orang-orang yang tidak punya juga banyak yang datang ingin dibawa serta oleh Nabi. Mereka yang mampu oleh Nabi dibawa, sedang kepada yang lain ia berkata: "Dalam hal ini saya tidak mendapat kendaraan yang akan dapat membawa kamu."
Dengan demikian mereka pun kembali, kembali dengan bercucuran airmata. Mereka sedih, karena tak ada pula yang dapat mereka sumbangkan. Karena tangisan mereka itu mereka diberi nama Al-Bakka'un (orang-orang yang menangis).
Pasukan yang sudah berkumpul mendampingi Nabi Muhammad ini disebut Pasukan 'Usra, karena kesukaran yang dialami sejak mulai dibangun. pasukan Muslim ini berjumlah 30.000 orang.
Selanjutnya, Rasulullah SAW menyerahkan urusan Kota Madinah kepada Muhammad bin Maslama. Sedangkan urusan keluarga Rasulullah SAW diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib .
Setelah segala sesuatunya sudah dianggap beres, kata Haekal, beliau memimpin pasukan. Ketika itu, Abdullah bin Ubayy juga sudah siap dengan sebuah pasukan terdiri dari golongannya sendiri, akan berangkat di samping pasukan Rasulullah SAW.
Akan tetapi menurut Nabi, Abdullah dan pasukannya itu supaya tetap di Madinah saja karena selain kurang dapat dipercaya imannya juga ia tidak kuat.
Selanjutnya pasukan muslim itu pun berangkat. Debu dan pasir halus mengepul-ngepul ke udara diselingi oleh ringkik kuda. Wanita-wanita Madinah pergi naik ke atas loteng. Mereka menyaksikan pasukan tentara yang dahsyat ini, berangkat hendak menerobos padang sahara menuju ke arah Syam; yang demi di jalan Allah, tidak mereka pedulikan lagi udara panas, rasa dahaga dan lapar.
Pasukan yang telah didahului oleh 10.000 pasukan berkuda serta kaum wanita yang begitu terpesona menyaksikan segala kebesaran dan kekuatan itu, suasananya telah dapat menggerakkan hati beberapa orang yang tadinya surut dalam menerima ajakan Rasul dan tidak mau ikut.
Kisah Abu Khaithama
Demikian juga Abu Khaithama, setelah melihat suasana itu ia kembali pulang. Kedua orang isterinya dijumpainya masing-masing sedang menyirami tempat ia berteduh dan sedang mendinginkan air minum dan menyediakan makanan buat dia. Setelah dilihatnya apa yang dilakukan wanita itu ia berkata:
Baca Juga
Orang-Orang yang Menangis
Rasulullah SAW melihat bahwa mereka itu tak dapat diberi hati, khawatir nanti akan merajalela. Beliau berpendapat akan mengambil tindakan terhadap mereka dengan tangan besi. Beliau mengetahui, bahwa banyak orang berkumpul di rumah Sulaim orang Yahudi itu.
Mereka mengalang-alangi orang dengan menanamkan rasa enggan dalam hati orang dan supaya mereka tinggal saja di garis belakang. Didampingi oleh beberapa orang sahabat Rasulullah mengutus Talha bin 'Ubaidillah mendatangi kaum munafik itu, selanjutnya memakar rumah Sulaim.
Salah seorang dari mereka patah kakinya ketika ia melarikan diri dari dalam rumah itu. Yang lain-lain langsung menerobos api itu dan dapat meloloskan diri.
Akhirnya, mereka tidak mengulangi perbuatan semacam itu. Bahkan itu menjadi contoh buat yang lain. Sesudah itu tak ada lagi orang berani berbuat begitu.
Haekal mengatakan tindakan tegas terhadap orang-orang munafik itu ada juga bekasnya. Dalam mempersiapkan pasukan itu orang-orang kaya dan orang-orang berada telah pula datang menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang cukup besar.
Utsman bin Affan saja sendiri menyumbang seribu dinar, dan banyak lagi yang lain, masing-masing menurut kemampuannya. Setiap orang yang mampu tampil dengan perlengkapan dan biaya sendiri pula.
Orang-orang yang tidak punya juga banyak yang datang ingin dibawa serta oleh Nabi. Mereka yang mampu oleh Nabi dibawa, sedang kepada yang lain ia berkata: "Dalam hal ini saya tidak mendapat kendaraan yang akan dapat membawa kamu."
Dengan demikian mereka pun kembali, kembali dengan bercucuran airmata. Mereka sedih, karena tak ada pula yang dapat mereka sumbangkan. Karena tangisan mereka itu mereka diberi nama Al-Bakka'un (orang-orang yang menangis).
Pasukan yang sudah berkumpul mendampingi Nabi Muhammad ini disebut Pasukan 'Usra, karena kesukaran yang dialami sejak mulai dibangun. pasukan Muslim ini berjumlah 30.000 orang.
Selanjutnya, Rasulullah SAW menyerahkan urusan Kota Madinah kepada Muhammad bin Maslama. Sedangkan urusan keluarga Rasulullah SAW diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib .
Setelah segala sesuatunya sudah dianggap beres, kata Haekal, beliau memimpin pasukan. Ketika itu, Abdullah bin Ubayy juga sudah siap dengan sebuah pasukan terdiri dari golongannya sendiri, akan berangkat di samping pasukan Rasulullah SAW.
Akan tetapi menurut Nabi, Abdullah dan pasukannya itu supaya tetap di Madinah saja karena selain kurang dapat dipercaya imannya juga ia tidak kuat.
Selanjutnya pasukan muslim itu pun berangkat. Debu dan pasir halus mengepul-ngepul ke udara diselingi oleh ringkik kuda. Wanita-wanita Madinah pergi naik ke atas loteng. Mereka menyaksikan pasukan tentara yang dahsyat ini, berangkat hendak menerobos padang sahara menuju ke arah Syam; yang demi di jalan Allah, tidak mereka pedulikan lagi udara panas, rasa dahaga dan lapar.
Pasukan yang telah didahului oleh 10.000 pasukan berkuda serta kaum wanita yang begitu terpesona menyaksikan segala kebesaran dan kekuatan itu, suasananya telah dapat menggerakkan hati beberapa orang yang tadinya surut dalam menerima ajakan Rasul dan tidak mau ikut.
Kisah Abu Khaithama
Demikian juga Abu Khaithama, setelah melihat suasana itu ia kembali pulang. Kedua orang isterinya dijumpainya masing-masing sedang menyirami tempat ia berteduh dan sedang mendinginkan air minum dan menyediakan makanan buat dia. Setelah dilihatnya apa yang dilakukan wanita itu ia berkata: