Alam Barzakh: Teori Frekuensi dan Gelombang-Gelombang Suara
Senin, 21 Februari 2022 - 18:11 WIB
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati. Sebenamya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya ( QS Al-Baqarah [2]: 154).
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati. Sebenarnya mereka hidup di sisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rezeki ( QS Ali Imran [3]: 169).
Quraish Shihab menjelaskan sementara orang memahami "ketidakmatian atau kehidupan mereka" dalam arti keharuman dan kelanggengan nama mereka di dunia ini.
Kalau demikian, mengapa surat Al-Baqarah ayat 154 di atas menyatakan "tetapi kamu tidak menyadarinya"? Bukankah keharuman nama itu kita sadari? Kemudian apakah ganjaran "kekekalan nama" ini merupakan suatu keistimewaan? Bukankah ada yang gugur dan dikenal namanya secara harum, padahal hakikatnya ia tidak dinilai Allah sebagai syuhada karena kematiannya bukan fi sabilillah? Apakah dengan demikian dipersamakan antara yang baik dan yang buruk?
Di sisi lain, bagaimana pula halnya dengan para syuhada yang tidak dikenal dan alangkah banyaknya mereka. Bukankah Allah menyatakan bahwa mereka hidup dan mendapat rezeki? Kalau demikian apa rezeki mereka yang tidak dikenal itu? Apakah mereka tidak mendapatkannya? Kalau demikian di mana keadilan Ilahi?
Menurut Quraish Shihab, cukup banyak ayat yang dapat dijadikan titik pijak bagi adanya apa yang dinamai kehidupan di alam barzah. Bacalah misalnya surat Al-Baqarah (2): 28, Al-Mu'min (40): 11, dan lain sebagainya.
"Memang ada juga yang berpegang pada surat Ya Sin [36]: 52 yang menceritakan ucapan orang-orang kafir saat ditiupnya sangkakala pertama yaitu: Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami?" jelasnya.
Mereka menyatakan bahwa ayat ini menginformasikan bahwa kaum kafir ketika itu merasa diri mereka tidur dan terhentak bangun dengan tiupan sangkakala. Jadi, dalih mereka selanjutnya adalah "Kalau memang mereka tidur dan terhentak dengan tiupan sangkakala, maka bagaimana bisa dinyatakan bahwa ada kehidupan di alam barzakh? Atau ada siksa dan nikmat kubur?"
Quraish mengatakan, pandangan ini bisa dipertimbangkan untuk diterima jika ayat tersebut berkata: "Siapakah yang membangkitkan kami dari tidur kami?" Tetapi, redaksinya adalah "dari tempat tidur kami" yakni kubur.
Di sisi lain harus dipahami bahwa kubur yang dimaksud di sini bukannya sebidang tanah tempat jasad mereka dikuburkan, tetapi satu alam yang kita tidak tahu persis bagaimana keadaannya. Kalaulah ayat di atas dianggap "tidak jelas maknanya" atau yang diistilahkan oleh para ulama dengan mutasyabih, maka ayat-ayat lain yang maknanya cukup jelas (muhkam) seperti sekian banyak ayat yang telah disinggung sebelum ini -dapat menjadi patokan untuk memahaminya.
Hadis-hadis Nabi pun -dengan kualitas yang beraneka ragam- menurut Quraish, amat banyak yang berbicara tentang alam barzah, sehingga amat riskan untuk menolak keberadaan alam itu hanya dengan menggunakan satu atau dua ayat yang sepintas terlihat berbeda dengan keterangan-keterangan tersebut.
Ketika putra Nabi yang bernama Ibrahim meninggal dunia, Nabi saw bersabda: Sesungguhnya ada yang menyusukannya di surga (HR Bukhari).
Imam Ahmad ibn Hanbal, Ath-Thabarani, Ibnu Abi Ad-Dunya, dan Ibnu Majah meriwayatkan melalui sahabat Nabi, Abu Said Al-Khudri, bahwa Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya yang meninggal mengetahui siapa yang memandikannya, yang mengangkatnya, yang mengafaninya, dan siapa yang menurunkannya ke kubur."
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa, apabila salah seorang di antara kamu meninggal, maka diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang tempat tinggalnya (kelak di hari kiamat). Kalau dia penghuni surga, maka diperlihatkan kepadanya (tempat) penghuni surga; dan kalau penghuni neraka, maka diperlihatkan (tempat) penghuni neraka. Disampaikan kepadanya bahwa inilah tempatmu sampai Allah membangkitkanmu ke sana (HR Bukhari).
Ibnu Hisyam dalam Sirah-nya menuturkan sebuah riwayat bahwa Nabi SAW setelah selesainya Perang Badar, menuju tempat pemakaman pemuka-pemuka kaum musyrik yang tewas ketika itu, dan memanggil nama-nama mereka satu per satu: