Kisah Bijak Para Sufi: Kandil Besi

Selasa, 16 Juni 2020 - 10:19 WIB
Ketika Abdullah dan ibunya telah pulih dari keheranannya, mereka menyadari bahwa mereka bisa hidup cukup baik dengan hasil dari kandil itu, sebab dari "tarian para darwis" mereka memperoleh dua belas keping perak setiap harinya. Namun tak lama berselang, Abdullah teringat pada kekayaan tak ternilai yang ditemukannya di gua bawah tanah, dan ia memutuskan untuk mencoba mendapatkan kesempatan untuk mengambil harta itu bagi dirinya sendiri.

Ia mencari dan mencari, tetapi belum juga menemukan tempat pintu masuk gua. Ia telah terobsesi untuk menjadi kaya. Maka, pergilah ia mengembara ke seluruh dunia hingga tiba di sebuah istana yang ternyata adalah kediaman darwis miskin yang waktu itu dilihat ibunya sedang terhuyung-huyung di dekat gubuk mereka.

Pencariannya ini sudah berlangsung berbulan-bulan, dan Abdullah bukan main senangnya ketika diantar ke depan sang darwis, yang didapatinya berpakaian layaknya seorang raja dan dikelilingi oleh sekumpulan pengikutnya.



"Sekarang," kata darwis itu, "kau yang tak tahu berterima kasih! Akan kutunjukkan padamu untuk apa kandil ini." Ia mengambil tongkat dan memukul kandil itu. Dari setiap cabangnya muncul harta berlimpah ruah, jauh melebihi yang dilihat anak muda itu di gua. Sang darwis pun memberikan emas, perak, dan permata kepada orang-orang berjasa, dan lihatlah, kandil itu sudah seperti semula, siap digunakan lagi.

"Enyahlah dari hadapanku," kata darwis itu, "sebab kau tak bisa dipercaya untuk melakukan tugasmu dengan benar, dan sebab kau sudah mengkhianati kepercayaanku. Tetapi, sebagai balasan karena mengembalikan kandilku, bawalah bersamamu seekor unta dan sekantong emas."



Abdullah bermalam di istana itu, dan paginya ia berhasil menaruh kandil itu di pelana unta. Segera setelah ia tiba di rumah, ia menyalakan lilin, dan dipukulnya kandil itu dengan tongkat.

Tetapi, ia tidak sepenuhnya memperhatikan cara memukul kandil itu; alih-alih memegang tongkat dengan tangan kanan, ia pakai tangan kiri. Kedua belas darwis tadi serta-merta muncul, merebut emas dan permata pemberian darwis agung, memelanai unta, merampas kandil, dan lenyap. Tinggallah Abdullah dalam keadaan lebih melarat dari pada sebelumnya, sebab ia kini dibebani oleh ingatan akan tindakannya yang bodoh dan tamak, serta betapa ia nyaris menjadi kaya.

Namun, tak ada lagi kesempatan lain baginya, dan pikirannya tak pernah lagi bisa tenteram.

===

Kisah ini disampaikan di sebuah madrasah Sufi, sebagai suatu 'latihan-pengembangan' bagi para murid yang dianggap terlalu berpikir harafiah. Cerita ini mengacu dalam bentuk tersamar pada latihan-latihan tertentu bagi para darwis, dan hendak menunjukkan bahwa kerugian atau kesia-siaan mungkin saja menimpa mereka yang melakukan cara mistik tanpa sebelumnya bisa mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi tertentu.

Dinukil dari Idries Shah "Tales of The Dervishes" diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. ( )
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
cover top ayah
اِنَّ الَّذِيۡنَ اَجۡرَمُوۡا كَانُوۡا مِنَ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا يَضۡحَكُوۡنَ
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman.

(QS. Al-Mutaffifin Ayat 29)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More