Detik-Detik Menjelang Runtuhnya Daulah Umayyah dan Berdirinya Daulah Abbasiyah
Selasa, 22 Maret 2022 - 05:15 WIB
Ketika Ibnu Hubairah mendapat informasi tentang terbunuhnya Marwan bin Muhammad, maka ia pun memilih jalan damai hingga terjadilah pertukaran delegasi antara dirinya dengan Abu Jafar hingga ia bersedia memberikan jaminan keamanan kepadanya.
Ibnu Hubairah menulis surat jaminan selama empat puluh malam sambil berkonsultasi dengan para ulama hingga Ibnu Hubairah bisa menerimanya. Kemudian surat tersebut dikirimkan kepada Abu Jafar, yang kemudian disampaikan Abu Jafar kepada Abu As-Saffah.
Abu As-Saffah memerintahkan untuk menandatanganinya. Abu Jafar berpandangan bahwa ia harus menepati isi dokumen perjanjian tersebut. Sedangkan Abul Abbas As-Saffah tidak dapat memberikan sebuah keputusan, kecuali setelah mendapat persetujuan dari Abu Muslim Al-Khurasani.
Abu Muslim Al-Khurasani pun memberikan jawaban dengan mengatakan, “Sesunguhnya jalan yang mudah adalah jika Anda melemparkan bebatuan itu di dalamnya. Demi Allah, tiada suatu jalan kebaikan jika di dalamnya terdapat Ibnu Hubairah.”
Ketika surat tersebut telah ditulis, Ibnu Hubairah keluar menemui Abu Jafar dan menghadap kepadanya lalu berbincang-bincang sesaat. Setelah beberapa hari berlangsung, Abu Muslim memerintahkan Abu Jafar untuk membunuh Ibnu Hubairah sedangkan tinta surat tersebut belum mengering.
Ibnu Hubairah pun akhirnya dibunuh bersama beberapa pengikut seniornya. Pembunuhan ini menimbulkan duka yang mendalam pada diri Mungidz bin Abdurrahman Al-Hilali.
Dengan terbunuhnya Ibnu Hubairah, maka padamlah lampu pemerintahan Dinasti Umayyah.
Didukung Syiah dan Khawarij
Imam As-Suyuti dalam bukunya berjudul "Tarikh Khulafa atau Sejarah Para Penguasa Islam" menjelaskan Abu al-'Abbas, didukung oleh Syi’ah, Khawarij, dan daerah Khurasan, memimpin pasukannya menang terhadap Bani Umayyah dan akhirnya menjatuhkan penguasa terakhirnya Marwan II.
Sejumlah kaum Syiah memganggap Abu al-'Abbas merupakan Mahdi yang diutus setelah 1000 tahun masa kenabian.
Sejumlah sarjana Muslim yang menonjol menulis karya seperti Jafr yang mengatakan muslimin yang setia bahwa perang saudara yang brutal merupakan konflik besar antara yang hak dan batil.
Pilihan Bani Umayyah memasuki pertempuran dengan bendera putih dan Bani Abbasiyah memasukinya dengan bendera hitam membesarkan teori-teori itu. Warna putih, bagaimanapun dianggap kebanyakan orang Persia sebagai tanda dukacita.
Mengenai bahwa ada kemungkinan kembalinya kekuatan Khilafah Bani Umayyah, Abu al-'Abbas mencari-cari seluruh anggota yang tersisa dari keluarga Umayyah untuk menghukum mati mereka. Karena usahanya untuk menyingkirkan keluarga Bani Umayyah, Abu al-'Abbas memperoleh julukan as-Saffah, atau tulisan berdarah.
Itulah yang membuat, pelarian ke al-Andalus, atau Spanyol, dipimpin oleh Abd ar-Rahman I di mana Khilafah Bani Umayyah akan bertahan selama 3 abad.
Setelah kemenangan terhadap Bani Umayyah, pemerintahan pendek Abu al-'Abbas ditandai dengan usaha mengkonsolidasi dan membangun kembali Khilafah.
Para pendukungnya diwakili dalam pemerintahan baru, namun selain dari kebijakannya terhadap keluarga Umayyah, Abu al-'Abbas secara luas dipandang sejarawan sebagai pemenang yang mendingan.
Orang-orang Yahudi, Kristen Nestorian, dan Persia secara baik diwakili dalam pemerintahan Abu al-'Abbas dan dalam meneruskan administrasi Abbasiyah. Pendudukan juga didorong, dan pabrik kertas pertama didirikan di Samarkand.
Ibnu Hubairah menulis surat jaminan selama empat puluh malam sambil berkonsultasi dengan para ulama hingga Ibnu Hubairah bisa menerimanya. Kemudian surat tersebut dikirimkan kepada Abu Jafar, yang kemudian disampaikan Abu Jafar kepada Abu As-Saffah.
Abu As-Saffah memerintahkan untuk menandatanganinya. Abu Jafar berpandangan bahwa ia harus menepati isi dokumen perjanjian tersebut. Sedangkan Abul Abbas As-Saffah tidak dapat memberikan sebuah keputusan, kecuali setelah mendapat persetujuan dari Abu Muslim Al-Khurasani.
Abu Muslim Al-Khurasani pun memberikan jawaban dengan mengatakan, “Sesunguhnya jalan yang mudah adalah jika Anda melemparkan bebatuan itu di dalamnya. Demi Allah, tiada suatu jalan kebaikan jika di dalamnya terdapat Ibnu Hubairah.”
Ketika surat tersebut telah ditulis, Ibnu Hubairah keluar menemui Abu Jafar dan menghadap kepadanya lalu berbincang-bincang sesaat. Setelah beberapa hari berlangsung, Abu Muslim memerintahkan Abu Jafar untuk membunuh Ibnu Hubairah sedangkan tinta surat tersebut belum mengering.
Ibnu Hubairah pun akhirnya dibunuh bersama beberapa pengikut seniornya. Pembunuhan ini menimbulkan duka yang mendalam pada diri Mungidz bin Abdurrahman Al-Hilali.
Dengan terbunuhnya Ibnu Hubairah, maka padamlah lampu pemerintahan Dinasti Umayyah.
Didukung Syiah dan Khawarij
Imam As-Suyuti dalam bukunya berjudul "Tarikh Khulafa atau Sejarah Para Penguasa Islam" menjelaskan Abu al-'Abbas, didukung oleh Syi’ah, Khawarij, dan daerah Khurasan, memimpin pasukannya menang terhadap Bani Umayyah dan akhirnya menjatuhkan penguasa terakhirnya Marwan II.
Sejumlah kaum Syiah memganggap Abu al-'Abbas merupakan Mahdi yang diutus setelah 1000 tahun masa kenabian.
Sejumlah sarjana Muslim yang menonjol menulis karya seperti Jafr yang mengatakan muslimin yang setia bahwa perang saudara yang brutal merupakan konflik besar antara yang hak dan batil.
Pilihan Bani Umayyah memasuki pertempuran dengan bendera putih dan Bani Abbasiyah memasukinya dengan bendera hitam membesarkan teori-teori itu. Warna putih, bagaimanapun dianggap kebanyakan orang Persia sebagai tanda dukacita.
Mengenai bahwa ada kemungkinan kembalinya kekuatan Khilafah Bani Umayyah, Abu al-'Abbas mencari-cari seluruh anggota yang tersisa dari keluarga Umayyah untuk menghukum mati mereka. Karena usahanya untuk menyingkirkan keluarga Bani Umayyah, Abu al-'Abbas memperoleh julukan as-Saffah, atau tulisan berdarah.
Itulah yang membuat, pelarian ke al-Andalus, atau Spanyol, dipimpin oleh Abd ar-Rahman I di mana Khilafah Bani Umayyah akan bertahan selama 3 abad.
Setelah kemenangan terhadap Bani Umayyah, pemerintahan pendek Abu al-'Abbas ditandai dengan usaha mengkonsolidasi dan membangun kembali Khilafah.
Para pendukungnya diwakili dalam pemerintahan baru, namun selain dari kebijakannya terhadap keluarga Umayyah, Abu al-'Abbas secara luas dipandang sejarawan sebagai pemenang yang mendingan.
Orang-orang Yahudi, Kristen Nestorian, dan Persia secara baik diwakili dalam pemerintahan Abu al-'Abbas dan dalam meneruskan administrasi Abbasiyah. Pendudukan juga didorong, dan pabrik kertas pertama didirikan di Samarkand.