Syahidnya Abdurrahman al-Ghafiqi dan Kisah Berdarah Penaklukan Wilayah Prancis
Sabtu, 09 April 2022 - 12:54 WIB
Dengan gigih Panglima besar Abdurrahman al-Ghafiqi berusaha mencegah para prajuritnya surut ke belakang, sambil terus menahan arus serangan dari depan dan menutupi celah-celah yang lemah. Dia bergerak cepat kesana-kemari dengan kudanya yang perkasa. Di saat itulah sebatang panah mengenai tubuhnya sehingga dia terjatuh dari kuda seperti seekor elang yang terjatuh dari puncak gunung. Maka terwujudlah syahid di medan perang yang didambakannya.
Akan halnya dengan pasukan Islam, melihat panglimanya gugur, mereka semakin berantakan, sedangkan musuh kian bersemangat merangsek ke depan. Tak ada yang mampu menghentikan keganasan mereka selain malam yang mulai merayap.
Pagi harinya Karel Martel mendapati pasukan Islam sudah mundur dari medan perang Pioitiers. Namun dia tak berani mengejar. Padahal seandainya dia mengejarnya pastilah dia akan berhasil menghancurkan kaum muslimin. Dia mengira bahwa gerak mundur pasukan Islam adalah disengaja untuk memancing mereka keluar medan terbuka. Ia mengira itu merupakan strategi baru muslimin yang direncanakan malam sebelumnya. Maka Karel Martel memilih untuk tetap di tempat dan merasa cukup dengan membendung kekuatan yang membahayakan itu, lalu menikmati kemenangan yang diraihnya.
Balath Syuhada menjadi peristiwa monumental dalam sejarah. Di hari itu kaum muslimin telah menyia-nyiakan kesempatan emas yang terbuka lebar, bahkan kehilangan seorang pemimpin besar dan pahlawan yang tangguh bernama Abdurrahman al-Ghafiqi. Peristiwa itu laksana ulangan tragedi Uhud yang memilukan.
Akan halnya dengan pasukan Islam, melihat panglimanya gugur, mereka semakin berantakan, sedangkan musuh kian bersemangat merangsek ke depan. Tak ada yang mampu menghentikan keganasan mereka selain malam yang mulai merayap.
Pagi harinya Karel Martel mendapati pasukan Islam sudah mundur dari medan perang Pioitiers. Namun dia tak berani mengejar. Padahal seandainya dia mengejarnya pastilah dia akan berhasil menghancurkan kaum muslimin. Dia mengira bahwa gerak mundur pasukan Islam adalah disengaja untuk memancing mereka keluar medan terbuka. Ia mengira itu merupakan strategi baru muslimin yang direncanakan malam sebelumnya. Maka Karel Martel memilih untuk tetap di tempat dan merasa cukup dengan membendung kekuatan yang membahayakan itu, lalu menikmati kemenangan yang diraihnya.
Balath Syuhada menjadi peristiwa monumental dalam sejarah. Di hari itu kaum muslimin telah menyia-nyiakan kesempatan emas yang terbuka lebar, bahkan kehilangan seorang pemimpin besar dan pahlawan yang tangguh bernama Abdurrahman al-Ghafiqi. Peristiwa itu laksana ulangan tragedi Uhud yang memilukan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)