Upaya Terakhir Setan Menggoda saat Orang Sakaratul Maut
Sabtu, 13 Agustus 2022 - 15:27 WIB
Setan tidak pernah lelah. Upaya setan terakhir dan habis-habisan adalah menggoda manusia saat mau tengah menjemput atau sakaratul maut . Saat-saat ini merupakan saat-saat yang berat. Nabi Muhammad SAW sendiri menghadapi hal sangat besar itu. “Sesungguhnya bagi kematian itu ada sakaratnya,” ujar beliau sakaratul maut.
Mendengar hal itu, Fatimah , putri Rasulullah SAW, mengatakan, “Sungguh engkau sangat menderita.” Dialog ini terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari.
Sejumlah ulama mengatakan dalam kondisi sakaratul maut rawan terhadap godaan setan. Itu sebabnya Nabi Muhamad SAW dalam kehidupannya selalu memohon kepada Allah SWT agar tidak dikuasai setan saat kematian.
Dari Abu Al-Yusr ra, sesungguhnya Rasulullah SAW berdoa:
الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَرَدِّي ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الغَرَقِ وَالحَرَقِ وَالهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن يَتَخَبَّطَنِي الشَّيطَانُ عِندَ المَوتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ لَدِيغًا )رواه أحمد،
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tertimbun, aku berlindung kepadaMu dari jatuh, aku berlindung kepadaMu dari tenggelam, kebakaran dan pikun. Aku berlindung kepadaMu dari gangguan setan pada akal dan agama saat sakratul maut. Aku berlindung kepadaMu dari mati dalam keadaan kabur dari jihad di jalanMu, aku berlindung kepadaMu dari mati karena terpatuk.”
Hadis tersebut diriwayatkan Ahmad, 3/427, Abu Daud, no. 1552 dan beliau tidak berkomentar, An-Nasai, no. 5531. Al-Hakim berkata dalam Al-Mustadrak, 1/713: Shahih sanad tapi tidak dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari Muslim), dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud.
Al-Khathaby saat menafsirkan hadis tersebut mengatakan, permohonan perlindungan oleh Nabi SAW dari gangguan setan saat sakaratul maut adalah memohon agar tidak dikuasai setan saat dia meninggalkan dunia. Agar setan tidak dapat menyesatkannya. Menghalanginya dari taubat. Menghalanginya dari upayanya memperbaiki kondisinya dan ke luar dari kegelapan yang ada di hadapannya atau membuatnya berputus asa dari rahmat Allah Taala. Atau membenci kematian dan menyesali kehidupan dunia, sehingga dia tidak ridha dengan ketetapan Allah berupa kematian dan perpindahan ke kampung akhirat, sehingga dirinya mendapatkan akhir yang buruk berjumpa kepada Allah dalam keadaan marah kepadaNya.
Diriwayatkan bahwa tidak ada kondisi yang setan sangat bersungguh-sunugguh menggoda anak Adam selain menjelang kematiannya.
Dia berkata kepada golongannya, ‘Perhatikan perkara ini, karena, jika kalian tak berhasil hari ini, maka kalian tidak akan dapat melakukannya setelah hari ini.”
Godaan setan dalam kondisi tersebut sangat berat, karena saat itu seorang muslim sangat lemah dan berat, makanya Nabi SAW berlindung darinya dalam doa-doanya setiap sholat.
Dari Abu Hurairah ra beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُم فَليَستَعِذ بِاللَّهِ مِن أَربَعٍ : يَقُولُ : الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِن عَذَابِ القَبرِ ، وَمِن فِتنَةِ المَحيَا وَالمَمَاتِ ، وَمِن شَرِّ فِتنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Apabila salah seorang dari kalian membaca tasyahud, hendaklah dia berlindung kepada Allah dari keempat perkara ini, seraya membaca, ‘Allahumma inni a’uzu bika min azaabi Jahannam (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab neraka jahanam), wa min azaabil qabri (dan dari azab kubur), wa min fitnatil mahya wal mamat (dan dari fitnah kehidupan dan kematian) wa min syarri fitnatil masihid-dajjal (dan dari fitnah al-masih Dajal).” [HR. Bukhari, no. 1377 dan Muslim, no. 588]
Wujud Setan
Ibnu Hajar dalam Kitab "Fathul Bari" mengatakan Ibnu Daqiq Al-Id berkata, fitnah kehidupan adalah apa yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, berupa fitnah dunia, syahwat, kebodohan dan yang paling besar, kita berlindung kepada Allah, adalah fitnah di penghujung kehidupan menjelang kematian.
Adapun fitnah kematian, boleh dipahami sebagai fitnah menjelang kematian, disandarkan dengan kematian karena sangat dekatnya. Sehingga yang dimaksud dengan fitnah kehidupan adalah apa yang terjadi sebelumnya. Dapat juga yang dimaksud adalah fitnah kubur.
Mendengar hal itu, Fatimah , putri Rasulullah SAW, mengatakan, “Sungguh engkau sangat menderita.” Dialog ini terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari.
Sejumlah ulama mengatakan dalam kondisi sakaratul maut rawan terhadap godaan setan. Itu sebabnya Nabi Muhamad SAW dalam kehidupannya selalu memohon kepada Allah SWT agar tidak dikuasai setan saat kematian.
Dari Abu Al-Yusr ra, sesungguhnya Rasulullah SAW berdoa:
الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَرَدِّي ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الغَرَقِ وَالحَرَقِ وَالهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن يَتَخَبَّطَنِي الشَّيطَانُ عِندَ المَوتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَن أَمُوتَ لَدِيغًا )رواه أحمد،
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tertimbun, aku berlindung kepadaMu dari jatuh, aku berlindung kepadaMu dari tenggelam, kebakaran dan pikun. Aku berlindung kepadaMu dari gangguan setan pada akal dan agama saat sakratul maut. Aku berlindung kepadaMu dari mati dalam keadaan kabur dari jihad di jalanMu, aku berlindung kepadaMu dari mati karena terpatuk.”
Hadis tersebut diriwayatkan Ahmad, 3/427, Abu Daud, no. 1552 dan beliau tidak berkomentar, An-Nasai, no. 5531. Al-Hakim berkata dalam Al-Mustadrak, 1/713: Shahih sanad tapi tidak dikeluarkan oleh keduanya (Bukhari Muslim), dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud.
Al-Khathaby saat menafsirkan hadis tersebut mengatakan, permohonan perlindungan oleh Nabi SAW dari gangguan setan saat sakaratul maut adalah memohon agar tidak dikuasai setan saat dia meninggalkan dunia. Agar setan tidak dapat menyesatkannya. Menghalanginya dari taubat. Menghalanginya dari upayanya memperbaiki kondisinya dan ke luar dari kegelapan yang ada di hadapannya atau membuatnya berputus asa dari rahmat Allah Taala. Atau membenci kematian dan menyesali kehidupan dunia, sehingga dia tidak ridha dengan ketetapan Allah berupa kematian dan perpindahan ke kampung akhirat, sehingga dirinya mendapatkan akhir yang buruk berjumpa kepada Allah dalam keadaan marah kepadaNya.
Diriwayatkan bahwa tidak ada kondisi yang setan sangat bersungguh-sunugguh menggoda anak Adam selain menjelang kematiannya.
Dia berkata kepada golongannya, ‘Perhatikan perkara ini, karena, jika kalian tak berhasil hari ini, maka kalian tidak akan dapat melakukannya setelah hari ini.”
Godaan setan dalam kondisi tersebut sangat berat, karena saat itu seorang muslim sangat lemah dan berat, makanya Nabi SAW berlindung darinya dalam doa-doanya setiap sholat.
Dari Abu Hurairah ra beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُم فَليَستَعِذ بِاللَّهِ مِن أَربَعٍ : يَقُولُ : الَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِن عَذَابِ القَبرِ ، وَمِن فِتنَةِ المَحيَا وَالمَمَاتِ ، وَمِن شَرِّ فِتنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Apabila salah seorang dari kalian membaca tasyahud, hendaklah dia berlindung kepada Allah dari keempat perkara ini, seraya membaca, ‘Allahumma inni a’uzu bika min azaabi Jahannam (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab neraka jahanam), wa min azaabil qabri (dan dari azab kubur), wa min fitnatil mahya wal mamat (dan dari fitnah kehidupan dan kematian) wa min syarri fitnatil masihid-dajjal (dan dari fitnah al-masih Dajal).” [HR. Bukhari, no. 1377 dan Muslim, no. 588]
Wujud Setan
Ibnu Hajar dalam Kitab "Fathul Bari" mengatakan Ibnu Daqiq Al-Id berkata, fitnah kehidupan adalah apa yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, berupa fitnah dunia, syahwat, kebodohan dan yang paling besar, kita berlindung kepada Allah, adalah fitnah di penghujung kehidupan menjelang kematian.
Adapun fitnah kematian, boleh dipahami sebagai fitnah menjelang kematian, disandarkan dengan kematian karena sangat dekatnya. Sehingga yang dimaksud dengan fitnah kehidupan adalah apa yang terjadi sebelumnya. Dapat juga yang dimaksud adalah fitnah kubur.