Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Paling Miskin
Selasa, 16 Agustus 2022 - 05:15 WIB
Maka ujarnya: “Wahai Sa’ad! Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita. Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi. Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian”.
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedangkan pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Terpaksa Menjadi Miskin
KH Mustafa Bisri atau Gus Mus sebagaimana dikutip Quito R. Motinggo dalam bukunya berjudul "Keajaiban Cinta: Membuat Hidup Lebih Berenergi dan Dinamis" mengatakan orang-orang miskin yang ada saat ini ialah orang-orang yang sebenarnya “terpaksa” menjadi orang miskin.
"Mereka lebih banyak terpaksa hidup miskin, karena pintu-pintu rezeki seperti sudah tertutup untuk mereka. Kemiskinan tersebut bukan sebuah pilihan," ujar Gus Mus.
Hal ini tidak seperti Salman al-Farisi yang sudah menjadi pejabat, dengan gaji sekitar empat ribu sampai enam ribu Dinar, tetapi ia tetap memilih hidup sederhana. Semua gajinya diberikan kepada orang yang membutuhkan dan untuk kepentingan umat. Rumahnya kecil. Jika ia berdiri, kepalanya menyentuh atap rumah. Jika ia tidur, kakinya menyentuh dinding. Perabotan di dalam rumah, hanya terdapat satu mangkuk tempat makan, dan satu tempat air untuk berwudhu.
Menurut Gus Mus, kemiskinan yang dijalani secara terpaksa bukan kemiskinan yang istimewa dan terhormat. Kemiskinan seperti ini hanyalah kemiskinan yang sangat dibenci oleh Islam. Di samping sudah menjadi beban bagi orang lain, ia juga menjadi beban bagi dirinya sendiri, termasuk keluarganya. Keberadaan mereka bisa mencoreng keagungan Islam.
Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedangkan pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.
Baca Juga
Terpaksa Menjadi Miskin
KH Mustafa Bisri atau Gus Mus sebagaimana dikutip Quito R. Motinggo dalam bukunya berjudul "Keajaiban Cinta: Membuat Hidup Lebih Berenergi dan Dinamis" mengatakan orang-orang miskin yang ada saat ini ialah orang-orang yang sebenarnya “terpaksa” menjadi orang miskin.
"Mereka lebih banyak terpaksa hidup miskin, karena pintu-pintu rezeki seperti sudah tertutup untuk mereka. Kemiskinan tersebut bukan sebuah pilihan," ujar Gus Mus.
Hal ini tidak seperti Salman al-Farisi yang sudah menjadi pejabat, dengan gaji sekitar empat ribu sampai enam ribu Dinar, tetapi ia tetap memilih hidup sederhana. Semua gajinya diberikan kepada orang yang membutuhkan dan untuk kepentingan umat. Rumahnya kecil. Jika ia berdiri, kepalanya menyentuh atap rumah. Jika ia tidur, kakinya menyentuh dinding. Perabotan di dalam rumah, hanya terdapat satu mangkuk tempat makan, dan satu tempat air untuk berwudhu.
Menurut Gus Mus, kemiskinan yang dijalani secara terpaksa bukan kemiskinan yang istimewa dan terhormat. Kemiskinan seperti ini hanyalah kemiskinan yang sangat dibenci oleh Islam. Di samping sudah menjadi beban bagi orang lain, ia juga menjadi beban bagi dirinya sendiri, termasuk keluarganya. Keberadaan mereka bisa mencoreng keagungan Islam.
(mhy)