Begini Doa agar Ilmu Bermanfaat, Amal dan Zikir Diterima serta Hati Menjadi Khusyuk
Selasa, 08 November 2022 - 13:41 WIB
Rasulullah SAW mengajarkan doa agar ilmu menjadi bermanfaat, hati menjadi khusuk, amal kita diangkat, dan ucapan kita didengar. Doanya adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَعَمَلٍ لَا يُرْفَعُ وَقَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَقَوْلٍ لَا يُسْمَعُ
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, amal yang tidak diangkat, hati yang tidak khusyuk, dan ucapan yang tidak didengar. (HR Ibnu Hibban, Abu Ya’la, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah)
Ilmu yang bermanfaat adalah buah dan faedah dari ilmu. Amal yang tidak diangkat adalah amal yang tidak diterima Allah SWT. Sedangkan hati yang tidak khusuk adalah hati yang tidak tersentuh ketika mendengar wejangan dan nasihat. Adapun ucapan yang tidak didengar, artinya zikir dan doa tidak diterima dan tidak dikabulkan.
Ilmu yang bermanfaat akan menambah rasa takut kepada Allah SWT, bisa menjadikan hamba mengerti akan aib dirinya dan kerusakan amalannya serta membuatnya zuhud terhadap dunia.
Ilmu yang tidak bermanfaat yaitu ilmu yang tidak diamalkan dan tidak diajarkan. Yang tidak bisa mengubah akhlak, amalan dan ucapan menjadi baik dan shalih. Ilmu tidak bermanfaat akan menjadi siksa dan kecelakaan baginya.
Rasulullah SAW juga meminta ilmu yang bermanfaat setiap selesai sholat subuh dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR Ibnu Majah)
Imam Ibnu Rajab dalam kitab "Al-Khusyu fi ash-Shalat" mengatakan ilmu bermanfaat adalah yang merasuk ke dalam hati, sehingga membuahkan ketenangan, rasa takut kepada Allah, khusyuk, tawadhu’, merasa luluh kepada-Nya.
Bila ilmu tersebut tidak menembus hati, namun hanya sekadar menghias lisan semata, maka ini akan menjadi hujjah (bukti) yang akan mencelakakan orang tersebut.
Ibnu Mas’ud ra berkata: “Sungguh ada orang-orang yang membaca al-Quran, namun tidak melewati kerongkongan mereka. Akan tetapi bila ilmu ini mengena dalam hati hingga merasuk kuat di dalamnya, maka itu akan bermanfaat bagi pemiliknya.”
Syaikh Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di dalam kitab Majmu’ Al-Fawaaid wa Iqtinaashil Awaabid menjelaskan bahwa ada 4 macam ilmu yang tidak bermanfaat.
1. Ilmu yang 100% berbahaya, tidak ada manfaat sama sekali, atau minimal bahaya ilmu tersebut lebih besar dibandingkan manfaatnya (kebaikannya).
2. Sibuk mempelajari ilmu duniawi (ilmu pengetahuan) yang hukum asalnya adalah mubah, namun kesibukan tersebut menjadikannya lalai dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupannya seperti sholat.
3. Ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun tidak diamalkan. Sebetulnya dia mengenal ilmu agama, namun dia tinggalkan atau tidak diamalkan.
4. Menyibukkan diri dengan ilmu alam atau ilmu modern sehingga menyebabkan cuek dan berpaling dari mempelajari ilmu agama.
Lalu apa ilmu yang bermanfaat? Syaikh Abdurrahman mengatakan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama (yang diamalkan) dan ilmu yang mendukung untuk mempelajari ilmu agama tersebut, seperti ilmu bahasa Arab dan semacamnya.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَعَمَلٍ لَا يُرْفَعُ وَقَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَقَوْلٍ لَا يُسْمَعُ
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, amal yang tidak diangkat, hati yang tidak khusyuk, dan ucapan yang tidak didengar. (HR Ibnu Hibban, Abu Ya’la, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah)
Ilmu yang bermanfaat adalah buah dan faedah dari ilmu. Amal yang tidak diangkat adalah amal yang tidak diterima Allah SWT. Sedangkan hati yang tidak khusuk adalah hati yang tidak tersentuh ketika mendengar wejangan dan nasihat. Adapun ucapan yang tidak didengar, artinya zikir dan doa tidak diterima dan tidak dikabulkan.
Ilmu yang bermanfaat akan menambah rasa takut kepada Allah SWT, bisa menjadikan hamba mengerti akan aib dirinya dan kerusakan amalannya serta membuatnya zuhud terhadap dunia.
Ilmu yang tidak bermanfaat yaitu ilmu yang tidak diamalkan dan tidak diajarkan. Yang tidak bisa mengubah akhlak, amalan dan ucapan menjadi baik dan shalih. Ilmu tidak bermanfaat akan menjadi siksa dan kecelakaan baginya.
Rasulullah SAW juga meminta ilmu yang bermanfaat setiap selesai sholat subuh dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR Ibnu Majah)
Imam Ibnu Rajab dalam kitab "Al-Khusyu fi ash-Shalat" mengatakan ilmu bermanfaat adalah yang merasuk ke dalam hati, sehingga membuahkan ketenangan, rasa takut kepada Allah, khusyuk, tawadhu’, merasa luluh kepada-Nya.
Bila ilmu tersebut tidak menembus hati, namun hanya sekadar menghias lisan semata, maka ini akan menjadi hujjah (bukti) yang akan mencelakakan orang tersebut.
Ibnu Mas’ud ra berkata: “Sungguh ada orang-orang yang membaca al-Quran, namun tidak melewati kerongkongan mereka. Akan tetapi bila ilmu ini mengena dalam hati hingga merasuk kuat di dalamnya, maka itu akan bermanfaat bagi pemiliknya.”
Syaikh Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di dalam kitab Majmu’ Al-Fawaaid wa Iqtinaashil Awaabid menjelaskan bahwa ada 4 macam ilmu yang tidak bermanfaat.
1. Ilmu yang 100% berbahaya, tidak ada manfaat sama sekali, atau minimal bahaya ilmu tersebut lebih besar dibandingkan manfaatnya (kebaikannya).
2. Sibuk mempelajari ilmu duniawi (ilmu pengetahuan) yang hukum asalnya adalah mubah, namun kesibukan tersebut menjadikannya lalai dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupannya seperti sholat.
3. Ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun tidak diamalkan. Sebetulnya dia mengenal ilmu agama, namun dia tinggalkan atau tidak diamalkan.
4. Menyibukkan diri dengan ilmu alam atau ilmu modern sehingga menyebabkan cuek dan berpaling dari mempelajari ilmu agama.
Lalu apa ilmu yang bermanfaat? Syaikh Abdurrahman mengatakan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama (yang diamalkan) dan ilmu yang mendukung untuk mempelajari ilmu agama tersebut, seperti ilmu bahasa Arab dan semacamnya.