3 Panglima Perang Mut'ah yang Syahid Hadapi Negara Adidaya Bizantium
Selasa, 06 Desember 2022 - 19:52 WIB
O diriku, bersumpah aku
Akan turun engkau, akan turun
Atau masih terpaksa juga
Jika orang sudah berperang
dan genderang sudah berkumandang
Kenapa kulihat kau masih membenci surga?
Kemudian diambilnya pedangnya dan dia maju terus bertempur sampai akhirnya dia pun syahid juga.
Mereka itulah Zaid, Ja'far dan Ibn Rawahah. Mereka bertiga telah mati syahid di jalan Allah, dalam satu peristiwa. Tetapi setelah berita ini diketahui oleh Nabi, beliau sangat terharu, terutama terhadap Zaid dan Ja'far.
Lalu katanya: "Mereka telah diangkat kepadaku di surga - seperti mimpi orang yang sedang tidur - di atas ranjang emas. Lalu saya lihat ranjang Abdullah bin Rawahah agak miring daripada ranjang kedua temannya itu." Lalu ditanya: "Kenapa begitu?" Dijawabnya: "Yang dua orang terus maju, tapi Abdullah agak ragu-ragu. Kemudian terus maju juga."
Ibnu Rawahah syahid setelah sebentar ragu-ragu lalu tampil lagi dengan keberanian yang luar biasa. Sekali ini bendera diambil oleh Thabit bin Arqam (Banu 'Ajlan), yang kemudian berkata: "Saudara-saudara kaum Muslimin. Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita."
Mereka segera menjawab: "Engkau sajalah."
"Tidak, saya tidak akan mampu," jawabnya.
Khalid bin Walid
Pilihan mereka jatuh kepada Khalid bin Walid . Diambilnya bendera itu oleh Khalid setelah dilihatnya barisan Muslimin mulai centang-perenang, kekuatan moril mereka mulai kendor.
Khalid sendiri seorang jenderal yang cukup ulung, seorang penggerak militer yang tidak banyak bandingannya. Dengan demikian ia mulai memberikan komando. Barisan Muslimin dapat diaturnya kembali. Dalam menghadapi musuh itu sengaja ia membuat insiden-insiden kecil yang diulur-ulur sampai petang hari. Malamnya kedua pasukan itu tentu akan meletakkan senjata menunggu sampai pagi.
Pada saat itulah Khalid mengambil kesempatan menyusun siasat perangnya. Anak buahnya dipencar-pencar demikian rupa dengan jumlah yang tidak kecil, dalam suatu garis memanjang, yang dikerahkan maju dari barisan belakang.
Pagi-pagi bila orang sudah bangun, dirasakannya ada kesibukan dan hiruk-pikuk demikian rupa yang cukup menimbulkan perasaan gentar di kalangan musuh, dengan anggapan bahwa bala bantuan telah didatangkan dari pihak Nabi.
Kalau jumlah 3000 orang itu pada hari pertama telah membuat peranan begitu besar terhadap pasukan Romawi dan tidak sedikit pula jumlah mereka yang sudah terbunuh - meskipun tak dapat mereka pastikan - konon apa lagi yang akan dapat mereka lakukan dengan adanya bala bantuan yang baru didatangkan itu, dengan tiada orang yang mengetahui berapa besarnya!
Oleh karena itu pihak Romawi menjauhkan diri dari serangan Khalid dan senang sekali mereka kalau Khalid tidak sampai menyerang mereka. Tetapi sebenarnya Khalid lebih senang lagi. Ia menarik mundur pasukannya, kembali ke Madinah, setelah mengalami suatu pertempuran yang tidak membawa kemenangan buat pasukan Muslimin, dan yang juga sama tidak membawa kemenangan buat lawan mereka itu.
Akan turun engkau, akan turun
Atau masih terpaksa juga
Jika orang sudah berperang
dan genderang sudah berkumandang
Kenapa kulihat kau masih membenci surga?
Kemudian diambilnya pedangnya dan dia maju terus bertempur sampai akhirnya dia pun syahid juga.
Mereka itulah Zaid, Ja'far dan Ibn Rawahah. Mereka bertiga telah mati syahid di jalan Allah, dalam satu peristiwa. Tetapi setelah berita ini diketahui oleh Nabi, beliau sangat terharu, terutama terhadap Zaid dan Ja'far.
Lalu katanya: "Mereka telah diangkat kepadaku di surga - seperti mimpi orang yang sedang tidur - di atas ranjang emas. Lalu saya lihat ranjang Abdullah bin Rawahah agak miring daripada ranjang kedua temannya itu." Lalu ditanya: "Kenapa begitu?" Dijawabnya: "Yang dua orang terus maju, tapi Abdullah agak ragu-ragu. Kemudian terus maju juga."
Ibnu Rawahah syahid setelah sebentar ragu-ragu lalu tampil lagi dengan keberanian yang luar biasa. Sekali ini bendera diambil oleh Thabit bin Arqam (Banu 'Ajlan), yang kemudian berkata: "Saudara-saudara kaum Muslimin. Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita."
Mereka segera menjawab: "Engkau sajalah."
"Tidak, saya tidak akan mampu," jawabnya.
Khalid bin Walid
Pilihan mereka jatuh kepada Khalid bin Walid . Diambilnya bendera itu oleh Khalid setelah dilihatnya barisan Muslimin mulai centang-perenang, kekuatan moril mereka mulai kendor.
Khalid sendiri seorang jenderal yang cukup ulung, seorang penggerak militer yang tidak banyak bandingannya. Dengan demikian ia mulai memberikan komando. Barisan Muslimin dapat diaturnya kembali. Dalam menghadapi musuh itu sengaja ia membuat insiden-insiden kecil yang diulur-ulur sampai petang hari. Malamnya kedua pasukan itu tentu akan meletakkan senjata menunggu sampai pagi.
Pada saat itulah Khalid mengambil kesempatan menyusun siasat perangnya. Anak buahnya dipencar-pencar demikian rupa dengan jumlah yang tidak kecil, dalam suatu garis memanjang, yang dikerahkan maju dari barisan belakang.
Pagi-pagi bila orang sudah bangun, dirasakannya ada kesibukan dan hiruk-pikuk demikian rupa yang cukup menimbulkan perasaan gentar di kalangan musuh, dengan anggapan bahwa bala bantuan telah didatangkan dari pihak Nabi.
Kalau jumlah 3000 orang itu pada hari pertama telah membuat peranan begitu besar terhadap pasukan Romawi dan tidak sedikit pula jumlah mereka yang sudah terbunuh - meskipun tak dapat mereka pastikan - konon apa lagi yang akan dapat mereka lakukan dengan adanya bala bantuan yang baru didatangkan itu, dengan tiada orang yang mengetahui berapa besarnya!
Oleh karena itu pihak Romawi menjauhkan diri dari serangan Khalid dan senang sekali mereka kalau Khalid tidak sampai menyerang mereka. Tetapi sebenarnya Khalid lebih senang lagi. Ia menarik mundur pasukannya, kembali ke Madinah, setelah mengalami suatu pertempuran yang tidak membawa kemenangan buat pasukan Muslimin, dan yang juga sama tidak membawa kemenangan buat lawan mereka itu.