Biografi Ibnu Aqil, Penulis Kitab Terbesar dalam Islam dan Kisahnya yang Unik
Sabtu, 24 Desember 2022 - 19:10 WIB
Karena kecerdasannya yang luar biasa, ketika ia masih teracuni oleh pemikiran Mu'tazilah sekalipun, tak ada satupun orang yang bisa mengalahkannya dalam perdebatan. Imam adz Dzahabi berkata:
لم يكن له في زمانه نظير على بدعته
"Tidak ada di zamannya yang bisa mendebat untuk membantah kebid'ahannya." [Siyar A’lam an Nubala (19/445)]
5. Dikenal Sebagai Orang Sangat Teliti
Ibnu Aqil dikenal sebagai orang yang sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan waktunya. Bahkan agar maksimal dalam ibadah, khususnya dalam menyusun karya-karyanya, sang imam memangkas beberapa aktivitas yang sebenarnya juga tidak terlalu memakan waktu, seperti makan, minum dan ke toilet. Beliau berkata:
وأنا أقصر بغاية جهدي أوقات أكلي، حتى أختار سف الكعك وتحسيه بالماء على الخبز، لأجل ما بينهما من تفاوت المضغ، توفرا على مطالعة، أو تسطير فائدة لم أدركها فيه
"Sebisa mungkin aku meringkas waktu makan, sehingga aku memakan kue yang telah dicelup dengan air dari pada roti kering. Karena ada selisih waktu yang dibutuhkan antara keduanya untuk dikunyah. Supaya waktuku untuk mentela’ah ilmu lebih optimal, dan mengejar faidah ilmu yang tertinggal." [Qaimah az Zaman ‘indal Ulama hal 54]
Berkata Imam Ibnu Jauzi rahimahullah tentang diri beliau:
وكان دائم التشاغل بالعلم... وكان له الخاطر العاطر، والبحث عن الغوامض والدقائق
"Beliau senantiasa sibuk dengan ilmu, memiliki otak yang sangat cerdas dan kemampuan menyelami masalah-masalah pelik dan detail permasalahan." [Adz Dzail 'ala Thabaqat al Hanabilah (1/145)]
6. Punya Banyak Karya
Kitab Al-Funun bukanlah satu-satunya karya Imam Ibnu Aqil. Sebagian ulama menyebutkan masih ada karya lain sebanyak 20 judul kitab yang telah ia susun. Diantaranya adalah kitab Al-Jadal ala Tariqat al Fuqaha; Kitab Al-Fushul; Kifayat Al-Mufti, Umadah Al-Adillah; Al Mufradat at Tadzkirah; Al-Isyarah dan Al-Mantsur Al-Irsyad. Sayangnya karya-karyanya termasuk banyak yang tidak utuh.
7. Memiliki Kisah yang Unik
Ada sebuah kisah unik dalam kehidupan imam Ibnu Aqil. Yang memberikan pelajaran sangat berharga. Berikut kisahnya diceritakan oleh beliau: "Aku pernah pergi saat berhaji menemukan kalung permata dengan untaian benang merah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki tua lagi buta, mencarinya dan berjanji kepada siapa saja yang menemukan dan mengembalikan kepadanya akan di beri imbalan 100 dinar (Rp390 juta).
Aku pun mengembalikan kalung itu kepadanya, dan saat itu ia akan memberikan imbalannya aku menolaknya. Kemudian, setelah menyelesaikan ibadah haji aku menuju Syam dan berziarah ke Masjidil Aqsha sebentar. Saat sampai di Aleppo, aku menginap di sebuah masjid dalam keadaan kedinginan dan kelaparan.
Lalu ketika tiba waktu sholat, orang-orang pun memintaku menjadi Imam. Aku pun mengimami mereka. Selesai sholat, aku dijamu makan oleh mereka. Peristiwa itu terjadi di awal Ramadhan. Salah satu dari mereka berkata kepadaku:
إمامنا توفي، فصل بنا هذا الشهر
"Imam kami baru saja meninggal, kami berharap engkau mau menjadi imam shalat kami selama sebulan ini."
Aku pun memenuhi keinginan mereka. Setelah beberapa waktu, mereka berkata:
لإمامنا بنت. فزوجت بها
لم يكن له في زمانه نظير على بدعته
"Tidak ada di zamannya yang bisa mendebat untuk membantah kebid'ahannya." [Siyar A’lam an Nubala (19/445)]
5. Dikenal Sebagai Orang Sangat Teliti
Ibnu Aqil dikenal sebagai orang yang sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan waktunya. Bahkan agar maksimal dalam ibadah, khususnya dalam menyusun karya-karyanya, sang imam memangkas beberapa aktivitas yang sebenarnya juga tidak terlalu memakan waktu, seperti makan, minum dan ke toilet. Beliau berkata:
وأنا أقصر بغاية جهدي أوقات أكلي، حتى أختار سف الكعك وتحسيه بالماء على الخبز، لأجل ما بينهما من تفاوت المضغ، توفرا على مطالعة، أو تسطير فائدة لم أدركها فيه
"Sebisa mungkin aku meringkas waktu makan, sehingga aku memakan kue yang telah dicelup dengan air dari pada roti kering. Karena ada selisih waktu yang dibutuhkan antara keduanya untuk dikunyah. Supaya waktuku untuk mentela’ah ilmu lebih optimal, dan mengejar faidah ilmu yang tertinggal." [Qaimah az Zaman ‘indal Ulama hal 54]
Berkata Imam Ibnu Jauzi rahimahullah tentang diri beliau:
وكان دائم التشاغل بالعلم... وكان له الخاطر العاطر، والبحث عن الغوامض والدقائق
"Beliau senantiasa sibuk dengan ilmu, memiliki otak yang sangat cerdas dan kemampuan menyelami masalah-masalah pelik dan detail permasalahan." [Adz Dzail 'ala Thabaqat al Hanabilah (1/145)]
6. Punya Banyak Karya
Kitab Al-Funun bukanlah satu-satunya karya Imam Ibnu Aqil. Sebagian ulama menyebutkan masih ada karya lain sebanyak 20 judul kitab yang telah ia susun. Diantaranya adalah kitab Al-Jadal ala Tariqat al Fuqaha; Kitab Al-Fushul; Kifayat Al-Mufti, Umadah Al-Adillah; Al Mufradat at Tadzkirah; Al-Isyarah dan Al-Mantsur Al-Irsyad. Sayangnya karya-karyanya termasuk banyak yang tidak utuh.
7. Memiliki Kisah yang Unik
Ada sebuah kisah unik dalam kehidupan imam Ibnu Aqil. Yang memberikan pelajaran sangat berharga. Berikut kisahnya diceritakan oleh beliau: "Aku pernah pergi saat berhaji menemukan kalung permata dengan untaian benang merah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki tua lagi buta, mencarinya dan berjanji kepada siapa saja yang menemukan dan mengembalikan kepadanya akan di beri imbalan 100 dinar (Rp390 juta).
Aku pun mengembalikan kalung itu kepadanya, dan saat itu ia akan memberikan imbalannya aku menolaknya. Kemudian, setelah menyelesaikan ibadah haji aku menuju Syam dan berziarah ke Masjidil Aqsha sebentar. Saat sampai di Aleppo, aku menginap di sebuah masjid dalam keadaan kedinginan dan kelaparan.
Lalu ketika tiba waktu sholat, orang-orang pun memintaku menjadi Imam. Aku pun mengimami mereka. Selesai sholat, aku dijamu makan oleh mereka. Peristiwa itu terjadi di awal Ramadhan. Salah satu dari mereka berkata kepadaku:
إمامنا توفي، فصل بنا هذا الشهر
"Imam kami baru saja meninggal, kami berharap engkau mau menjadi imam shalat kami selama sebulan ini."
Aku pun memenuhi keinginan mereka. Setelah beberapa waktu, mereka berkata:
لإمامنا بنت. فزوجت بها