Ini Sosok di Balik Naiknya Umar Bin Abdul Aziz Menjadi Khalifah

Minggu, 12 Juli 2020 - 13:38 WIB
Raja’ mengulanginya lagi, dan ketika dipalingkan ke kiblat untuk ketiga kalinya beliau berkata, “Sekarang jika engkau hendak melakukan sesuatu, lakukanlah wahai Raja”.

Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.”

Raja memalingkan beliau ke arah kiblat dan tak lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Raja’ memejamkan kedua mata beliau, lalu menutup tubuhnya dengan kain. Selanjutnya Raja’ menutup pintu ruangan itu rapat-rapat. Pada saat utusan istri khalifah, ingin menengoknya Raja’ menghalangi pintu masuk sambil berkata, “Lihatlah dia baru bisa tidur setelah gelisah semalam suntuk. Karena itu biarkanlah dulu dia dengan ketenangannya.”



Syukurlah, ketika utusan istri Sulaiman bin Abdul Malik menyampaikan alasan Raja’ diterima dengan baik oleh istri khalifah. Dia yakin kalau suaminya memang sedang tidur. Raja’ kemudian mengunci pintu dan menempatkan seorang penjaga yang sambil berpesan kepadanya, “Jangan izinkan seorang pun masuk hingga aku kembali nanti.”

Kemudian Raja’ pergi menemui kerabat Amirul Mukminin. Ketika itu mereka bertanya, “Bagaimana keadaan Amirul Mukminin?”

“Belum pernah beliau setenang ini semenjak sakitnya,” Raja’ menjawab.

Alhamdulillah,” sambut mereka.



Setelah itu Raja’ meminta agar Ka’ab bin Hamiz mengumpulkan semua keluarga khalifah di masjid Dabik. Setelah semuanya hadir, Raja’ berkata, “Berbaiatlah kalian kepada orang yang tercantum namanya dalam surat ini.”

Mereka berkata, “Kami sudah berbaiat kemarin, mengapa harus berbaiat lagi?”

“Ini adalah perintah Amirul Mukminin. Kalian harus menaati perintahnya untuk membaiat orang yang tersebut namanya dalam surat ini,” ujar Raja’ tegas.

Satu persatu mereka pun berbaiat. Setelah segalanya berjalan dengan lancar, baru kemudian Raja’ berkata, “Sesungguhnya Amirul Mukminin telah wafat, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”



Selanjutnya Raja’ membaca surat wasiat Amirul Mukminin, ketika nama Umar bin Abdul Aziz disebut, spontan Hisyam bin Abdul Malik berteriak: “Aku tidak akan membaiat dia selamanya!”

“Kalau begitu –demi Allah- aku akan memenggal lehermu, bersegeralah engkau baiat dia,” bentak Raja’.

Akhirnya sambil menyeret kedua kakinya Hisyam bin Abdul Malik berjalan menuju Umar bin Abdul Aziz, lalu berkata, “Inna lillahi wa inna ilahi raji’un.” Dia sesalkan mengapa khalifah jatuh ke tangan Umar dan bukan ke tangan salah satu putra Abdul Malik.



Umar pun menjawab, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Beliau menyesali mengapa beliau harus mengemban tugas khalifah.

Tentang Raja’ bin Haiwah

Beliau lahir di Bisaan Palestina, kira-kira di akhir masa Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu a’nhu . Asal-usulnya dari kabilah Kindah Arab. Raja’ adalah orang Palestina dari keturunan Arab dan keluarga Bani Kindah. Beliau tumbuh dalam ketaatan kepada Allah sejak kecil, dicintai Allah dan menyenangkan hati hamba-hamba-Nya.

Dr. Abdurrahman Ra’at Basya dalam Mereka adalah Para Tabi’in menyebutkan Raja’ gemar mencari ilmu sejak awal pertumbuhannya, dan ilmu pun serasa cocok bersemayam di hatinya yang subur dan mengisi celah-celahnya yang masih kosong.

Semangatnya yang paling besar adalah ketika mempelajari dan mendalami Kitabullah, serta membekali diri dengan hadis-hadis Nabi. Pikirannya diterangi oleh cahaya Alquran, pandangannya disinari oleh hidayah nubuwah, dan dadanya penuh dengan nasihat dan hikmah. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh berarti telah diberi karunia yang banyak.



Beruntung, menurut Abdurrahman Ra’at, beliau mendapat kesempatan untuk menimba ilmu dari para sahabat seperti Abu Sa’id al-Khudri, Abu Darda, Abu Umamah, Ubadah bin Shamit, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Amru bin Ash, Nawwas bin Sam’an dan lain-lain. Mereka semua menjadi lentera hidayah dan cahaya pengetahuan bagi beliau.

Raja’ menetapkan kedisiplinan atas dirinya sendiri. Motto yang dipelihara dan diulang-ulang sepanjang hayatnya adalah:

Betapa indahnya Islam bila berhiaskan iman

Betapa indahnya iman bila berhiaskan takwa

Betapa indahnya takwa bila berhiaskan ilmu

Betapa indahnya ilmu bila berhiaskan amal

Betapa indahnya amal bila berhiaskan kasih sayang

Raja’ bin Haiwah menjadi menteri dalam beberapa periode khalifah Bani Umayah. Beliau mendapat tempat di hati khalifah-khalifah Bani Umayah ini karena kecerdasan akalnya, kebagusan bahasanya, ketulusan niatnya, serta kebijakannya dalam menyelesaikan suatu masalah. Di samping itu, juga karena kezuhudannya terhadap kemewahan dunia yang ada di tangan para penguasa itu, yang biasanya diperebutkan oleh orang-orang yang tamak. ( )



Halaman :
Follow
cover top ayah
وَاٰتٰٮكُمۡ مِّنۡ كُلِّ مَا سَاَلۡـتُمُوۡهُ‌ ؕ وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَـظَلُوۡمٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari nikmat Allah.

(QS. Ibrahim Ayat 34)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More