Kisah Ayah dan Anak yang Sahid dalam Memerangi Nabi Palsu

Senin, 13 Juli 2020 - 17:40 WIB
Pasukan Islam. Foto/Ilustrasi/Ist
THUFAIL bin Amr adalah bangsawan Arab yang terpandang. Pada masa jahiliyah dia adalah kepala kabilah Daus. Dia termasuk pemimpin yang memiliki kharisma serta kewibawaan yang tinggi dan diperhitungkan orang. Periuknya tidak pernah turun dari tungku.

Pintu rumahnya tidak pernah tertutup bagi orang-orang yang bertamu. Dia senang memberi makan orang yang kelaparan, melindungi orang yang sedang ketakutan dan membantu setiap penganggur.

Di samping itu, dia adalah pujangga yang pintar dan cerdas. Penyair yang tajam dan berperasaan halus. Selalu tanggap terhadap yang manis dan yang pahit. Karyanya memesona bagaikan sihir.

Pada suatu ketika, Thufail meninggalkan negerinya Tihamah,’ menuju Makkah . Waktu itu konfrontasi antara Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam (SAW) dengan kafir Quraisy semakin nyata. Masing-masing pihak berusaha memperoleh pengikut atau simpatisan guna memperkuat golongannya. Untuk itu, senjata Rasulullah SAW hanya berdo’a kepada Tuhannya, disertai iman dan kebenaran yang dibawanya.

Sedangkan kaum kafir Quraisy menegakkan impian mereka dengan kekuatan senjata, dan dengan segala macam cara untuk menghalangi orang banyak menjadi pengikut Nabi Muhammad.



Thufail terlibat dalam kemelut ini tanpa disengajanya, karena kedatangannya ke Makkah bukan untuk melibatkan diri. Bahkan pertentangan antara Nabi Muhammad dengan kaum Quraiys belum pernah terlintas dalam pikirannya sebelum itu.

Pada suatu ketika kedatangan Thufail ke Makkah disambut agak luar biasa, berbeda dari hari-hari sebelumnya. "Aku ditempatkan di sebuah rumah istimewa. Kemudian para pemimpin dan pembesar Quraisy berdatangan menemuiku," ujar Thufail berkisah.

Orang-orang Quraisy yang menemuinya berkata, "Hal Thufail! Kami sangat gembira Anda datang ke negeri kami, walaupun negeri kami sedang dilanda kemelut."

Thufail belum paham apa yang dimaksud dengan kemelut itu. "Orang yang menda’wahkan diri menjadi Nabi itu ternyata telah merusak agama kita, merusak kerukunan kita, dan memecah persatuan kita semua," tutur mereka. "Kami kuatir dia akan mempengaruhi Anda pula," lanjutnya.

Mereka juga menyatakan khawatir Nabi Muhammad mempengruhi dirinya, sehingga juga akan mempengaruhi Kabilah Daus.

"Kemudian dengan kepempimpinan Anda, dipengaruhinya pula kaum Anda, seperti yang terjadi pada kami. Karena itu janganlah Anda dekati orang itu, jangan berbicara dengannya dan jangan pula mendengarkan kata katanya," ujar mereka menekankan.



Menurut mereka, kalau Nabi Muhammad berbicara, kata-katanya bagaikan sihir. "Perkataannya dapat memisahkan anak dengan bapak, merenggangkan saudara sesama saudara dan menceraikan isteri dengan suami,” ujar mereka lagi.

Menurut penuturan Thufail, sejak itu, kaum kafir Quraisy selalu mendampinginya dan menceritakan hal yang aneh-aneh kepadanya. "Mereka menakut-nakutiku dan kaumku dengan keajaiban-keajaiban yang pernah dilakukan orang itu," katanya.

Akhirnya Thufail memutuskan untuk tidak mendekati Nabi Muhammad. Tidak akan berbicara dengannya dan tidak akan mendengarkan apa-apa yang dikatakannya.

Pada suatu pagi Thufail pergi ke masjid hendak thawaf di Ka’bah , dan mengambil berkat dan berhala-berhala pujaan Kabilah Daus. Hal seperti itu biasa mereka lakukan ketika berhaji. "Telingaku kusumbat dengan kapas, karena aku takut suara Muhammad akan terdengar olehku," ujarnya.



Tetapi ketika masuk ke masjid, Thufail melihat Nabi Muhammad sedang salat dalam Ka’bah. "Tetapi salatnya tidak seperti salat kami, dan ibadatnya tidak seperti ibadat kami. Aku terpesona melihatnya. Sedikit demi sedikit aku bergerak menghampirinya tanpa sadar, sehingga akhirnya aku dekat sekali kepadanya," tutur Thufail.

Agaknya Allah SWT menakdirkan supaya Thufail mendengar apa yang dibaca Rasulullah. Thufail mengakui, kalimat-kalimat yang diucapkannya Rasulullah sangat indah dan bagus sekali.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abdullah, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Sesungguhnya Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.  Abdullah berkata, Dikatakan, Siapakah orang-orang yang terasing itu?  beliau menjawab: Orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah (yang sesat).

(HR. Ibnu Majah No. 3978)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More