Kisah Ayah dan Anak yang Sahid dalam Memerangi Nabi Palsu

Senin, 13 Juli 2020 - 17:40 WIB
“Aku tidak peduli dengan berhala Dzi Syara-mu itu! Pergilah mandi ke sana! Tempat itu jauh dari penglihatan orang banyak. Aku menjamin batu-batu yang tidak bisa apa-apa itu tidak akan berbuat sesuatu yang dapat mencelakanmu,” katanya meyakinkan.

Sesudah mandi sang istri datang kembali kepadanya. Maka ia mengajarkan kepadanya tentang Islam, lalu dia masuk Islam.

Baca Juga: :Khalifah Umar Pecat Khalid bin Walid demi Selamatkan Tauhid Umat

Kemudian Thufail mengajak seluruh kabilah Daus masuk Islam. Hanya saja mereka tidak memenuhi ajakan Thufail, kecuali Abu Hurairah. Dia memang paling cepat memenuhi panggilan Islam.

Thufail kemudian datang menemui Rasulullah SAW di Makkah bersama-sama dengan Abu Hurairah.

Rasulullah saw bertanya, “Bagaimana perkembangan dakwahmu, hai Thufail?”



“Hati kaumku masih tertutup dan sangat kafir. Sungguh seluruh kaumku, kabilah Daus, masih sesat dan durhaka,” jawab Thufail.

Rasulullah SAW pergi mengambil wudhu, kemudian beliau salat. Sesudah salat beliau menadahkan kedua tangannya ke langit, lalu mendo’a. Pada saat-saat itu Abu Hurairah merasa kuatir dan takut kalau-kalau Rasulullah mendo ‘akan agar kabilah Daus celaka.

Tetapi kiranya Rasulullah mendo’akan sebaliknya: "Aflahummahdi Dausan...! Allahummmahdi Dausan... ...! Allahummahdi Dausan....!” (Wahai Allah! Tunjukilah kabilah Dausy....! “)



Kemudian beliau menoleh kepada Thufail, lalu bersabda, "Pulangkah kepada kabilahmu! Lemah lembutlah terhadap mereka! Dan ajaklah mereka masuk Islam dengan bijaksana!”

Sejak itu hingga Rasulullah hijrah, Thufail menetap di negerinya dan mengajak kaumnya masuk Islam.

Sementara itu telah terjadi perang Badar, perang Uhud, dan perang Khandaq. Setelah itu ia kembali datang kepada Rasulullah SAW membawa delapan puluh keluarga muslim Dausy, yang keislamannya tidak disangsikan lagi.



Rasulullah menyambut gembira kedatangan mereka. Beliau memperlengkapi mereka secukupnya dan harta rampasan perang Khaibar. Kabilah Daus bermohon kepada Rasulullah, “Ya, Rasulullah! tempatkahlan kami di 'sayap kanan' pasukan Anda dalam setiap peperangan yang Anda pimpin".

Dan kompi muslimin Dausy ini diberi nama “Kompi Mabrur”

Kata Thufail, ‘Sesudah itu aku senantiasa mendampingi Rasulullah SAW, dan turut berperang bersama beliau kemana saja, hingga kota Makkah dibebaskan dan kekuasaan kaum kafir Quraisy.”



Setelah pembebasan kota Makkah, Thufail bermohon kepada Rasulullah, “Ya, Rasulullah! Izininlah aku pergi ke Dzil Kafain, untuk memusnahkan berhala-hala yang ada di sana".

Rasulullah memberi izin kepada Thufail. Dia berangkat ke tempat berhala tersebut dengan satu regu tentara dan pasukannya. Sewaktu sampai ke sana dan mereka bersiap hendak membakar berhala Dzil Kaffain, berkerumunlah kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak sekitar mereka, menunggu-nunggu apa yang akan terjadi.



Mereka menduga akan terjadi petir dan halilintar, bila regu Thufail menjamah berhala Dzil Kaffain itu. Tetapi Thufail dengan mantap meruntuhkan berhala itu disaksikan para pemujanya sendiri.

Beliau menyulutkan api tepat di jantung Dzil Kaffain, sambil bersajak “Hal Dzil Kaffain! Kami bukanlah pemujamu. Kelahiran kami lebih dahulu dari keberadaanmu. lnilah aku, menyulutkan api di jantungmu!”

Setelah api melalap habis patung-patung Dzil Kaffain, sirna pulalah sisa-sisa kemusyrikan dalam kabilah Dausy. Seluruh kabilah Daus lalu masuk Islam, dan menjadi muslim sejati.

Thufail Bin ‘Arrir Ad Dausy senantiasa mendamping Rasulullah SAW sampai beliau wafat.



Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, Thufail dan anak buahnya patuh kepada pemenintahan Khalifah Abu Bakar. Tatkala berkecamuk peperangan membasmi orang murtad, Thufail paling dahulu pergi berperang bersama-sama tentara muslimin memerangi Musailimah Al-Kadzhzab (Musailimah si pembohong).

Begitu pula putera beliau, ‘Amr bin Thufail, yang selalu tak mau ketinggalan. Ketika Thufail sedang dalam perjalanan menuju Yamamah (kawasan tempat Musailimah nenyebarkan pahamnya), dia bermimpi: “Aku bermimpi, cobalah kalian ta’birkan mimpi ku itu”, kata Thufail kepada sahabat-sahabatnya.

“Bagaimana mimpi Anda?” tanya sang kawan.



“Aku bermimpi kepalaku dicukur. Seekor burung keluar dari mulutku, kemudian seorang perempuan memasukanku ke dalam perutnya. Anakku ‘Amr menuntut dengan sungguh-sungguh supaya dibolehkan ikut bersamaku. Tetapi dia tak dapat berbuat apa karena antara aku dan dia ada dinding.”

“Sebuah mimpi nan indah!” komentar kawan-kawannya.

Kata Thufail, “Sekarang, baiklah aku ta’birkan sendiri. Kepalaku dicukur, artinya kepalaku dipotong orang. Burung keluar dari mulutku, artinya nyawaku keluar dari jasadku. Seorang perempuan memasukkanku ke dalam perutnya, artinya tanah digali orang, lalu aku dikuburkan. Aku berharap semoga aku tewas sebagai syahid. Adapun tuntutan anakku, dia juga berharap supaya mati syahid seperti aku. Tetapi permintaannya dikabulkan kemudian.”



Dalam pertempuran memerangi pasukan Musailimah Al-Kadzdazab di Yamamah, sahabat yang mulia ini, Thufail Ibnu ‘Amr Ad Dausy, mendapat cidera sehingga dia terbanting dan tewas di medan tempur.

Puteranya ‘Amr, meneruskan peperangan hingga tangan kanannya buntung. Setelah itu dia kembali ke Madinah meninggalkan tangannya sebelah dan jenazah bapaknya di medan tempur Yamamah.

Tatkala Khalifah ‘Umar bin Khaththab memerintah, ‘Amr bin Thufail (putera Thufail) pernah datang ke majlis khalifah. Ketika dia sedang berada dalam majlis, makanan pun dihidangkan orang. Orang-orang yang duduk dalam majlis mengajak ‘Amr supaya turut makan bersama-sama. Tetapi ‘Amr menolak dan menjauh. “Mengapa..?“ tanya Khalifah.

"Barangkali engkau lebih senang makan belakangan. Mungkin engkau malu karena tanganmu itu?” ( )

“Betul, ya Amiral Mu’minin! “ jawab ‘Amr.

Kata Khalifah, "Demi Allah! Aku tidak akan memakan makanan ini, sebelum ia kau sentuh dengan tanganmu yang buntung itu. Demi Allah! Tidak seorang jua pun yang sebagian tubuhnya telah berada di surga, melainkan hanya engkau.”

Mimpi Thufail menjadi kenyataan semuanya. Tatkala terjadi perang Yarmuk, ‘Amr bin Thufail turut pula berperang bersama-sama dengan tentara muslimin. ‘Amr tewas dalam peperangan itu sebagai syuhada’, seperti yang diharapkan sang ayah. ( )



Halaman :
Follow
cover top ayah
وَذَرۡنِىۡ وَالۡمُكَذِّبِيۡنَ اُولِى النَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيۡلًا‏
Dan biarkanlah Aku yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar.

(QS. Al-Muzammil Ayat 11)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More