Begini Reaksi Islam Terhadap Orientalisme Menurut Montgomery Watt
loading...
A
A
A
Disebutkan ada yang telah menjadi versi terbitan bahasa Arab awal, namun tidak ada salinannya yang muncul. Teks Injil Barnabas ini diterbitkan oleh dua orang ilmuwan Kristen pada tahun 1907 dengan terjemahan bahasa Inggris.
Kitab ini besar -- tebalnya lebih dari dua ratus bab dan terdiri dari empat ratus halaman. Kitab ini sebagian terbesar berisi bahan pada ajaran-ajaran yang aktual, namun juga terdapat beberapa tambahan yang disusun untuk mendukung Islam dengan mengorbankan Kristen.
Hal itu dilakukan sepanjang untuk membuat Yesus menyatakan Muhammad sebagai Messiah. Ilmuwan-ilmuwan Kristen telah sepakat bahwa kitab itu ditulis kemungkinan sekali pada akhir abad enam belas, atau kemungkinan juga pada abad ke empat belas -- oleh seorang Kristen yang pindah agama ke Islam.
Pengetahuannya tentang Islam belum sempurna, karena orang ini masih banyak melakukan kesalahan tentang Islam, demikian pula semua bentuk kesalahan yang lain, seperti menempatkan Nazareth di Laut Galile.
Jadi nilai historis kitab Injil Barnabas ini sama sekali nihil atau nol, yang secara meyakinkan diperlihatkan pada pendahuluan buku itu. Yang amat meyakinkan adalah bahwa para ilmuwan Kristen telah menerbitkan kitab ini untuk menunjukkan bahwa para ilmuwan Kristen itu tidak berpikir tentang kitab ini yang dapat merugikan kepercayaan Kristen dalam beberapa cara.
Mereka agaknya dimotivasi oleh semacam bentuk rasa ingin tahu historis, karena, ketika kitab itu diketemukan di awal abad delapan belas, banyak orang yang menggunakan kitab ini dipakai oleh Deist Inggris untuk menyerang ortodoksi Kristen.
Setelah terbitan teks dalam bahasa Italia dan terjemahan bahasa Inggrisnya, sebagian orang Islam menjadi tertarik kepada kitab itu dan pada tahun 1908 terjemahan bahasa Arab terdapat di Kairo.
Terjemahan Arab ini diikuti oleh terjemahan ke dalam bahasa-bahasa Islam yang lain, bahasa Urdu, bahasa Persia dan bahasa Indonesia. Kebanyakan orang muslim diyakinkan bahwa kitab ini dengan jelas menunjukkan ketidaksahihan dan kesalahan ajaran Kristen, dan berdasarkan alasan ini terjemahan-terjemahan sudah acapkali diangkat kembali ke permukaan.
Jadi kitab Injil Barnabas ini mempunyai pengaruh tidak menguntungkan untuk mempertegas orang muslim dalam pengakuannya terhadap persepsi Kristen yang tidak sahih, kemudian akan membutakan mereka akan adanya keperluan untuk mencapai persepsi yang lebih akurat dalam keimanan dan amaliah berjuta-juta umat Kristen secara aktual.
Terjemahan bahasa Perancis muncul pada tahun 1977 dengan pengantar dua orang ilmuwan dari barat, berspekulasi pada kemungkinan penulis asli yang telah memasukkan bahan dari sumber Yahudi Kristen yang tidak diketahui.
Namun ilmuwan yang lain, Jan Slomp, telah menunjukkan bahwa tidak ada dasar-dasar yang solid bagi spekulasi tersebut. Apa yang sesungguhnya direalisasikan oleh kaum muslimin adalah kematangan pandangan orang Kristen, didukung oleh bobot keilmuwan yang meliputi segala, yang secara absolut diyakini bahwa kitab itu adalah palsu dan bahwa kitab itu tidak ada yang bertentangan dengan pokok kepercayaan Kristen, bahkan dalam bahan-bahan sekunder sekalipun.
Pada tahun 1977, terbit sebuah buku yang berjudul The Myth of God Incarnate dianggap oleh sebagian orang muslim sebagai bukti bahwa umat Kristiani meninggalkan kepercayaannya kepada sifat ketuhanan Yesus.
Universitas Raja Abdul-Aziz di Jedah mensponsori sebuah buku setebal empat puluh halaman dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan judul About The Myth of God Incarnate: An Impartial Survey of its Main Topics dan ditulis oleh Abdus Samad Sharafuddin.
Setelah pembahasan terinci dua makalah oleh Maurice Wiles, sang penulis menyimpulkan: "Fakta yang sedemikian jauh dinyatakan agar berarti bahwa inkarnasi Tuhan dalam diri Kristus itu tidak didukung oleh kitab-kitab suci yang jelas.
Berdasarkan alasan ini maka persoalan inkarnasi Tuhan di dalam diri Kristus ini masih menjadi dunia yang chaos yang disebut "myth" (mitos). Orang ini cenderung mengambil kata "myth" dalam arti negatifnya sebagai yang hampir equivalen dengan kesalahan (halaman 10), dan pernyataan ajaran tersebut sebagai "kesalahan besar yang telah berlangsung lama dalam pemikiran Kristen" (halaman 1).
Sekalipun sikap umum penulis ini adalah eirenic, penulis ini tidak menyimpang dari kepercayaan bahwa semua kebenaran itu didapatkan pada sumber Al-Qur'an dan sumber-sumber lain dimanapun adanya. Dalam kesimpulan Abdus Samad Sharafuddin mengutip Al-Qur'an dalam 3: 199, yang dengan baik menjelaskan Ahli Kitab dan meneruskan pernyataannya:
Ayat di atas membawa pesan kehendak yang baik dan harapan universal terhadap seluruh saudara-saudara, baik laki-laki maupun perempuan, yang beriman kepada Kitab-Kitab kebenaran yang diimani dan terlepas dari labelnya -- Kristen, Yahudi, atau Muslim. Kemungkinan tingkatan orang-orang yang beriman benar itu dekat dan boleh jadi mereka mengikuti jalan persahabatan, persaudaraan dan saling memahami, yang disinari oleh Deklarasi Konsili Vatican Kedua dalam isunya yang di angkat pada tahun 1965 tentang "Religious Freedom" -- Kebebasan Beragama.
Kitab ini besar -- tebalnya lebih dari dua ratus bab dan terdiri dari empat ratus halaman. Kitab ini sebagian terbesar berisi bahan pada ajaran-ajaran yang aktual, namun juga terdapat beberapa tambahan yang disusun untuk mendukung Islam dengan mengorbankan Kristen.
Hal itu dilakukan sepanjang untuk membuat Yesus menyatakan Muhammad sebagai Messiah. Ilmuwan-ilmuwan Kristen telah sepakat bahwa kitab itu ditulis kemungkinan sekali pada akhir abad enam belas, atau kemungkinan juga pada abad ke empat belas -- oleh seorang Kristen yang pindah agama ke Islam.
Pengetahuannya tentang Islam belum sempurna, karena orang ini masih banyak melakukan kesalahan tentang Islam, demikian pula semua bentuk kesalahan yang lain, seperti menempatkan Nazareth di Laut Galile.
Jadi nilai historis kitab Injil Barnabas ini sama sekali nihil atau nol, yang secara meyakinkan diperlihatkan pada pendahuluan buku itu. Yang amat meyakinkan adalah bahwa para ilmuwan Kristen telah menerbitkan kitab ini untuk menunjukkan bahwa para ilmuwan Kristen itu tidak berpikir tentang kitab ini yang dapat merugikan kepercayaan Kristen dalam beberapa cara.
Mereka agaknya dimotivasi oleh semacam bentuk rasa ingin tahu historis, karena, ketika kitab itu diketemukan di awal abad delapan belas, banyak orang yang menggunakan kitab ini dipakai oleh Deist Inggris untuk menyerang ortodoksi Kristen.
Setelah terbitan teks dalam bahasa Italia dan terjemahan bahasa Inggrisnya, sebagian orang Islam menjadi tertarik kepada kitab itu dan pada tahun 1908 terjemahan bahasa Arab terdapat di Kairo.
Terjemahan Arab ini diikuti oleh terjemahan ke dalam bahasa-bahasa Islam yang lain, bahasa Urdu, bahasa Persia dan bahasa Indonesia. Kebanyakan orang muslim diyakinkan bahwa kitab ini dengan jelas menunjukkan ketidaksahihan dan kesalahan ajaran Kristen, dan berdasarkan alasan ini terjemahan-terjemahan sudah acapkali diangkat kembali ke permukaan.
Jadi kitab Injil Barnabas ini mempunyai pengaruh tidak menguntungkan untuk mempertegas orang muslim dalam pengakuannya terhadap persepsi Kristen yang tidak sahih, kemudian akan membutakan mereka akan adanya keperluan untuk mencapai persepsi yang lebih akurat dalam keimanan dan amaliah berjuta-juta umat Kristen secara aktual.
Terjemahan bahasa Perancis muncul pada tahun 1977 dengan pengantar dua orang ilmuwan dari barat, berspekulasi pada kemungkinan penulis asli yang telah memasukkan bahan dari sumber Yahudi Kristen yang tidak diketahui.
Namun ilmuwan yang lain, Jan Slomp, telah menunjukkan bahwa tidak ada dasar-dasar yang solid bagi spekulasi tersebut. Apa yang sesungguhnya direalisasikan oleh kaum muslimin adalah kematangan pandangan orang Kristen, didukung oleh bobot keilmuwan yang meliputi segala, yang secara absolut diyakini bahwa kitab itu adalah palsu dan bahwa kitab itu tidak ada yang bertentangan dengan pokok kepercayaan Kristen, bahkan dalam bahan-bahan sekunder sekalipun.
Pada tahun 1977, terbit sebuah buku yang berjudul The Myth of God Incarnate dianggap oleh sebagian orang muslim sebagai bukti bahwa umat Kristiani meninggalkan kepercayaannya kepada sifat ketuhanan Yesus.
Universitas Raja Abdul-Aziz di Jedah mensponsori sebuah buku setebal empat puluh halaman dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan judul About The Myth of God Incarnate: An Impartial Survey of its Main Topics dan ditulis oleh Abdus Samad Sharafuddin.
Setelah pembahasan terinci dua makalah oleh Maurice Wiles, sang penulis menyimpulkan: "Fakta yang sedemikian jauh dinyatakan agar berarti bahwa inkarnasi Tuhan dalam diri Kristus itu tidak didukung oleh kitab-kitab suci yang jelas.
Berdasarkan alasan ini maka persoalan inkarnasi Tuhan di dalam diri Kristus ini masih menjadi dunia yang chaos yang disebut "myth" (mitos). Orang ini cenderung mengambil kata "myth" dalam arti negatifnya sebagai yang hampir equivalen dengan kesalahan (halaman 10), dan pernyataan ajaran tersebut sebagai "kesalahan besar yang telah berlangsung lama dalam pemikiran Kristen" (halaman 1).
Sekalipun sikap umum penulis ini adalah eirenic, penulis ini tidak menyimpang dari kepercayaan bahwa semua kebenaran itu didapatkan pada sumber Al-Qur'an dan sumber-sumber lain dimanapun adanya. Dalam kesimpulan Abdus Samad Sharafuddin mengutip Al-Qur'an dalam 3: 199, yang dengan baik menjelaskan Ahli Kitab dan meneruskan pernyataannya:
Ayat di atas membawa pesan kehendak yang baik dan harapan universal terhadap seluruh saudara-saudara, baik laki-laki maupun perempuan, yang beriman kepada Kitab-Kitab kebenaran yang diimani dan terlepas dari labelnya -- Kristen, Yahudi, atau Muslim. Kemungkinan tingkatan orang-orang yang beriman benar itu dekat dan boleh jadi mereka mengikuti jalan persahabatan, persaudaraan dan saling memahami, yang disinari oleh Deklarasi Konsili Vatican Kedua dalam isunya yang di angkat pada tahun 1965 tentang "Religious Freedom" -- Kebebasan Beragama.