Kisah Sufi: Maruf Si Tukang Sepatu dengan Istri yang Berhati Busuk

Sabtu, 28 Januari 2023 - 10:01 WIB
loading...
A A A
Saat itu, Si Petani muncul membawa sedikit kacang dan roti gandum. Ketika dilihatnya Maruf berikut seluruh kafilah itu, ia berpikiran bahwa tamu itu pastilah seorang raja. Maruf memberinya sejumlah emas dan mengatakan padanya agar menuntut pahala yang lebih besar lagi nanti. Karena menghargai keramahtamahan Si Petani, Maruf pun hanya makan roti gandum dan kacang.



Maruf pun mengutus para jin itu (menyamar sebagai manusia dan binatang) berjalan duluan ke kota ayah mertuanya. Ketika kafilah itu tiba, Sang Raja pun murka kepada Wazir yang telah menghasut bahwa Maruf itu miskin. Ketika Sang Putri mendengar bahwa sebuah kafilah gilang-gemilang telah sampai, kepunyaan Maruf, ia tak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Ia menduga pengakuan Maruf waktu itu bahwa ia berbohong kepada raja, dimaksudkan untuk menguji kesetiaan istrinya.

Teman Maruf, Ali, mengira kafilah besar itu pekerjaan Sang Putri, yang pasti telah merencanakan menyelamatkan nyawa dan nama baik suaminya.

Semua saudagar yang telah meminjamkan uang kepada Maruf dan mengagumi kemurahan hatinya, kini jauh lebih terkesima lagi menyaksikan jumlah emas, permata, dan pemberian yang Si Tukang Kayu itu bagi-bagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan.

Namun, Wazir masih tetap curiga. Belum pernah ada saudagar yang berbuat demikian, katanya kepada raja; dan ia pun merencanakan suatu muslihat. Penasihat itu membujuk Maruf ke kebun istana, lalu menghiburnya dengan musik dan anggur: dalam keadaan mabuk itu, Maruf pun mengatakan yang sebenarnya. Wazir kemudian meminjam cincin ajaib dari Maruf yang sama sekali tak menolak, membuat Sang Jin muncul, dan menyuruhnya membawa Maruf pergi ke padang pasir terjauh. Sambil mencerca Maruf karena membuka rahasia agung, jin itu pun mau saja mengangkat Si Tukang Sepatu lalu melemparkannya ke hutan belantara Hadhramaut. Kemudian, Wazir memerintah jin itu membuang Tuannya, Sang Raja, ke tempat Maruf pula. Wazir pun merebut kekuasaan raja dan bahkan berusaha memperkosa Putri Raja.

Tetapi, ketika Wazir mencoba melakukan niat jahatnya, Sang Putri berhasil melepas cincin ajaib dari jari Si Lalim, dan menggosoknya, lalu disuruhnya jin itu menggiring menteri tersebut dengan dibelenggu. Dalam satu jam, Sang Jin telah mengantar Raja dan Maruf kembali ke istana. Wazir pun digantung mati karena pengkhianatannya, dan Maruf diangkat sebagai perdana menteri atas jasa-jasanya.



Setelah itu, Maruf, istrinya, dan Sang Raja pun hidup bahagia bersama dalam kerajaan itu. Raja itu pun wafat dan Maruf naik menggantikannya sebagai raja. Ia kini mempunyai seorang anak. Sang Putri tetap memiliki cincin ajaib itu. Lalu, putri itu pun jatuh sakit dan, setelah menyerahkan cincin itu dan pemeliharaan anaknya kepada Maruf pesannya agar suaminya itu mencurahkan perhatian yang sama kepada keduanya --ia meninggal.

Tak lama kemudian, ketika sedang berbaring di tempat tidur, Raja Maruf bangun dan kaget. Di sampingnya, tampak istri pertamanya, Fatima yang kejam, muncul di sana secara gaib. Wanita itu pun menceritakan apa yang telah menimpa dirinya.

Ketika Maruf menghilang, ia menyesal dan menjadi seorang pengemis. Kehidupan sangat sulit baginya; ia pun mengalami penderitaan yang amat sangat. Pada suatu hari, tatkala mencoba memejamkan matanya untuk tidur, ia berseru sejadi-jadinya meratapi kepedihan hidupnya, dan sesosok jin muncul lalu mengatakan padanya mengenai petualangan Maruf semenjak terakhir kali mereka bertemu. Si wanita minta jin itu membawanya ke Ikhtiyar; dan ia pun dibawa ke sana dengan kecepatan cahaya.

Kini, wanita itu merasa sangat berdosa, dan Maruf bersedia menerimanya kembali sebagai istrinya, memberitahunya bahwa ia sekarang adalah seorang raja dan pemilik sebuah cincin ajaib, tuan bagi jin yang agung, Bapak Kebahagian. Dengan rendah hati, Si wanita berterima kasih, dan ia pun menjadi ratu di negeri itu. Namun, Ratu itu membenci Sang Pangeran Kecil.

Biasanya, pada malam hari, Maruf melepas cincin ajaibnya. Fatima mengetahui hal itu, dan sudah menyusun siasat; Sang Ratu mengendap-endap masuk ke kamar Raja dan mencuri cincinnya. Namun, Pangeran Kecil membuntutinya; ketika dilihatnya perbuatan Ratu, ia pun menghunus pedang kecilnya lalu membunuh wanita yang hatinya busuk itu, khawatir kalau-kalau ia akan mempergunakan kekuatan cincin.

Begitulah, Fatima yang bohong akhirnya menemui ajal di tempat kehormatan terbesar dalam hidupnya. Kini, Maruf pun mengangkat Si Petani Jujur, yang telah menjadi sarana penyelamatannya, menjadi perdana menteri. Dinikahinya anak gadis petani itu. Dan, mereka pun akhirnya hidup bahagia dan berhasil.

Idries Shah mengatakan, seperti berbagai kisah darwis lainnya, kisah ini terdapat juga dalam "Malam-malam Arab" (Arabian Nights). Tetapi tak seperti kebanyakan alegori Sufi, kisah ini tak berbentuk sajak. Selain itu, tak seperti kebanyakan pula, kecuali cerita tentang Mulla Nasrudin, kisah ini kadang-kadang dimainkan di Chaikhanas (kedai teh) sebagai drama.
Cerita ini tak mengandung pesan moral, sebagaimana orang-orang di Barat terbiasa dengannya, namun menekankan hubungan-hubungan sebab-akibat tertentu yang merupakan salah satu ciri khas sebagian kepustakaan Sufi.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2971 seconds (0.1#10.140)