Sebuah Dongeng Ajaran Sufi: Orang-Orang Pulau
loading...
A
A
A
Akhirnya segala sesuatu yang tidak bisa dimasukkan ke dalam ikatannya dikenal dengan istilah "tidak ilmiah", istilah sinonim lain dari kata "buruk". Tanpa disadari, kata-kata ini telah mengungkung dan otomatis memperbudak masyarakat.
Lantaran tidak adanya sikap sejalan, seperti orang yang membuang waktu dan kemampuannya di ruang tunggu dengan membaca-baca majalah, orang-orang pulau itu menyibukkan diri untuk menemukan pengganti pemuasan diri sebagai tujuan asal (dan sesungguhnya tujuan akhir) dari masyarakat yang terbuang ini.
Sebagian relatif mampu dan berhasil mengalihkan perhatian pada komitmen-komitmen yang secara mendasar bersifat emosional. Ada berbagai tingkatan emosi, namun tidak ada cara yang memadai untuk mengukurnya. Setiap emosi dianggap sebagai suatu yang "dalam" dan "kuat" -- pada tingkat apa pun lebih kuat dari tingkat lainnya. Emosi yang dipandang bisa menggerakkan masyarakat secara fisik dan mental sampai pada titik ekstrim, otomatis disebut sebagai kekuatan "dalam".
Sebagian besar masyarakat menentukan target bagi dirinya sendiri atau membiarkan orang lain menentukannya sendiri.
Mereka mungkin mengejar suatu penghargaan, uang atau status sosial. Sebagian menyembah sesuatu dan merasa dirinya lebih unggul dari lainnya. Dengan menolak apa yang dianggap sebagai penyembahan, sebagian orang mengira bahwa mereka tidak memiliki berhala. Karena itu mereka mencibir setiap bentuk penyembahan.
Setelah berabad-abad lamanya, pulau itu dipenuhi dengan berbagai kepingan cara pemujaan. Yang lebih buruk adalah kepingan-kepingan ini ternyata mampu mempertahankan diri. Orang-orang yang bermaksud baik dan bermaksud menggabungkan cara pemujaan ini serta memadukan kepingan-kepingannya, ternyata menyebarkan suatu cara pemujaan baru. Bagi kalangan amatir dan intelektual, hal ini adalah suatu tambang bagi kajian akademis atau "bahan awal" yang menarik karena keanekaragamannya.
Fasilitas-fasilitas megah untuk memanjakan "kepuasan" tertentu berkembang pesat. Istana dan monumen, museum dan universitas, lembaga pendidikan, panggung teater, dan arena olah raga hampir memenuhi pulau tersebut. Masyarakat biasanya merasa bangga dengan kemakmuran ini. Biasanya kemakmuran ini dianggap sebagai kebenaran terakhir, meskipun tentu saja kebenaran ini sama sekali luput dari perhatian mereka semua.
Pembangunan kapal berkaitan dengan beberapa dimensi dari kegiatan itu, namun dengan cara yang hampir tidak dikenal semua orang.
Secara sembunyi-sembunyi, kapal-kapal memancangkan layar dan para perenang terus mengajarkan cara berenang ...
Berbagai kondisi di pulau itu tidak sepenuhnya menimbulkan rasa takut bagi orang-orang yang penuh pengabdian tersebut. Di atas segalanya, mereka juga berasal dari masyarakat yang sama. Mereka mempunyai ikatan yang tak terpisahkan dan nasib yang sama dengan pulau itu.
Namun mereka seringkali harus menjaga diri dari perhatian saudara-saudaranya sesama penghuni pulau. Sebagian penghuni pulau yang "normal" mencoba menyelamatkan diri dari situasi itu. Yang lain berusaha membunuh mereka dengan alasan-alasan yang sulit dipahami. Sebagian bahkan berusaha membantunya dengan penuh semangat, tetapi tidak bisa menemukan mereka.
Setiap reaksi terhadap eksistensi para perenang ini adalah akibat dari sebab yang sama. Penyebabnya adalah karena sekarang hampir tidak ada orang yang mengetahui apa sesungguhnya perenang itu, apa yang dilakukannya, di mana ia bisa dijumpai?
Ketika kehidupan di pulau itu semakin beradab, suatu industri aneh tetapi logis berkembang pesat. Industri ini dicurahkan untuk menetapkan keraguan atas keabsahan sistem dasar kehidupan masyarakat. Industri ini berhasil menimbulkan keraguan atas nilal-nilai sosial dengan menertawakan atau menyindirnya. Aktivitas ini bisa mendatangkan kebahagiaan atau kesengsaraan, tetapi ia sebenarnya semacam ritual yang diulang-ulang. Sementara sebuah industri potensial dan berharga seringkali dirintangi untuk melaksanakan fungsi kreatifnya yang nyata.
Setelah keraguan untuk mengungkapkan diri sementara, masyarakat merasa bahwa dengan cara tertentu mereka akan mengurangi, membuang dan melarutkan keraguan itu. Satire diterima sebagai kiasan bermakna. Kiasan ini diterima namun tidak dipahami. Drama, buku, film, puisi dan plesetan adalah media umum bagi perkembangan itu, meskipun ada sebuah bagian penting yang termasuk dalam bidang-bidang yang lebih akademis. Bagi kebanyakan penghuni pulau, hal ini lebih membebaskan, lebih modern atau lebih progresif dibandingkan cara-cara pemujaan yang lebih tua.
Di sana-sini, seorang calon masih menemui seorang instruktur renang dan menyampaikan penawaran untuk ikut belajar renang. Biasanya penawaran itu berakhir pada pembicaraan khas berikut ini:
"Saya ingin belajar renang."
"Apakah engkau ingin menawarkan diri untuk itu?"
"Tidak, hanya saja saya harus membawa bekal seberat satu ton."
Lantaran tidak adanya sikap sejalan, seperti orang yang membuang waktu dan kemampuannya di ruang tunggu dengan membaca-baca majalah, orang-orang pulau itu menyibukkan diri untuk menemukan pengganti pemuasan diri sebagai tujuan asal (dan sesungguhnya tujuan akhir) dari masyarakat yang terbuang ini.
Sebagian relatif mampu dan berhasil mengalihkan perhatian pada komitmen-komitmen yang secara mendasar bersifat emosional. Ada berbagai tingkatan emosi, namun tidak ada cara yang memadai untuk mengukurnya. Setiap emosi dianggap sebagai suatu yang "dalam" dan "kuat" -- pada tingkat apa pun lebih kuat dari tingkat lainnya. Emosi yang dipandang bisa menggerakkan masyarakat secara fisik dan mental sampai pada titik ekstrim, otomatis disebut sebagai kekuatan "dalam".
Baca Juga
Sebagian besar masyarakat menentukan target bagi dirinya sendiri atau membiarkan orang lain menentukannya sendiri.
Mereka mungkin mengejar suatu penghargaan, uang atau status sosial. Sebagian menyembah sesuatu dan merasa dirinya lebih unggul dari lainnya. Dengan menolak apa yang dianggap sebagai penyembahan, sebagian orang mengira bahwa mereka tidak memiliki berhala. Karena itu mereka mencibir setiap bentuk penyembahan.
Setelah berabad-abad lamanya, pulau itu dipenuhi dengan berbagai kepingan cara pemujaan. Yang lebih buruk adalah kepingan-kepingan ini ternyata mampu mempertahankan diri. Orang-orang yang bermaksud baik dan bermaksud menggabungkan cara pemujaan ini serta memadukan kepingan-kepingannya, ternyata menyebarkan suatu cara pemujaan baru. Bagi kalangan amatir dan intelektual, hal ini adalah suatu tambang bagi kajian akademis atau "bahan awal" yang menarik karena keanekaragamannya.
Fasilitas-fasilitas megah untuk memanjakan "kepuasan" tertentu berkembang pesat. Istana dan monumen, museum dan universitas, lembaga pendidikan, panggung teater, dan arena olah raga hampir memenuhi pulau tersebut. Masyarakat biasanya merasa bangga dengan kemakmuran ini. Biasanya kemakmuran ini dianggap sebagai kebenaran terakhir, meskipun tentu saja kebenaran ini sama sekali luput dari perhatian mereka semua.
Pembangunan kapal berkaitan dengan beberapa dimensi dari kegiatan itu, namun dengan cara yang hampir tidak dikenal semua orang.
Secara sembunyi-sembunyi, kapal-kapal memancangkan layar dan para perenang terus mengajarkan cara berenang ...
Berbagai kondisi di pulau itu tidak sepenuhnya menimbulkan rasa takut bagi orang-orang yang penuh pengabdian tersebut. Di atas segalanya, mereka juga berasal dari masyarakat yang sama. Mereka mempunyai ikatan yang tak terpisahkan dan nasib yang sama dengan pulau itu.
Namun mereka seringkali harus menjaga diri dari perhatian saudara-saudaranya sesama penghuni pulau. Sebagian penghuni pulau yang "normal" mencoba menyelamatkan diri dari situasi itu. Yang lain berusaha membunuh mereka dengan alasan-alasan yang sulit dipahami. Sebagian bahkan berusaha membantunya dengan penuh semangat, tetapi tidak bisa menemukan mereka.
Setiap reaksi terhadap eksistensi para perenang ini adalah akibat dari sebab yang sama. Penyebabnya adalah karena sekarang hampir tidak ada orang yang mengetahui apa sesungguhnya perenang itu, apa yang dilakukannya, di mana ia bisa dijumpai?
Ketika kehidupan di pulau itu semakin beradab, suatu industri aneh tetapi logis berkembang pesat. Industri ini dicurahkan untuk menetapkan keraguan atas keabsahan sistem dasar kehidupan masyarakat. Industri ini berhasil menimbulkan keraguan atas nilal-nilai sosial dengan menertawakan atau menyindirnya. Aktivitas ini bisa mendatangkan kebahagiaan atau kesengsaraan, tetapi ia sebenarnya semacam ritual yang diulang-ulang. Sementara sebuah industri potensial dan berharga seringkali dirintangi untuk melaksanakan fungsi kreatifnya yang nyata.
Setelah keraguan untuk mengungkapkan diri sementara, masyarakat merasa bahwa dengan cara tertentu mereka akan mengurangi, membuang dan melarutkan keraguan itu. Satire diterima sebagai kiasan bermakna. Kiasan ini diterima namun tidak dipahami. Drama, buku, film, puisi dan plesetan adalah media umum bagi perkembangan itu, meskipun ada sebuah bagian penting yang termasuk dalam bidang-bidang yang lebih akademis. Bagi kebanyakan penghuni pulau, hal ini lebih membebaskan, lebih modern atau lebih progresif dibandingkan cara-cara pemujaan yang lebih tua.
Di sana-sini, seorang calon masih menemui seorang instruktur renang dan menyampaikan penawaran untuk ikut belajar renang. Biasanya penawaran itu berakhir pada pembicaraan khas berikut ini:
"Saya ingin belajar renang."
"Apakah engkau ingin menawarkan diri untuk itu?"
"Tidak, hanya saja saya harus membawa bekal seberat satu ton."