Dialah Tokoh Penggerak Pan-Islamisme untuk Melawan Kolonialisme
loading...
A
A
A
2. Berusaha untuk menghentikan gerakan negara-negara kolonialis Eropa dan Rusia, tatkala mereka sadar bahwa kaum muslimin kini telah membentuk sebuah blok dan satu barisan. Gerakan ini akan menyadarkan kaum muslimin terhadap kerakusan kolonialisme dan kini sedang menghadang mereka dengan kesatuan Islam.
3. Pengokohan diri bahwa kaum muslimin mungkin saja membentuk sebuah kekuatan politik internasional yang bisa diperhitungkan dalam usaha untuk menghadapi perang budaya, pemikiran, dan akidah yang dilancarkan oleh Rusia dan Eropa Kristen.
4. Kesatuan Islam yang baru ini akan memainkan peran yang sangat signifikan dalam memberikan pengaruh kepada kebijakan politik internasional.
5. Pemerintahan Utsmani kembali mengokohkan kekuatan dirinya sebagai pemerintahan yang berbentuk Khilafah. Dengan demikian, maka sangat mungkin baginya untuk mengembalikan kekuatannya dan dipersiapkan dengan sarana-sarana ilmiah baru dan modern dalam semua lapangan dan medan. Dengan demikian maka dia akan mampu mengembalikan wibawanya dan menjadi sebuah pelajaran sejarah yang sangat berharga.
Sultan Abdul Hamid mengatakan, agar kaum muslimin menyumbang secara sukarela untuk menghidupkan masjid-masjid di seluruh dunia Islam.
Sultan sangat antusias membangun sarana transportasi yang bisa menghubungkan antara wilayah-wilayah pemerintahan Utsmani.
6. Selain itu Sultan juga berusaha untuk menjadikan kepala suku Arab condong padanya. Sultan juga membangun sekolah di ibu kota untuk dijadikan sebagai sarana mengajar anak-anak para kabilah dan suku dan mengajarkan mereka tentang tata cara administrasi. Sultan juga berusaha mendekati kalangan tarekat sufi.
7. Secara optimal mengambil manfaat dari media-media Islam untuk melakukan sosialisasi dan kampanye tentang Pan-Islamisme. Bahkan Sultan menjadikan beberapa media cetak itu sebagai sarana untuk mengampanyekan Pan-lslamisme ini serta berusaha untuk menumbuhkan kebangkitan ilmiah dan teknik di dalam pemerintahan Utsmani, serta memodernkan pemerintahan dalam hal yang dianggap sangat perlu.
Luar Biasa
Seruan Pan-Islamisme ini mendapat sambutan luar biasa dari berbagai kalangan ulama dan para dai Islam. Dukungan ini datang misalnya dari Jamaluddin Al-Afghani, Mushtafa Kamil dari Mesir, Abu Al-Huda Ash-Shayadi dari Suriah, Abdur Rasyid Ibrahim dari Siberia, serta gerakan Sanusiah di Tunisia Libya dan lain sebagainya.
Jamaluddin Al-Afghani sangat mendukung ide dan seruan Sultan Abdul Hamid II tentang Pan-Islamisme. Bahkan dia mengajukan proyek-proyek yang lebih besar dari apa yang menjadi obsesi Sultan sendiri yang berkeinginan tidak lebih dari hanya sekadar menyatukan bangsa-bangsa Islam serta adanya kesatuan gerakan di antara bangsa-bangsa di dunia Islam. Yakni berupa kesatuan perasaan dalam amal dan pada saat yang sama khilafah akan memiliki wibawa dan kekuatan.
Al-Afghani bahkan menawarkan penyatuan antara kalangan Sunni dan kalangan Syiah. Padahal pandangan Sultan sendiri dalam hal ini, tak lebih dari penyatuan gerakan politik antara dua kelompok untuk menghadapi gerakan kolonialisme internasional.
"Telah jatuh ke tangan saya satu blue-print yang disiapkan oleh seorang badut di kementerian luar negeri Inggris, dia bemama Jamaluddin Al-Afghani dan seorang Inggris yang bernama Balant. Dalam blue-print itu keduamya mengatakan untuk meruntuhkan khilafah dari orang-orang Turki. Keduanya mengusulkan agar Syarif Husein penguasa Makkah menjadi khalifah kaum muslimin,” kata Sultan menanggapi gagasan Jamaluddin Al-Afghani.
“Saya mengenai Jamaluddin Al-Afghani dari dekat. Dia sebelumnya berada di Mesir dan seorang yang sangat berbahaya. Suatu saat dia mengusulkan pada saya--dan dia menganggap dirinya sebagai Al-Mahdi--agar dia menjadi pemimpin semua kaum muslimin di Asia Tengah. Saya tahu bahwa dia tidak memiliki kapasitas untuk itu. Dia adalah anteknya Inggris dan sangat mungkin sekali telah dipersiapkan lnggris untuk menguji saya. Maka saya menolak usulannya dan dia bergabung dengan Balant,” lanjutnya.
Sultan mengungkap ia memanggil Jamaluddin Al-Afghani ke Istanbul dengan perantaraan Abul Huda Al-Shayyadi Al-Halibi, seorang tokoh yang sangat dihormati di seluruh negeri Arab. Untuk kepentingan tersebut, bertindak sebagai mediator antara lain Munif Pasya, penguasa lama Afghanistan dan penyair sastrawan Abdul Haq Hamid. "Jamaluddin Al-Afghani datang ke Istanbul dan saya tidak mengizinkan dia keluar kembali dari lstanbul...” tuturnya.