Surat An-Najm Ayat 1-18, Doa untuk Menghilangkan Rasa Khawatir

Kamis, 10 Agustus 2023 - 10:04 WIB
loading...
Surat An-Najm Ayat 1-18, Doa untuk Menghilangkan Rasa Khawatir
Surat An-Najm ayat 1-18, misalnya, dapat dijadikan doa atau wasilah agar disembuhkan dengan rasa khawatir. Foto/Ilustrasi: SINDOnews
A A A
Sayyid Muhammad Taqi Al-Muqaddam dalam bukunya berjudul "Khazanah Al-Asrar" memaparkan manfaat dari ayat Al-Quran untuk penyembuhan berbagai penyakit.

Surat An-Najm ayat 1-18, misalnya, dapat dijadikan doa atau wasilah agar disembuhkan dengan rasa khawatir dan waswas. Adapun caranya yaitu dengan membaca Surat An-Najm ayat 1-18 secara istikamah.



Berikut bacaannya:

وَالنَّجۡمِ اِذَا هَوٰىۙ

Wannajmi izaa hawaa
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوٰى‌ۚ

Maa dalla saahibukum wa maa ghawaa
وَمَا يَنۡطِقُ عَنِ الۡهَوٰىؕ

Wa maa yyantiqu 'anilhawaaa
اِنۡ هُوَ اِلَّا وَحۡىٌ يُّوۡحٰىۙ‏

In huwa illaa Wahyuny yuuhaa
عَلَّمَهٗ شَدِيۡدُ الۡقُوٰىۙ

'Allamahuu shadiidul quwaa
ذُوۡ مِرَّةٍؕ فَاسۡتَوٰىۙ

Zuu mirratin fastawaa
وَهُوَ بِالۡاُفُقِ الۡاَعۡلٰى

Wa huwa bil ufuqil a'laa
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ‏

Summa danaa fatadalla
فَكَانَ قَابَ قَوۡسَيۡنِ اَوۡ اَدۡنٰى‌ۚ

Fakaana qooba qawsaini aw adnaa
فَاَوۡحٰۤى الٰى عَبۡدِهٖ مَاۤ اَوۡحٰىؕ

Fa awhaaa ilaa 'abdihii maaa awhaa
مَا كَذَبَ الۡفُؤَادُ مَا رَاٰى

Maa kazabal fu'aadu maa ra aa
اَفَتُمٰرُوۡنَهٗ عَلٰى مَا يَرٰى

Afatumaaruunahuu 'alaa maayaraa
وَلَقَدۡ رَاٰهُ نَزۡلَةً اُخۡرٰىۙ

Wa laqad ra aahu nazlatan ukhraa
عِنۡدَ سِدۡرَةِ الۡمُنۡتَهٰى

'Inda sidratil muntaha
عِنۡدَهَا جَنَّةُ الۡمَاۡوٰىؕ‏

'Indahaa jannatul maawaa
اِذۡ يَغۡشَى السِّدۡرَةَ مَا يَغۡشٰىۙ

Iz yaghshas sidrata maa yaghshaa
مَا زَاغَ الۡبَصَرُ وَمَا طَغٰى

Maa zaaghal basaru wa maa taghaa
لَقَدۡ رَاٰى مِنۡ اٰيٰتِ رَبِّهِ الۡكُبۡرٰى

Laqad ra aa min aayaati Rabbihil kubraaa



Artinya:
1. Demi bintang ketika terbenam,
2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru,
3. dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut keinginannya.
4. Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,
6. yang mempunyai keteguhan; maka (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli (rupa yang bagus dan perkasa)
7. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
8. Kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat,
9. sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi).
10. Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah.
11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
12. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang dilihatnya itu?
13. Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
14. (yaitu) di Sidratul Muntaha,
15. di dekatnya ada surga tempat tinggal,
16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil muntah± diliputi oleh sesuatu yang meliputinya,
17. penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
18. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1309 seconds (0.1#10.140)