Tadabbur Al-Qalam Ayat 4: Pujian Allah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
loading...
A
A
A
Salah satu keistimewaan Nabi Muhammad ﷺ dari semua makhluk yaitu memiliki sifat dan keperibadian yang sangat agung. Allah Ta'ala memuji beliau dengan pujian yang tinggi sebagaimana diabadikan dalam Surat Al-Qalam Ayat 4.
Ayat ini cukup sering dibaca pada acara Maulid Nabi atau kajian Sirah Nabawi. Nabi Muhammad ﷺ merupakan satu-satunya manusia yang disifati dengan akhlak terpuji sebagaimana firman-Nya:
Wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim.
Artinya: "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS Al-Qalam Ayat 4)
Ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan ayat sebelumnya (Al-Qalam ayat 3) dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak terputus itu diperoleh Rasulullah ﷺ sebagai buah dari akhlak beliau yang mulia. Akhlak yang agung (خُلُقٍ عَظِيۡمٍ) merupakan pujian Allah kepada beliau yang jarang diberikan-Nya kepada hamba-Nya yang lain.
Akhlak Rasulullah ﷺ Adalah Al-Qur'an
Imam Ahmad meriwayatkan Hadis dari Al-Hasan bahwa ia pernah bertanya kepada Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha tentang akhlak Rasulullah ﷺ. Maka Aisyah menjawab: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."
Dikisahkan, seorang lelaki dari kalangan Bani Sawad pernah bertanya kepada Sayyidah Aisyah tentang akhlak Rasulullah. Maka Aisyah balik bertanya, bahwa bukankah kamu telah membaca firman-Nya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam; 4)" Lalu aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku salah satu dari contohnya."
Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa ia membuat makanan untuk Nabi ﷺ. Bertepatan dengan itu Sayyidah Hafsah pun membuat makanan untuk beliau.' Lalu ia berpesan kepada budak perempuannya yang akan disuruhnya mengantarkan makanan itu. "Pergilah kamu, dan lihatlah bila Hafsah datang dengan membawa makanannya sebelumku. Maka buanglah makanannya."
Ternyata Hafsah pun datang dengan membawa makanannya. Maka budak perempuan Aisyah itu menjatuhkan dirinya dan mengenai mangkuk makanan Hafsah hingga mangkuknya pecah dan makanannya terjatuh, sedangkan mangkuk yang dipakai adalah barang pecah belah. Lalu Rasulullah ﷺ memungutnya dan bersabda, "Gantilah olehmu atau engkau harus mengganti -Aswad ragu- wadah ini dengan wadahmu." Setelah itu Nabi tidak mengucapkan kata-kata lagi. (HR Ahmad)
Allah membekali Nabi Muhammad ﷺ berupa akhlak mulia seperti sifat pemalu, penyanyung, penyayang, dermawan, berani, pemaaf, dan semua akhlak yang terpuji. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Sahihain, dari sahabat Anas yang mengatakan: "Aku menjadi pelayan Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali belum pernah membentakku dengan kata, "Huss!" Dan belum pernah mengatakan terhadapku tentang sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, "Mengapa engkau melakukannya?"
Dan tidak pula terhadap sesuatu yang seharusnya kulakukan, "Mengapa tidak engkau lakukan?” Beliau adalah seorang yang paling baik akhlaknya, dan aku belum pernah memegang kain sutra, baik yang tebal maupun yang tipis dan tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah ﷺ. Dan aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak pula wewangian lainnya yang lebih harum daripada bau keringat Rasulullah ﷺ.
Dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia (akhlak-yang baik)." (HR Ahmad)
Ayat ini cukup sering dibaca pada acara Maulid Nabi atau kajian Sirah Nabawi. Nabi Muhammad ﷺ merupakan satu-satunya manusia yang disifati dengan akhlak terpuji sebagaimana firman-Nya:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ
Wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim.
Artinya: "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS Al-Qalam Ayat 4)
Ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan ayat sebelumnya (Al-Qalam ayat 3) dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak terputus itu diperoleh Rasulullah ﷺ sebagai buah dari akhlak beliau yang mulia. Akhlak yang agung (خُلُقٍ عَظِيۡمٍ) merupakan pujian Allah kepada beliau yang jarang diberikan-Nya kepada hamba-Nya yang lain.
Akhlak Rasulullah ﷺ Adalah Al-Qur'an
Imam Ahmad meriwayatkan Hadis dari Al-Hasan bahwa ia pernah bertanya kepada Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha tentang akhlak Rasulullah ﷺ. Maka Aisyah menjawab: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."
Dikisahkan, seorang lelaki dari kalangan Bani Sawad pernah bertanya kepada Sayyidah Aisyah tentang akhlak Rasulullah. Maka Aisyah balik bertanya, bahwa bukankah kamu telah membaca firman-Nya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam; 4)" Lalu aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku salah satu dari contohnya."
Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa ia membuat makanan untuk Nabi ﷺ. Bertepatan dengan itu Sayyidah Hafsah pun membuat makanan untuk beliau.' Lalu ia berpesan kepada budak perempuannya yang akan disuruhnya mengantarkan makanan itu. "Pergilah kamu, dan lihatlah bila Hafsah datang dengan membawa makanannya sebelumku. Maka buanglah makanannya."
Ternyata Hafsah pun datang dengan membawa makanannya. Maka budak perempuan Aisyah itu menjatuhkan dirinya dan mengenai mangkuk makanan Hafsah hingga mangkuknya pecah dan makanannya terjatuh, sedangkan mangkuk yang dipakai adalah barang pecah belah. Lalu Rasulullah ﷺ memungutnya dan bersabda, "Gantilah olehmu atau engkau harus mengganti -Aswad ragu- wadah ini dengan wadahmu." Setelah itu Nabi tidak mengucapkan kata-kata lagi. (HR Ahmad)
Allah membekali Nabi Muhammad ﷺ berupa akhlak mulia seperti sifat pemalu, penyanyung, penyayang, dermawan, berani, pemaaf, dan semua akhlak yang terpuji. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Sahihain, dari sahabat Anas yang mengatakan: "Aku menjadi pelayan Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali belum pernah membentakku dengan kata, "Huss!" Dan belum pernah mengatakan terhadapku tentang sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, "Mengapa engkau melakukannya?"
Dan tidak pula terhadap sesuatu yang seharusnya kulakukan, "Mengapa tidak engkau lakukan?” Beliau adalah seorang yang paling baik akhlaknya, dan aku belum pernah memegang kain sutra, baik yang tebal maupun yang tipis dan tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah ﷺ. Dan aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak pula wewangian lainnya yang lebih harum daripada bau keringat Rasulullah ﷺ.
Dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia (akhlak-yang baik)." (HR Ahmad)
(rhs)