Suksesi Kenabian Menurut Syaikh Ahmed Deedat

Kamis, 05 Oktober 2023 - 12:00 WIB
loading...
Suksesi Kenabian Menurut Syaikh Ahmed Deedat
Ahmed Deedat. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Allah SWT berfirman: "... dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). ( QS Ash-Shaff :6).

Syekh Ahmed Hussein Deedat yang populer dengan Ahmed Deedat (1918-2005) mengatakan suksesi mempunyai banyak bentuk seperti hak asasi dari anak pertama dalam hukum Yahudi . Bisa juga pengangkatan putra atau putri tertua ke tahta kerajaan atau dengan pemilihan, untuk memilih calon dengan pengumpulan suara terbanyak.

"Secara keagamaan, sebuah penunjukkan dengan ketetapan dari utusan yang dipilih Tuhan. Seperti pemanggilan Ibrahim , Musa , Yesus atau Muhammad SAW . Yang 'ditunjuk' dalam pengabdian terhadap jabatan mereka," ujar Ahmed Deedat dalam buku berjudul "The Choice Islam and Christianity" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Dialog Islam Kristen" (Pustaka Al-Kautsar, 1999)..



Ulama yang menekuni bidang perbandingan agama ini menjelaskan berbagai segi penggantian Yesus atau Nabi Isa as oleh Nabi Muhammad SAW.

Pertama, dipilih oleh Tuhan, sebagai pemenuhan ramalan pendahulunya. Dengan membawa petunjuk Tuhan untuk penyempurnaan. "Karena Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran," kata Yesus.

Kedua, menurut sejarah. Nabi Musa mendahului Yesus Kristus kira-kira 1300 tahun dan Muhammad SAW menggantikan kekosongan setelah Yesus kira-kira 6 abad kemudian.

Tanggal 12 Rabi'ul 'Awwal tahun Gajah, atau 29 Agustus 570 Masehi, Muhammad yang patut dipuji, lahir di kota suci Makkah, Arab, di daerah penyembah berhala.



Masyarakatnya, yaitu orang-orang Quraisy mengingat tahun kelahirannya sebagai "Tahun Gajah", karena 2 bulan sebelum kelahiran beliau, Abrahah Al-Ashram, Raja muda Abesinia, dari Yaman, memimpin pasukannya dengan mengendarai seekor gajah Afrika yang besar, menyerang tempat perlindungan suci tersebut.

Kilasan ketakutan tak pernah terhapus dari ingatan mereka dan masih terdapat goncangan akibat serbuan tersebut. Kerusakan yang mengerikan oleh Abrahah dan tentaranya dicatat dalam Surat Al-Fiil atau Gajah:

"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Rabb-mu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia? Dan, Dia mengirim mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). ( QS Al-Fiil : 1-5)

Ketiga, standar Allah. Allah Yang Maha Kuasa memilih sendiri utusan-Nya. Dia menggunakan standar-Nya meskipun kita mungkin tidak selalu mengerti hikmahnya.

Paulus menyerukan keganjilan ini: "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda, dan orang-orang Yunani mencari hikmat." (Injil Korintus 1:22).



Tetapi orang sebijaksana Paulus, kata Ahmed Deedad, menemukan bahwa kebijaksanaannya adalah penghalang bagi orang-orang Yahudi dan kebodohan bagi orang-orang Yunani. Allah memilih Musa as, seorang yang gagap dan buronan pengadilan. Kitab Suci Injil menyebutnya sebagai seorang yang tidak petah lidahnya (Keluaran 6: 11).

Menyadari kekurangannya ketika bertugas menghadapi Fir'aun, raja zalim terbesar pada abad itu, Musa as memohon kepada Allah Yang Penyayang:

"Berkata Musa, 'Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku; (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami. Allah berfirman, 'Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa'." ( QS Thahaa : 25-36).

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1633 seconds (0.1#10.140)