Kisah Yitzhak Shamir Bangun Permukiman Besar-besaran di Tanah Palestina
loading...
A
A
A
Mantan anggota Kongres AS , Paul Findley (1921 – 2019) menyatakan ketika Yitzhak Shamir menggantikan Perdana Menteri Israel Menachem Begin pada 1983, dia bersumpah dalam pidato pengukuhannya untuk melanjutkan "tugas suci" membangun pemukiman-pemukiman di Tepi Barat .
"Shamir memang menepati sumpahnya," tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).
Dia memacu laju pembangunan pemukiman-pemukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan, dengan menjalankan aktivitas pemukiman paling besar dalam sejarah Israel.
Ketika Shamir dikalahkan pada 1992, menurut laporan Departemen Luar Negeri AS, jumlah pemukim yang ada telah berlipat ganda dibanding ketika dia baru meraih kekuasaan: 129.000 orang Yahudi di Jerusalem Timur milik Arab (dengan 155.000 orang Palestina); 97.000 orang Yahudi di 180 pemukiman di Tepi Barat dengan separuh tanah sepenuhnya berada di bawah kontrol Yahudi; 3.600 orang di 20 pemukiman di jalur Gaza; dan 14.000 orang di 30 pemukiman di Dataran Tinggi Golan.
Kekalahan Shamir datang tepat ketika dia tengah terlibat dalam kampanye terbesar untuk pembangunan di wilayah-wilayah pendudukan. Suatu telaah oleh kelompok Israel Peace Now menunjukkan bahwa Israel telah memulai pembangunan 13.650 unit perumahan di wilayah-wilayah pendudukan pada 1991, suatu penambahan dalam satu tahun yang setara dengan 65% dari seluruh unit yang dibangun selama dua puluh tiga tahun sebelumnya di wilayah-wilayah tersebut.
Angka itu tidak termasuk lebih dari 10.000 unit yang tengah dibangun di Jerusalem Timur milik Arab.
Dalam kata-kata Washington Post: "Dalam 18 bulan terakhir, pemerintahan [Perdana Menteri Yitzhak] Shamir telah melancarkan kampanye pembangunan perumahan terbesar dalam 24 tahun sejarah penguasaannya atas wilayah-wilayah tersebut."
Menurut Paul Findley, yang khas dari sikap para pemimpin Likud Israel terhadap pertukaran tanah untuk perdamaian adalah pernyataan Shamir setelah kekalahannya dalam pemilihan kembali pada 1992: "Mestinya saya telah menyelenggarakan perundingan-perundingan otonomi untuk masa sepuluh tahun, dan sementara itu kita dapat menempatkan setengah juta orang di Yudea dan Samaria [Tepi Barat]."
Shamir telah memulai kampanye pemilihannya kembali dengan menyatakan bahwa dia berencana untuk "mengatakan pada orang-orang non-Yahudi di seluruh dunia" bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat menghentikan pembangunan pemukiman-pemukiman di wilayah-wilayah pendudukan.
Paul Findley mengatakan akibat bertambah cepatnya laju perpindahan para pemukim Yahudi ke wilayah-wilayah pendudukan semasa pemerintahan para perdana menteri Likud, pertikaian antara Israel dan orang-orang Palestina semakin rumit dibanding sebelumnya.
"Jika perdamaian memang ingin dicapai, Israel mestinya mengembalikan kepada orang-orang Palestina tanah yang telah direbutnya untuk pemukiman-pemukiman itu. Dengan berpuluh-puluh ribu orang Yahudi tinggal di tanah Palestina sekarang, tindakan penting itu akan menjadi semakin sulit untuk dilaksanakan," ujar Paul Findley.
Lihat Juga: Muhammadiyah Dukung Fatwa ICJ Pendudukan Israel Ilegal, Jajaki Pola Sinergi Kemerdekaan Palestina
"Shamir memang menepati sumpahnya," tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).
Dia memacu laju pembangunan pemukiman-pemukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan, dengan menjalankan aktivitas pemukiman paling besar dalam sejarah Israel.
Ketika Shamir dikalahkan pada 1992, menurut laporan Departemen Luar Negeri AS, jumlah pemukim yang ada telah berlipat ganda dibanding ketika dia baru meraih kekuasaan: 129.000 orang Yahudi di Jerusalem Timur milik Arab (dengan 155.000 orang Palestina); 97.000 orang Yahudi di 180 pemukiman di Tepi Barat dengan separuh tanah sepenuhnya berada di bawah kontrol Yahudi; 3.600 orang di 20 pemukiman di jalur Gaza; dan 14.000 orang di 30 pemukiman di Dataran Tinggi Golan.
Kekalahan Shamir datang tepat ketika dia tengah terlibat dalam kampanye terbesar untuk pembangunan di wilayah-wilayah pendudukan. Suatu telaah oleh kelompok Israel Peace Now menunjukkan bahwa Israel telah memulai pembangunan 13.650 unit perumahan di wilayah-wilayah pendudukan pada 1991, suatu penambahan dalam satu tahun yang setara dengan 65% dari seluruh unit yang dibangun selama dua puluh tiga tahun sebelumnya di wilayah-wilayah tersebut.
Angka itu tidak termasuk lebih dari 10.000 unit yang tengah dibangun di Jerusalem Timur milik Arab.
Dalam kata-kata Washington Post: "Dalam 18 bulan terakhir, pemerintahan [Perdana Menteri Yitzhak] Shamir telah melancarkan kampanye pembangunan perumahan terbesar dalam 24 tahun sejarah penguasaannya atas wilayah-wilayah tersebut."
Menurut Paul Findley, yang khas dari sikap para pemimpin Likud Israel terhadap pertukaran tanah untuk perdamaian adalah pernyataan Shamir setelah kekalahannya dalam pemilihan kembali pada 1992: "Mestinya saya telah menyelenggarakan perundingan-perundingan otonomi untuk masa sepuluh tahun, dan sementara itu kita dapat menempatkan setengah juta orang di Yudea dan Samaria [Tepi Barat]."
Shamir telah memulai kampanye pemilihannya kembali dengan menyatakan bahwa dia berencana untuk "mengatakan pada orang-orang non-Yahudi di seluruh dunia" bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat menghentikan pembangunan pemukiman-pemukiman di wilayah-wilayah pendudukan.
Paul Findley mengatakan akibat bertambah cepatnya laju perpindahan para pemukim Yahudi ke wilayah-wilayah pendudukan semasa pemerintahan para perdana menteri Likud, pertikaian antara Israel dan orang-orang Palestina semakin rumit dibanding sebelumnya.
"Jika perdamaian memang ingin dicapai, Israel mestinya mengembalikan kepada orang-orang Palestina tanah yang telah direbutnya untuk pemukiman-pemukiman itu. Dengan berpuluh-puluh ribu orang Yahudi tinggal di tanah Palestina sekarang, tindakan penting itu akan menjadi semakin sulit untuk dilaksanakan," ujar Paul Findley.
Lihat Juga: Muhammadiyah Dukung Fatwa ICJ Pendudukan Israel Ilegal, Jajaki Pola Sinergi Kemerdekaan Palestina
(mhy)