Faedah dan Buah Manis Menjaga Lisan
loading...
A
A
A
Salah satu alat komunikasi yang sering digunakan adalah bahasa lisan. Dalam menggunakan bahasa lisan ini, tentu harus menggunakan bahasa yang baik, mudah dipahami dan dimengerti.
Bagi perempuan muslimah, sudah seharusnya ketika berbicara menggunakan tata krama dan tutur kata yang baik. Jangan sampai bahasa lisan yang disampaikan menyakiti orang lain, ketus, nyelekit dan menimbulkan permusuhan . Akhlak yang baik akan mengeluarkan bahasa yang baik.
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Seperti disebutkan dalam firman-Nya :
أَلَمْ نَجْعَل لَّهُ عَيْنَيْنِ وَلِسَاناً وَشَفَتَيْنِ
“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lisan, dan dua buah bibir.” (QS Al Balad : 8-9 )
Allah Ta'ala menganugerahkan kepada manusia dua nikmat yang agung ini, yaitu nikmat kedua mata untuk melihat dan nikmat lisan sehingga bisa berbicara. Allah juga menciptakan dua bibir sebagai penutup lisan sebagaimana Allah menciptakan kelopak mata sebagai pelindung mata. Sungguh betapa agung nikmat Allah ini. (Baca juga : Tanda Kiamat dan Fenomena Perempuan Akhir Zaman )
Di antara bentuk mensyukuri nikmat lisan dan kedua mata adalah senantiasa menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah dan menjaganya dari perkara-perkara yang Allah murkai. Barangsiapa yang Allah muliakan dengan penjagaan lisan dan pandangannya maka dia akan mendapat faedah dan buah manis berupa banyaknya kebaikan yang akan kita dapatkan di dunia dan di akhirat.
Syaikh ‘Abdurrozzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badrdalam kitabnya 'Fawaaidu Shiyaanati al Lisaan' menjelaskan tentang buah manis menjaga lisan ini. Di antara faedahnya, inilah yang akan didapatkan seorang mukmin yang pandai menjaga lisannya:
1. Menjadi sebab diampuninya dosa-dosa
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. “ (Al Ahzab : 70-71)
2. Jaminan untuk masuk surga
Pemberi jaminan surga ini adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cara untuk mendapatkannya yaitu seorang hamba menjaga kemaluannya dan lisannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang menjamin untukku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR Bukhari)
3. Memberi keselamatan di dunia dan di akhirat
Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “ Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?“. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
“Jaga lisanmun, tetaplah tinggal di rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu. “ (HR Tirmidzi)
Bagi perempuan muslimah, sudah seharusnya ketika berbicara menggunakan tata krama dan tutur kata yang baik. Jangan sampai bahasa lisan yang disampaikan menyakiti orang lain, ketus, nyelekit dan menimbulkan permusuhan . Akhlak yang baik akan mengeluarkan bahasa yang baik.
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Seperti disebutkan dalam firman-Nya :
أَلَمْ نَجْعَل لَّهُ عَيْنَيْنِ وَلِسَاناً وَشَفَتَيْنِ
“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lisan, dan dua buah bibir.” (QS Al Balad : 8-9 )
Allah Ta'ala menganugerahkan kepada manusia dua nikmat yang agung ini, yaitu nikmat kedua mata untuk melihat dan nikmat lisan sehingga bisa berbicara. Allah juga menciptakan dua bibir sebagai penutup lisan sebagaimana Allah menciptakan kelopak mata sebagai pelindung mata. Sungguh betapa agung nikmat Allah ini. (Baca juga : Tanda Kiamat dan Fenomena Perempuan Akhir Zaman )
Di antara bentuk mensyukuri nikmat lisan dan kedua mata adalah senantiasa menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah dan menjaganya dari perkara-perkara yang Allah murkai. Barangsiapa yang Allah muliakan dengan penjagaan lisan dan pandangannya maka dia akan mendapat faedah dan buah manis berupa banyaknya kebaikan yang akan kita dapatkan di dunia dan di akhirat.
Syaikh ‘Abdurrozzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badrdalam kitabnya 'Fawaaidu Shiyaanati al Lisaan' menjelaskan tentang buah manis menjaga lisan ini. Di antara faedahnya, inilah yang akan didapatkan seorang mukmin yang pandai menjaga lisannya:
1. Menjadi sebab diampuninya dosa-dosa
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. “ (Al Ahzab : 70-71)
2. Jaminan untuk masuk surga
Pemberi jaminan surga ini adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cara untuk mendapatkannya yaitu seorang hamba menjaga kemaluannya dan lisannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang menjamin untukku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR Bukhari)
3. Memberi keselamatan di dunia dan di akhirat
Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “ Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?“. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
“Jaga lisanmun, tetaplah tinggal di rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu. “ (HR Tirmidzi)