Musthafa Kemal, Akhir Utsmani, dan Ratapan Para Penyair

Kamis, 06 Agustus 2020 - 14:09 WIB
loading...
Musthafa Kemal, Akhir Utsmani, dan Ratapan Para Penyair
Mustafa Kemal Ataturk saat mengunjungi SMA Izmir pada 1 Februari 1931. Foto/Ilustrasi/wikipedia
A A A
PADA tahun 1341 H/1923 M Organisasi Nasional Turki yang dipimpin Musthafa Kemal Ataturk mengumumkan berdirinya Republik Turki dan dia dipilih sebagai presiden pertama. ( )

Langkah ini mengingatkan rakyat pada perkataan Musthafa Kemal tatkala berhasil menang atas Yunani di Ankara pada tahun 1337 H. Kala itu dia mengumumkan di hadapan publik dengan mengatakan: “Sesungguhnya semua rencana akan diambil tidak dimaksudkan kecuali untuk melindungi kesultanan dan khilafah serta pembebasan Sultan dan negeri ini dari perbudakan orang-orang asing.”

Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi , dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah mengatakan pada awalnya, Musthafa berpura-pura tetap menjaga sistem khilafah dengan cara memilih Sultan Abdul Majid bin Sultan Abdul Aziz sebagai ganti dari Sultan Muhammad Vl yang telah meninggalkan negeri dengan menggunakan kapal lnggris menuiu Malta. Sedangkan Sultan Abdul Majid ini hanyalah boneka dan sama sekali tidak memiliki kekuasaan apa-apa.” ( )

Khalifah Abdul Majid adalah sosok lelaki yang terdidik dan terpelajar, sebagaimana halnya kebanyakan keturunan Bani Sulaiman. Dalam pandangan orang-orang Turki, dia dianggap memiliki hubungan yang hidup dengan khazanah dan sejarah Utsmani Islam.

Sedangkan orang-orang yang berada di Istanbul selalu berusaha untuk bisa melihatnya. Mereka selalu menghormatinya setiap kali datang hari Jum’at, saat Sultan sedang berangkat untuk menunaikan ibadah Salat Jum’at . ( )

Sultan sangat sadar akan kedudukannya yang sangat tinggi, serta kesadarannya bahwa dia berasal dari keturunan orang-orang yang mulia. Pada suatu saat, dia memakai sorban yang dipakai oleh Muhammad Al-Fatih dan pada saat yang lain dia menyandang pedang Sultan Sulaiman Al-Qanuni.

Hal ini membuat Mushtafa Kemal demikian benci kepada Sultan Abdul Majid. Dia tidak mampu melihat atau mendengar kecintaan manusia dan kesenangan mereka pada keluarga keturunan Utsmani atau pada kesultanan dan khilafah. Maka dia pun melarang khalifah keluar untuk melakukan salat. Kemudian dia mengurangi hak-hak istimewanya. Mushtafa Kemal memerintah dengan tangan besi dan bara api. Dia mendapat dukungan dari beberapa negara besar terhadap kebijakan politiknya yang keras dan bengis.

Pembubaran Khilafah
Ia memanggil semua anggota pendiri organisasi untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 3 Maret 1924. Dia demikian yakin bahwa tidak seorang pun dari anggota pendiri-yang sebenarnya hanya tinggal nama itu-yang akan berani menentang dirinya. Dia mengusulkan pada organisasi itu proyek pembubaran khilafah yang dia sebut sebagal “bisul sejak abad pertengahan”.



Keputusan pun diambil yang juga mencakup pembuangan khalifah pada hari berikutnya tanpa ada perdebatan. Maka obor khilafah pun padam di tangan Mushtafa Kemal. Khilafah yang selama berabad-abad mereka dambakan kelestariannya sebagai simbol dari persatuan dan kelanjutan eksistensi mereka.

Mushtafa Kemal melaksanakan semua rancangan tertulis yang ditandatangani olehnya dengan negara-negara Barat. Dimana kesepakatan Luzan yang terjadi pada tahun 1340 H./ 1923 M, telah mewajibkan Turki untuk menerima beberapa syarat perjanjian yang kemudian dikenal dengan syarat-syarat Karzun yang empat. Karzun sendiri adalah ketua delegasi Inggris dalam muktamar Luzan. Syarat-syarat itu ialah;

1. Pemutusan semua hal yang berhubungan dengan Islam dari Turki.
2. Penghapusan khilafah Islam untuk selama-lamanya.
3. Mengeluarkan khalifah dan para pendukung khilafah dan Islam dari negeri Turki serta mengambil harta khalifah.
4. Mengambil undang-undang sipil sebagai pengganti dari undang-undang Turki yang lama.



Syair-Syiar Kegundahan
Maka muncullah kegundahan yang menyebar di seluruh dunia Islam. Syauqi yang pada sebelumnya menyajikan pujian syair pada Mushtafa Kemal, kini ia meratap sedih atas peristiwa yang menimpanya. Dia berkata dalam syairnya,

”Kini lagu-lagu pengantin berbalik menjadi ratapan
Aku meratap di tengah-tengah lencana-lencana kegembiraan
Kau dikafankan di malam pengantin dengan pakaiannya
Dan engkau sirna tatkala pagi akan segera menjelang

Mimbar-mimbar dan tempat adzan bergerak-gerak untukmu
Sedangkan kerajaan-kerajaan meratap menangisi kepergianmu
India, Walhah dan Mesir demikian bersedih ditinggalkanmu
Menangis dengan air mata yang deras untuk kepergianmu

Syam, Irak dan Persia semua pada bertanya-tanya
Adakah khilafah dihilangkan oleh orang-orang dari muka bumi?
Wahai alangkah malang, orang yang merdeka dikubur hidup
Dibunuh tanpa melakukan kesalahan dan kejahatan.”



Kemudian Syauqi melanjutkan dengan nada kecaman dan protes yang keras pada Kemal Attaturk yang ingin menarik Turki dari Asia ke Eropa dengan pena, besi dan api walaupun hal tersebut tidak disukai oleh orang-orang Asia. Dia inginkan mengalihkan Turki yang memiliki akar Asia yang demikian dalam di Timur, untuk dipindahkan ke pintu-pintu Barat. Dia berkata dalam syairnya:

"Salat menangis, dan inilah fitnah yang keji bagi Syariah yang ingin disirnakan dengan cara yang keji
Khuza’balah memberi fatwa dan mengatakan ini adalah kesesatan
Dan dia datang dengan membawa kekafiran di sebuah negeri
Sesungguhnya orang yang memiliki pemahaman
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3413 seconds (0.1#10.140)