Kisah Hikmah : Ahli Ibadah dan Bayi yang Bisa Berbicara

Minggu, 19 November 2023 - 16:23 WIB
loading...
A A A
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat at-Tirmidzi no. 1905 dan Ahmad no. 8581,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ


“Ada tiga macam doa yang akan dikabulkan yang tidak ada keraguan padanya: doa orang yang terzalimi, doa seorang musafir, dan doa orangtua atas anaknya.”

Untuk itulah, marilah kita senantiasa berbakti kepada orangtua dan memohon doa kepadanya. Demikian itu karena ridha Allah ada pada ridha kedua orangtua kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ


“Ridha Rabb (Allah) ada pada ridha orangtua, dan marahnya Allah ada pada marahnya orangtua.”(HR At Tirmidzi)

2. Pentingnya Mengetahui Prioritas Amal

Dalam hadis kisah shahih tersebut, terlihat bahwa Juraij kurang tepat dalam memprioritaskan amal. Demikian itu karena ia lebih memilih shalat yang bersifat sunah daripada seruan orangtua yang bersifat wajib.

Untuk itu mari kita senantiasa menjaga prioritas amal kita. Sehingga amalan dan perkara yang wajib harus lebih diutamakan daripada yang sunnah; amalan yang wajib mendesak harus lebih diutamakan daripada yang wajib namun tidak mendesak; dan lain sebagainya.

Demikian itu karena setiap syariat yang Allah bebankan kepada para mukallaf memiliki tingkat hukum, keutamaan, dan keterdesakan yang berbeda-beda. Sehingga kita perlu untuk memprioritaskan amal perbuatan dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah bersabda terkait perbedaan tingkat suatu amalan ini sebagaimana dalam hadis:

اَلْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ


“Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah perkataan lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.”(HR Muslim No 35)

3. Pentingnya Kejernihan Jiwa dan Keikhlasan Niat

Dalam hadis kisah shahih tersebut, kita juga belajar bahwa Juraij memiliki kejernihan jiwa dan keikhlasan niat sehingga Allah pun menolongnya dari godaan wanita cantik tersebut.

Dari sini kita mengetahui bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amalan seorang hamba yang ikhlas beribadah kepada-Nya dan tidak memiliki niat buruk.

Untuk itulah mari kita senantiasa berdoa dengan doa keteguhan hati yang selalu dibaca oleh Rasulullah sebagaimana dalam sabdanya:

يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ


“Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”(HR at Tirmidzi)

Juga doa yang Rasulullah ajarkan sebagaimana dalam riwayat Muslim, no. 2654,

اَللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ


“Ya Allah, Zat Yang Memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu.”

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1558 seconds (0.1#10.140)