Merak Kencana serta Kisah Guru dan Murid

Rabu, 12 Agustus 2020 - 06:02 WIB
loading...
Merak Kencana serta Kisah Guru dan Murid
Burung merak. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Musyawarah Burung (1184-1187) karya Faridu'd-Din Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim atau Attar dalam gaya sajak alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum sufi . Judul asli: Mantiqu't-Thair dan diterjemahan Hartojo Andangdjaja dari The Conference of the Birds (C. S. Nott). ( )

==

SELANJUTNYA datang Merak Kencana dengan bulu-bulunya yang seratus -bagaimana mesti kuperikan?- seratus ribu warna itu! Ia memperagakan dirinya, putar-putar ke sana-sini, bagai pengantin. ( )

"Pelukis dunia raya ini," katanya, "mempergunakan kuas Jin di tangannya untuk membentuk daku. Tetapi meskipun aku ini Jibril di antara burung-burung, nasibku tak layak diirikan. Aku beramah-ramahan dengan ular di surga dunia ini, dan lantaran itu dengan hina aku terusir.”



“Mereka lepas aku dari kedudukan yang dipercayakan padaku; mereka, yang mempercayai diriku itu, dan kaki pun menjadi penjaraku. Namun aku selalu berharap agar ada penunjuk jalan yang bermurah hati mau menuntun aku keluar dari tempat yang gelap ini dan membawaku ke rumah-rumah besar yang tinggal berdiri selamanya.”



“Aku tak mengharapkan akan sampai ke hadapan Raja yang kausebutkan itu, cukuplah bagiku untuk sampai ke gerbangnya. Bagaimana dapat kau harapkan diriku akan berusaha untuk sampai ke hadapan Simurgh karena aku telah tinggal di surga dunia? Tak ada keinginanku yang lain kecuali tinggal di sana lagi. Tiada yang lain lagi yang berarti bagiku."

Hudhud menjawab,, "Kau tersesat dari Jalan yang benar itu. Istana Raja itu jauh lebih bagus dari surgamu. Tak ada yang lebih baik bagimu selain berusaha untuk sampai ke sana.”

“Istana itu tempat tinggal bagi jiwa, ia keabadian, ia tujuan keinginan kita yang sebenarnya, permukiman hati, tempat duduk kebenaran. Yang Maha Luhur itu lautan maha raya; surga rahmat duniawi hanyalah setitik kecil; segala yang bukan lautan itu hanya sesuatu yang membingungkan. Bila kau dapat memiliki lautan itu, mengapa kau ingin mencari setitik embun petang?”



“Akankah ia yang tahu akan rahasia surya iseng bermain dengan sejemput debu? Adakah ia yang mempunyai segalanya berurusan dengan apa yang hanya merupakan sebagian saja? Adakah jiwa berurusan dengan anggota-anggota badan? Bila kau ingin sempurna, carilah kesemestaan, pilihlah kesemestaan, jadilah kesemestaan."

Guru dan Murid
Seorang murid bertanya pada Gurunya, "Mengapa Adam harus meninggalkan surga?" Sang Guru menjawab, "Ketika Adam, yang termulia dari segala makhluk, masuk surga, didengarnya suara yang bergema dari dunia yang tak tampak, 'O kau yang terikat pada surga duniawi dengan seratus ikatan, ketahuilah bahwa siapa pun di kedua dunia itu dikenal karena apa yang terjadi antara dia dengan Aku, Kupisahkan dari segala yang ada, agar ia hanya terikat padaKu saja, kawannya sejati.'



Bagi seorang pencinta, seratus ribu kehidupan pun tiada artinya tanpa yang dikasihinya. Ia yang hidup untuk sesuatu yang lain dari Dia, biar Adam sendirilah itu, telah terusir. Para penghuni sorga tahu bahwa yang pertama mesti mereka serahkan ialah hati mereka." ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3427 seconds (0.1#10.140)