Mukjizat Turun Ketika Pasukan Muslim Perangi Kaum Murtad di Bahrain
loading...
A
A
A
"Benar," sahut mereka.
"Bergembiralah! Sungguh, Allah tidak akan mengecewakan orang semacam kita," ujarnya. ( )
Bertalian dengan ini juga ada sumber lain yang menyebutkan bahwa selesai salat subuh mereka hanyut dalam doa, hingga begitu matahari terbit tampak oleh mereka sekilas bayangan udara (fatamorgana), kemudian menyusul yang kedua lalu yang ketiga. Pemimpin mereka berkata: "Air!"
Mereka pergi mendatangi tempat itu. Mereka minum, mandi dan mengambil air sepuas-puasnya. Matahari pun sudah makin tinggi. Tiba-tiba dari segenap penjuru unta-unta itu datang kembali dan menderum (berlutut) di depan mereka.
Mereka pun menaiki kembali unta masing-masing dan meneruskan perjalanan. Diceritakan juga bahwa Abu Hurairah dan seorang sahabatnya dari orang Arab pedalaman yang sudah mengenal daerah ini, ketika kembali ke tempat ditemukannya air tadi, ternyata tak melihat kolam ataupun bekas air.
Orang yang sudah mengenal benar daerah-daerah ini mengatakan bahwa ia tahu benar tempat ini, dan sebelum kejadian itu memang tak pernah ia melihat ada air tergenang di sana. Itu sebabnya dikatakan bahwa kejadian ini adalah salah satu mukjizat Allah, dan bahwa air itu merupakan anugerah dari Allah.
Beberapa Orientalis menyatakan kesangsiannya mengenal cerita ini. Baik kesangsian itu beralasan atau tidak, yang jelas Ala' dan pasukan untanya sudah berangkat dan meneruskan perjalanan sampai tiba di Bahrain. ( )
Dalam pada itu Ala' tetap memberi semangat kepada Jarud dan teman-temannya. Dia sendiri memang sudah siap- menghadapi Hutam. Tetapi dilihatnya jumlah kaum murtad dan persenjataan cukup besar. Mereka tak akan mudah diserang begitu saja. Oleh karena itu kedua pihak, Muslimin dan kaum murtad sama-sama membuat parit dan mereka mengadakan serangan silih berganti kemudian kembali ke parit masing-masing.
Selama sebulan mereka dalam keadaan begitu tanpa mengetahui bagaimana nasib mereka kelak. Sementara mereka dalam keadaan demikian itu, suatu malam Muslimin mendapat kesempatan berharga, lawan itu mendapat pukulan yang sangat menentukan. Ketika itu pihak Muslimin mendengar suara-suara ribut di markas kaum musyrik itu seperti yang biasa terjadi bila orang sedang panik atau sedang dalam perang.
Ala' mengirim orangnya untuk mencari berita. Kemudian diketahuinya bahwa malam itu mereka sedang hanyut dalam minum minuman keras, sedang dalam keadaan mabuk, sudah tak menyadari dirinya. Ketika itulah Muslimin keluar dari dalam parit dan langsung menyerbu markas mereka, menghantam dan membantai mereka dengan pedang. ( )
Kaum murtad yang lain melarikan diri, ada yang mundar mandir di parit, ada yang kebingungan, ada yang terbunuh dan yang ditawan, dan ada pula yang selamat tapi mereka gelisah.
Ketika itu Qais bin Asim mendekati Hutam yang sudah tergeletak di tanah lalu dihabisinya. Sedang Afif bin Munzir al-Garur ditawan. "Engkau telah menyesatkan mereka," kata Ala'.
Al-Garur kemudian masuk Islam dan dia berkata: "Aku bukan yang Garur — bukan yang menyesatkan, tapi aku disesatkan orang."' Oleh Ala' ia maafkan.
Mereka yang selamat dari tawanan dan dari maut melarikan diri, berlayar ke pulau Darin. Oleh Ala' mereka dibiarkan di sana. Sementara itu Ala' mendapat surat yang memberitahukan bahwa kabilah-kabilah yang tinggal di Bahrain sudah kembali kepada agama Allah.
Bala tentara Ala' pun bertambah jumlahnya dengan bergabungnya warga keturunan Persia di tempat itu. Ia memerintahkan orang pergi ke Darin supaya tak ada lagi di sana tempat berlindung buat golongan murtad.
Darin adalah sebuah pulau di kepulauan Teluk Persia, berhadapan dengan Bahrain. Di tempat ini ada lima biara besar dari lima kabilah yang beragama Kristen. Seterusnya sumber itu menyebutkan, bahwa tatkala Ala' memerintahkan pergi ke sana, mereka tak punya kapal untuk menyeberang ke tempat itu.
Salah seorang di antara mereka berkata: "Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada kita di darat supaya jadi pelajaran buat kita di laut. Berangkatlah kalian menghadapi musuh. Kemudian pelajarilah laut yang menuju ke tempat mereka, sebab Allah telah mengumpulkan mereka."
"Akan kami laksanakan," jawab mereka. "Kami tak akan pernah gentar sesudah mengalami peristiwa gurun Dahna'. Demi Allah, sedikit pun tak ada rasa takut pada kami."
"Bergembiralah! Sungguh, Allah tidak akan mengecewakan orang semacam kita," ujarnya. ( )
Bertalian dengan ini juga ada sumber lain yang menyebutkan bahwa selesai salat subuh mereka hanyut dalam doa, hingga begitu matahari terbit tampak oleh mereka sekilas bayangan udara (fatamorgana), kemudian menyusul yang kedua lalu yang ketiga. Pemimpin mereka berkata: "Air!"
Mereka pergi mendatangi tempat itu. Mereka minum, mandi dan mengambil air sepuas-puasnya. Matahari pun sudah makin tinggi. Tiba-tiba dari segenap penjuru unta-unta itu datang kembali dan menderum (berlutut) di depan mereka.
Mereka pun menaiki kembali unta masing-masing dan meneruskan perjalanan. Diceritakan juga bahwa Abu Hurairah dan seorang sahabatnya dari orang Arab pedalaman yang sudah mengenal daerah ini, ketika kembali ke tempat ditemukannya air tadi, ternyata tak melihat kolam ataupun bekas air.
Orang yang sudah mengenal benar daerah-daerah ini mengatakan bahwa ia tahu benar tempat ini, dan sebelum kejadian itu memang tak pernah ia melihat ada air tergenang di sana. Itu sebabnya dikatakan bahwa kejadian ini adalah salah satu mukjizat Allah, dan bahwa air itu merupakan anugerah dari Allah.
Beberapa Orientalis menyatakan kesangsiannya mengenal cerita ini. Baik kesangsian itu beralasan atau tidak, yang jelas Ala' dan pasukan untanya sudah berangkat dan meneruskan perjalanan sampai tiba di Bahrain. ( )
Dalam pada itu Ala' tetap memberi semangat kepada Jarud dan teman-temannya. Dia sendiri memang sudah siap- menghadapi Hutam. Tetapi dilihatnya jumlah kaum murtad dan persenjataan cukup besar. Mereka tak akan mudah diserang begitu saja. Oleh karena itu kedua pihak, Muslimin dan kaum murtad sama-sama membuat parit dan mereka mengadakan serangan silih berganti kemudian kembali ke parit masing-masing.
Selama sebulan mereka dalam keadaan begitu tanpa mengetahui bagaimana nasib mereka kelak. Sementara mereka dalam keadaan demikian itu, suatu malam Muslimin mendapat kesempatan berharga, lawan itu mendapat pukulan yang sangat menentukan. Ketika itu pihak Muslimin mendengar suara-suara ribut di markas kaum musyrik itu seperti yang biasa terjadi bila orang sedang panik atau sedang dalam perang.
Ala' mengirim orangnya untuk mencari berita. Kemudian diketahuinya bahwa malam itu mereka sedang hanyut dalam minum minuman keras, sedang dalam keadaan mabuk, sudah tak menyadari dirinya. Ketika itulah Muslimin keluar dari dalam parit dan langsung menyerbu markas mereka, menghantam dan membantai mereka dengan pedang. ( )
Kaum murtad yang lain melarikan diri, ada yang mundar mandir di parit, ada yang kebingungan, ada yang terbunuh dan yang ditawan, dan ada pula yang selamat tapi mereka gelisah.
Ketika itu Qais bin Asim mendekati Hutam yang sudah tergeletak di tanah lalu dihabisinya. Sedang Afif bin Munzir al-Garur ditawan. "Engkau telah menyesatkan mereka," kata Ala'.
Al-Garur kemudian masuk Islam dan dia berkata: "Aku bukan yang Garur — bukan yang menyesatkan, tapi aku disesatkan orang."' Oleh Ala' ia maafkan.
Mereka yang selamat dari tawanan dan dari maut melarikan diri, berlayar ke pulau Darin. Oleh Ala' mereka dibiarkan di sana. Sementara itu Ala' mendapat surat yang memberitahukan bahwa kabilah-kabilah yang tinggal di Bahrain sudah kembali kepada agama Allah.
Bala tentara Ala' pun bertambah jumlahnya dengan bergabungnya warga keturunan Persia di tempat itu. Ia memerintahkan orang pergi ke Darin supaya tak ada lagi di sana tempat berlindung buat golongan murtad.
Darin adalah sebuah pulau di kepulauan Teluk Persia, berhadapan dengan Bahrain. Di tempat ini ada lima biara besar dari lima kabilah yang beragama Kristen. Seterusnya sumber itu menyebutkan, bahwa tatkala Ala' memerintahkan pergi ke sana, mereka tak punya kapal untuk menyeberang ke tempat itu.
Salah seorang di antara mereka berkata: "Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada kita di darat supaya jadi pelajaran buat kita di laut. Berangkatlah kalian menghadapi musuh. Kemudian pelajarilah laut yang menuju ke tempat mereka, sebab Allah telah mengumpulkan mereka."
"Akan kami laksanakan," jawab mereka. "Kami tak akan pernah gentar sesudah mengalami peristiwa gurun Dahna'. Demi Allah, sedikit pun tak ada rasa takut pada kami."