Pertempuran Nahawand Iran: Strategi 30.000 Pasukan Muslim Hadapi 150.000 Tentara Persia
loading...
A
A
A
Pihak Persia tidak keluar dari kubu-kubu mereka kecuali jika dilihatnya akan menguntungkan. Tembok-tembok di sekelilingnya diperkuat dengan duri-duri besi, yang dapat dibuka sedikit hanya bila mereka perlu keluar.
Pasukan Muslimin tidak akan mampu menerobos duri besi itu. Yang demikian ini dirasakan amat berat buat pasukan Muslimin dan mereka khawatir kalau akan memakan waktu terlalu lama akan membawa akibat buruk bagi mereka.
Setelah mengadakan perundingan, pimpinan mereka menemui Nu'man dan menyatakan segala yang mereka khawatirkan itu. Apa yang berkecamuk dalam pikiran mereka juga menjadi pikiran Nu'man.
Setelah mendengar semua itu ia berkata kepada mereka: "Jangan tergesa-gesa."
Kemudian ia meminta pendapat kalangan terkemuka dan sudah berpengalaman dalam perang. Setelah mereka datang ia berkata: "Kaum musyrik itu berlindung terus di balik kubu-kubu mereka, dan keluar hanya kalau mereka mau. Situasi begini kadang membuat pasukan Muslimin merasa terjepit. Apa pendapat kalian untuk mengeluarkan mereka ke medan pertempuran agar tidak mengulur-ngulur waktu."
Dalam memberikan pendapat, di antara mereka ada yang mengatakan supaya pengepungan diperketat. Bagi mereka bertahan lama-lama akan terasa lebih berat daripada penguluran waktu bagi kita.
Amr bin Ma'di Karib berkata: Tantanglah mereka, dan biarlah mereka datang sebanyak-banyaknya, jangan takut. Tetapi yang lain menolak pendapat itu dengan mengataÂkan: "Kalau begitu kita akan membentur tembok. Tembok-tembok itulah yang menjadi perisai mereka dalam melawan kita."
Tulaihah bin Khuwailid berkata: "...Saya berpendapat: Lebih baik kita mengirim satu pasukan berkuda dengan perlengkapan senjata, mengincar dan menyerang mereka untuk mengobarkan perang dan merangsang kemarahan mereka. Kalau mereka sudah terangsang dan sudah berkumpul serta bermaksud mau keluar menantang kita, kita pura-pura sudah kalah, dan tidak perlu kita serang balik selama kita menghadapi mereka. Kalau itu yang kita lakukan dan mereka melihat kita, tentu mereka bernafsu akan menghancurkan kita, dan untuk itu mereka tidak akan ragu. Sesudah mereka keluar mereka akan menghajar kita, dan barulah kita hajar mereka sampai nanti Allah yang menentukan nasib kita."
Semua yang hadir setuju dengan pendapat ini. Nu'man memerintahkan Qa'qa' bin Amr agar keesokan harinya pagi-pagi berangkat menyerang kota dengan kekuatan yang berada di bawah pimpinannya.
Kalau pasukan Persia tampil menyerang, di depan mereka ia berpura-Âpura lari. Sekarang Qa'qa' maju memimpin pasukannya dan menghujani kota dengan anak panah, dan berpura-pura sudah siap akan menyerbu tembok, dan memperlihatkan ketidakmampuannya sehingga dengan hati-hati akan membuat pihak Persia menyongsongnya untuk membendung serangannya.
Setiap anggota pasukan Muslimin supaya mempercepat pertarungan dengan mereka untuk membangkitkan kemarahan musuh. Mereka maju ke arah lawan dan melihat jumlah mereka kecil yang akan dengan mudah dapat dikalahkan. Mereka melintasi tembok-tembok berduri itu dengan terus menggempur.
Selama beberapa waktu Qa'qa' tetap bertahan demikian supaya tipu muslihatnya tak terlihat. Setelah itu ia bersama pasukannya lari membelakangi mereka. Melihat Qa'qa' dan pasukan lari mereka keluar hendak mengejarnya dengan maksud hendak menumpasnya habis-habisan. Nu'man waktu itu memang sudah memerintahkan pasukannya agar mundur ke belakang sasaran panah di benteng dan tembok-tembok kota.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali mereka sudah kembali lagi ke suatu tempat, sedapat mungkin mereka dapat bersembunyi di balik dataran yang agak tinggi, agar tak terlihat oleh musuh.
Qa'qa' masih meneruskan muslihatnya dengan terus lari, dan pasukan Persia pun terus mengejarnya. Tetapi semua mereka tetap berhati-hati dengan selalu meletakkan pagar besi berduri di depannya supaya dapat berlindung dari serangan musuh kalau mencoba berbalik menyerang mereka.
Qa'qa' yang yakin pasukan Muslimin sudah berlari jauh, masih juga terus lari. Pasukan Persia juga terus mengejarnya. Mereka sudah dapat memastikan bahwa pasukan Muslimin sudah kalah dan hancur. Sejak itu mereka sudah tidak perlu mereka terlalu berhati-hati.
Pagar besi berduri mereka tinggalkan, dan mereka bergegas maju terus mengejar pasukan yang lari itu untuk dikikis habis. Angkatan bersenjata yang dipimpin Firozan itu tumpah semua hendak membersihkan bumi Persia dari penyerang-penyerang tak beradab itu.
Dengan demikian semua pasukan garnisun sudah tak ada lagi di Nahawand. Yang masih ada hanya penjaga-penjaga pintu kota. Sesudah mereka jauh dari kota dan tak berkeinginan lagi untuk menjaga benteng-benteng dan tembok-Âtembok kota, mereka ketakutan.
Pasukan Muslimin tidak akan mampu menerobos duri besi itu. Yang demikian ini dirasakan amat berat buat pasukan Muslimin dan mereka khawatir kalau akan memakan waktu terlalu lama akan membawa akibat buruk bagi mereka.
Setelah mengadakan perundingan, pimpinan mereka menemui Nu'man dan menyatakan segala yang mereka khawatirkan itu. Apa yang berkecamuk dalam pikiran mereka juga menjadi pikiran Nu'man.
Setelah mendengar semua itu ia berkata kepada mereka: "Jangan tergesa-gesa."
Kemudian ia meminta pendapat kalangan terkemuka dan sudah berpengalaman dalam perang. Setelah mereka datang ia berkata: "Kaum musyrik itu berlindung terus di balik kubu-kubu mereka, dan keluar hanya kalau mereka mau. Situasi begini kadang membuat pasukan Muslimin merasa terjepit. Apa pendapat kalian untuk mengeluarkan mereka ke medan pertempuran agar tidak mengulur-ngulur waktu."
Dalam memberikan pendapat, di antara mereka ada yang mengatakan supaya pengepungan diperketat. Bagi mereka bertahan lama-lama akan terasa lebih berat daripada penguluran waktu bagi kita.
Amr bin Ma'di Karib berkata: Tantanglah mereka, dan biarlah mereka datang sebanyak-banyaknya, jangan takut. Tetapi yang lain menolak pendapat itu dengan mengataÂkan: "Kalau begitu kita akan membentur tembok. Tembok-tembok itulah yang menjadi perisai mereka dalam melawan kita."
Tulaihah bin Khuwailid berkata: "...Saya berpendapat: Lebih baik kita mengirim satu pasukan berkuda dengan perlengkapan senjata, mengincar dan menyerang mereka untuk mengobarkan perang dan merangsang kemarahan mereka. Kalau mereka sudah terangsang dan sudah berkumpul serta bermaksud mau keluar menantang kita, kita pura-pura sudah kalah, dan tidak perlu kita serang balik selama kita menghadapi mereka. Kalau itu yang kita lakukan dan mereka melihat kita, tentu mereka bernafsu akan menghancurkan kita, dan untuk itu mereka tidak akan ragu. Sesudah mereka keluar mereka akan menghajar kita, dan barulah kita hajar mereka sampai nanti Allah yang menentukan nasib kita."
Semua yang hadir setuju dengan pendapat ini. Nu'man memerintahkan Qa'qa' bin Amr agar keesokan harinya pagi-pagi berangkat menyerang kota dengan kekuatan yang berada di bawah pimpinannya.
Kalau pasukan Persia tampil menyerang, di depan mereka ia berpura-Âpura lari. Sekarang Qa'qa' maju memimpin pasukannya dan menghujani kota dengan anak panah, dan berpura-pura sudah siap akan menyerbu tembok, dan memperlihatkan ketidakmampuannya sehingga dengan hati-hati akan membuat pihak Persia menyongsongnya untuk membendung serangannya.
Setiap anggota pasukan Muslimin supaya mempercepat pertarungan dengan mereka untuk membangkitkan kemarahan musuh. Mereka maju ke arah lawan dan melihat jumlah mereka kecil yang akan dengan mudah dapat dikalahkan. Mereka melintasi tembok-tembok berduri itu dengan terus menggempur.
Selama beberapa waktu Qa'qa' tetap bertahan demikian supaya tipu muslihatnya tak terlihat. Setelah itu ia bersama pasukannya lari membelakangi mereka. Melihat Qa'qa' dan pasukan lari mereka keluar hendak mengejarnya dengan maksud hendak menumpasnya habis-habisan. Nu'man waktu itu memang sudah memerintahkan pasukannya agar mundur ke belakang sasaran panah di benteng dan tembok-tembok kota.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali mereka sudah kembali lagi ke suatu tempat, sedapat mungkin mereka dapat bersembunyi di balik dataran yang agak tinggi, agar tak terlihat oleh musuh.
Qa'qa' masih meneruskan muslihatnya dengan terus lari, dan pasukan Persia pun terus mengejarnya. Tetapi semua mereka tetap berhati-hati dengan selalu meletakkan pagar besi berduri di depannya supaya dapat berlindung dari serangan musuh kalau mencoba berbalik menyerang mereka.
Qa'qa' yang yakin pasukan Muslimin sudah berlari jauh, masih juga terus lari. Pasukan Persia juga terus mengejarnya. Mereka sudah dapat memastikan bahwa pasukan Muslimin sudah kalah dan hancur. Sejak itu mereka sudah tidak perlu mereka terlalu berhati-hati.
Pagar besi berduri mereka tinggalkan, dan mereka bergegas maju terus mengejar pasukan yang lari itu untuk dikikis habis. Angkatan bersenjata yang dipimpin Firozan itu tumpah semua hendak membersihkan bumi Persia dari penyerang-penyerang tak beradab itu.
Dengan demikian semua pasukan garnisun sudah tak ada lagi di Nahawand. Yang masih ada hanya penjaga-penjaga pintu kota. Sesudah mereka jauh dari kota dan tak berkeinginan lagi untuk menjaga benteng-benteng dan tembok-Âtembok kota, mereka ketakutan.