Ketika Sebuah Cerita Nashruddin Dibaca dan Direnungkan, Sesuatu Akan Terjadi

Senin, 24 Agustus 2020 - 10:31 WIB
loading...
Ketika Sebuah Cerita Nashruddin Dibaca dan Direnungkan, Sesuatu Akan Terjadi
Ilustrasi/Ist
A A A
MULLAH Nashruddin dan istrinya dalam cerita berikut digambarkan sebagai dua orang biasa, yakni sebagai suami dan istri. Meski demikian keduanya belum bisa saling memahami, karena adanya kenyataan bahwa komunikasi manusia biasa yang berlaku adalah palsu dan tidak jujur. Komunikasi antara para Sufi memiliki tatanan yang berbeda.



Selain itu, tidaklah berguna untuk mencoba menggunakan kekasaran dan ketidakjujuran dari komunikasi biasa bagi tujuan-tujuan mistis. Paling tidak, berbagai cara komunikasi digabungkan oleh para sufi untuk menghasilkan suatu sistem (komunikasi) penandaan yang sama sekali berbeda.



Istri Nashruddin marah kepadanya. Oleh sebab itu, ia membawakan supnya yang masih mendidih kepada sang suami, dan tidak mengingatkan, sang suami bahwa itu bisa membuatnya terluka.

Tetapi ia menyesal dan merasa marah dengan dirinya sendiri, dan begitu sup tersebut dihidangkan, ia meneguknya sebagian. Air mata karena rasa sakit mengembang di matanya. Tetapi ia masih berharap bahwa Nashruddin akan menyakiti dirinya sendiri.

"Sayang, ada apa?" tanya Nashruddin.



"Aku hanya berpikir tentang ibuku yang malang. Ia biasanya menyukai sup ini, ketika masih hidup."

Nashruddin meneguk penuh sup tersebut dari mangkuknya.

Air mata meleleh di pipinya.

"Apakah engkau menangis, Nashruddin?"

"Ya. Aku menangis karena berpikir bahwa ibumu yang tua meninggal, sungguh malang, dan meninggalkan seseorang sepertimu di negeri orang yang hidup." ( )

Idries Shah dalam The Sufi menjelaskan dilihat dari sudut pandang realitas, yang merupakan sudut pandang Sufi, sistem metafisis lainnya mengandung beberapa kerugian yang parah, sebagian pantas dipertimbangkan.

Apa yang dikatakan oleh seorang mistikus tentang pengalaman-pengalamannya, ketika disampaikan dalam kata-kata, selalu membentuk suatu penyelewengan fakta yang hampir-hampir tidak berguna. Selain itu, penyelewengan ini bisa diulang oleh orang lain secara cukup mengesankan untuk bisa terlihat mendasar dan mendalam; tetapi dalam dirinya sendiri ia tidak memiliki nilai yang mencerahkan.

Bagi Sufi, mistisisme bukan persoalan berjalan ke sana ke mari dan memperoleh pencerahan, dan kemudian berupaya mengungkapkan sesuatu dari pencerahan tersebut. Ia merupakan suatu upaya yang berhubungan dengan kesejatian wujudnya dan menghasilkan suatu kaitan antara seluruh kemanusiaan dan dimensi ekstra pemahaman.



Seluruh persoalan ini -- dan ada beberapa lagi -- secara bersamaan dicakup dalam salah satu dari cerita Nashruddin:

Mullah telah kembali ke desanya dari ibukota kerajaan, dan para penduduk desa mengerumuninya untuk mendengar apa yang akan ia ceritakan tentang petualangannya.

"Pada saat ini," ucap Nashruddin, "aku hanya ingin mengatakan bahwa raja telah berbicara kepadaku."



Ada desah kekaguman. Seorang warga dari desa mereka benar-benar telah diajak bicara oleh raja! Berita menggemparkan tersebut lebih dari cukup bagi orang-orang desa itu. Mereka menyebarkan berita mengagumkan tersebut.

Tetapi pada akhirnya mereka bertanya-tanya apa kiranya yang telah dikatakan kepada Nashruddin.

"Apa yang telah ia katakan -- berbeda jauh dari apa yang kalian duga -- adalah, 'Menyingkirlah dari hadapanku!'"

Orang bodoh tersebut lebih dari puas. Hatinya berbunga-bunga. Bagaimana juga, bukankah ia tidak benar-benar mendengar kata-kata yang digunakan raja; dan melihat orang yang kepadanya hal itu mereka tujukan? ( )

Cerita tersebut sangat populer di antara cerita-cerita rakyat tentang Nashruddin, dan tujuan moralnya yang jelas dimaksudkan kepada orang-orang yang suka menyebut nama orang-orang besar (name droppers). Tetapi makna Sufistik sangatlah penting untuk mempersiapkan pikiran darwis mencapai pengalaman-pengalaman yang menggantikan pengalaman-pengalaman superfisial seperti ini.

Lebih dari menarik untuk mengamati pengaruh dari cerita-cerita Nashruddin terhadap masyarakat secara umum. Mereka yang lebih menyukai emosi-emosi yang lebih biasa dari kehidupan akan condong pada maknanya yang jelas, dan mendesakkan untuk memperlakukannya sebagai lelucon.

Kelompok ini meliputi mereka yang mengumpulkan atau membaca selebaran-selebaran kecil dari lelucon yang lebih jelas, dan yang memperlihatkan kesulitan nyata ketika cerita-cerita metafisis disampaikan kepada mereka. ( )

Nashruddin sendiri menjawab orang-orang seperti ini dalam salah satu dari ceritanya yang tersingkat:

"Mereka mengatakan lelucon-lelucon Anda penuh makna yang tersembunyi. Apakah memang demikian?"

"Tidak!" jawab Nashruddin.

"Mengapa tidak?"

"Sebab aku tidak pernah mengatakan kebenaran dalam kehidupan, meskipun sekali dan Anda pun tidak akan pernah bisa melakukannya."

Idries menjelaskan orang kebanyakan mungkin mengatakan, dengan suatu pengertian yang mendalam, bahwa semua humor adalah benar-benar serius, bahwa setiap lelucon membawa suatu pesan pada suatu tingkatan filosofis, tetapi sistem pesan ini tidak berlaku pada cerita Nashruddin. Seorang humoris yang sinis, seperti bisa diduga, seperti filosuf Yunani, mungkin menunjukkan kerancuan pada pemikiran dan tindakan kita. Ini juga bukan peranan Nashruddin -- sebab pengaruh menyeluruh dari (cerita) Nashruddin merupakan sesuatu yang lebih mendalam. ( )Karena cerita-cerita Nashruddin semuanya memiliki suatu hubungan yang kuat antara satu dengan lainnya dan dengan suatu bentuk realitas yang merupakan ajaran Sufi, maka siklus tersebut merupakan sebagian dari suatu konteks perkembangan sadar yang secara tepat tidak bisa dikaitkan dengan ketajaman dari humoris biasa atau satirisme sporadis dari pemikir formal.

Ketika sebuah cerita Nashruddin dibaca dan direnungkan, sesuatu akan terjadi. Kesadaran akan peristiwa dan keberlangsungan itulah yang merupakan pusat dari Sufisme.

Untuk menjawab pertanyaan, "Metode apakah yang berlaku dalam Sufisme?" Anis Khoja mengatakan, "Tanpa keberlangsungan tidak akan ada Sufisme, tanpa wujud dan menjadi (being and becoming) tidak akan ada Sufisme, tanpa keterkaitan tidak akan ada Sufisme." ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1510 seconds (0.1#10.140)