Kisah Pasukan Muslim Mengepung Kota Iskandariah Mesir selama Berbulan-bulan
loading...
A
A
A
Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi dengan mereka jika kemenangan berada di pihak Arab. Kendati mereka sudah melihat pihak Muslimin yang sudah menetap di Syam dan mengambil alih kekuasaan di sana.
Oleh karena itu mereka menyerah kepada keadaan, tidak mengadakan perlawanan dan tidak memberontak. Bahkan dari luar mereka setia kepada Romawi selama kekuasaan masih di tangannya dan memperlihatkan kesetiaan dari luar kepada Arab, juga selama kekuasaan berada di tangan pihak Arab.
Menghadapi pertarungan yang terjadi di negeri mereka, mereka bersikap hanya sebagai penonton. Perhatian mereka tertumpu ke ibu kota yang besar itu sambil mengikuti berita-beritanya dan menunggu bagaimana kesudahannya nanti.
Bagaimana mereka tidak akan bersikap demikian sementara dari bulan ke bulan keadaan ibu kota yang kuat tetap aman dan tenteram. Pihak Muslimin pun belum berani bertindak menyerang, apalagi mau menyerbunya.
Soalnya karena bagi Romawi keadaannya dari arah laut terbuka, dengan mudah mereka dapat memasok pasukan dan perlengkapan yang mereka kehendaki.
Dari berbagai sumber itu terlihat bahwa rupanya pertempuran itu sebagian besar terbatas hanya pada kontak senjata, tidak sampai dalam bentuk perang.
Ibn Abdul-Hakam menuturkan bahwa sebagian pasukan Romawi keluar dari pintu benteng Iskandariah dan menyerang orang banyak. Salah seorang dari suku Mahrah mereka bunuh, kepalanya mereka penggal dan mereka bawa.
Orang-orang kabilah Mahrah itu marah dengan mengatakan: "Jangan dikuburkan kalau tidak dengan kepalanya."
Amr berkata kepada mereka: "Kalian marah! Kalian mengira mereka itu ada yang mau peduli dengan kemarahan kalian. Seranglah mereka kalau mereka keluar lagi, bunuhlah salah seorang dari mereka kemudian lemparkan kepalanya kepada mereka; mereka akan membalas dengan melemparkan kepala kawanmu itu."
Suatu hari pihak Romawi itu keluar; oleh orang Arab salah seorang dari mereka dibunuh dan kepalanya dipenggal lalu dilemparkan kepada pihak Romawi. Orang Romawi pun melemparkan kepala orang Mahrah itu. Setelah itu ia dikuburkan.
Wajar saja bila kontak senjata semacam ini tidak sampai menjurus kepada peperangan. Amr sudah kesal dengan keadaan serupa itu. Khawatir pasukannya akan terjerumus ke dalam bahaya, ia tak dapat mengerahkan mereka lebih dari itu.
Ia akan dikecam oleh Usman bin Affan dan mereka yang sehaluan dengan dia karena keberaniannya hendak membebaskan Mesir itu.
Di samping barangkali akan ada anggota pasukannya yang akan merasa enggan jika disuruh maju, kendati ia yakin bahwa sebagian besar mereka lebih senang mati daripada hidup. Hal ini dibuktikan oleh penuturan sumber tadi ketika melukiskan keadaan sekelompok pasukan ini.
"Ada tiga kabilah di Mesir: Kabilah Mahrah ini membunuh tanpa dapat dibunuh; kabilah Gafiq dibunuh dan tidak dapat membunuh, sedang kabilah Bali orang-orangnya kebanyakan masih sahabat-sahabat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam dan termasuk pasukan berkuda yang terbaik."
Oleh karena itu mereka menyerah kepada keadaan, tidak mengadakan perlawanan dan tidak memberontak. Bahkan dari luar mereka setia kepada Romawi selama kekuasaan masih di tangannya dan memperlihatkan kesetiaan dari luar kepada Arab, juga selama kekuasaan berada di tangan pihak Arab.
Menghadapi pertarungan yang terjadi di negeri mereka, mereka bersikap hanya sebagai penonton. Perhatian mereka tertumpu ke ibu kota yang besar itu sambil mengikuti berita-beritanya dan menunggu bagaimana kesudahannya nanti.
Bagaimana mereka tidak akan bersikap demikian sementara dari bulan ke bulan keadaan ibu kota yang kuat tetap aman dan tenteram. Pihak Muslimin pun belum berani bertindak menyerang, apalagi mau menyerbunya.
Soalnya karena bagi Romawi keadaannya dari arah laut terbuka, dengan mudah mereka dapat memasok pasukan dan perlengkapan yang mereka kehendaki.
Dari berbagai sumber itu terlihat bahwa rupanya pertempuran itu sebagian besar terbatas hanya pada kontak senjata, tidak sampai dalam bentuk perang.
Ibn Abdul-Hakam menuturkan bahwa sebagian pasukan Romawi keluar dari pintu benteng Iskandariah dan menyerang orang banyak. Salah seorang dari suku Mahrah mereka bunuh, kepalanya mereka penggal dan mereka bawa.
Orang-orang kabilah Mahrah itu marah dengan mengatakan: "Jangan dikuburkan kalau tidak dengan kepalanya."
Amr berkata kepada mereka: "Kalian marah! Kalian mengira mereka itu ada yang mau peduli dengan kemarahan kalian. Seranglah mereka kalau mereka keluar lagi, bunuhlah salah seorang dari mereka kemudian lemparkan kepalanya kepada mereka; mereka akan membalas dengan melemparkan kepala kawanmu itu."
Suatu hari pihak Romawi itu keluar; oleh orang Arab salah seorang dari mereka dibunuh dan kepalanya dipenggal lalu dilemparkan kepada pihak Romawi. Orang Romawi pun melemparkan kepala orang Mahrah itu. Setelah itu ia dikuburkan.
Wajar saja bila kontak senjata semacam ini tidak sampai menjurus kepada peperangan. Amr sudah kesal dengan keadaan serupa itu. Khawatir pasukannya akan terjerumus ke dalam bahaya, ia tak dapat mengerahkan mereka lebih dari itu.
Ia akan dikecam oleh Usman bin Affan dan mereka yang sehaluan dengan dia karena keberaniannya hendak membebaskan Mesir itu.
Di samping barangkali akan ada anggota pasukannya yang akan merasa enggan jika disuruh maju, kendati ia yakin bahwa sebagian besar mereka lebih senang mati daripada hidup. Hal ini dibuktikan oleh penuturan sumber tadi ketika melukiskan keadaan sekelompok pasukan ini.
"Ada tiga kabilah di Mesir: Kabilah Mahrah ini membunuh tanpa dapat dibunuh; kabilah Gafiq dibunuh dan tidak dapat membunuh, sedang kabilah Bali orang-orangnya kebanyakan masih sahabat-sahabat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam dan termasuk pasukan berkuda yang terbaik."
(mhy)