10 Marga Keturunan Nabi Muhammad Asal Yaman
loading...
A
A
A
Sebanyak 10 marga keturunan Nabi Muhammad SAW asal Yaman semuanya bermuara kepada Imam Muhammad Al-Mauladdawilah. Beliau adalah wali yang nasabnya bersambung kepada Imam Muhammad (Al-Faqih Al-Muqoddam), sesepuh para Habib/Sayyid di Yaman dan Asia Tenggara .
Imam Muhammad Al-Faqih Al-Muqoddam (574-653 H) sendiri adalah anak cucu dari Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir, keturunan Nabi yang hijrah pertama ke Yaman. Beliau generasi ke-8 keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Husain bin Ali, suami Sayyidah Fatimah Az-Zahra .
Bila kita berbicara mengenai marga-marga keturunan Nabi Muhammad di Yaman, maka kita akan tertuju kepada sosok Imam Muhammad Mauladawilah. Beliau memiliki anak bernama Imam Abdurrahman As-Saqqaf (Assegaf) yang menjadi payung dari semua marga-marga Habib di Yaman maupun di Asia Tenggara.
Dalam sejarah Hadhramaut Yaman, marga Habaib tertua ialah Assegaf yang merupakan gelar bagi Imam Abdurrahman bin Muhammad Al-Mauladdawilah (generasi ke-22 dari Rasulullah Muhammad SAW). Beliau wafat di Tarim pada 819 Hijriyah dan mempunyai 13 putra dan 7 putri.
Dari anak keturunan beliaulah lahir fam dan marga Habaib yang kini tersebar di Yaman maupun di Indonesia. Biasanya nama marga Habaib diambil dari gelar seorang ulama yang dihormati pada zamannya.
Di antara Habaib asal Yaman yang cukup masyhur kita kenal adalah Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (pengarang Ratib Al-Haddad); Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas (pengarang Ratib Al-Attas); Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Mashyur; Habib Salim Assyathiri; Habib Ali Masyhur bin Hafizh (Mufti Tarim Yaman); Habib Umar bin Hafizh bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, dan masih banyak lainnya.
Dalam buku "Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika" karya Sayyid Idrus Alwi Al-Masyhur, disebutkan ada 114 marga Habib tersebar di berbagai negara termasuk di Yaman.
Di Indonesia sendiri ada 68 marga Habaib yang eksis hingga sekarang. Populasi para Habaib ini mencapai jutaan orang tersebar di Yaman dan berbagai negara termasuk di Asia Tenggara.
Yaman memang dikenal sebagai kampungnya Dzuriyyah Nabi karena menjadi tempat Hijrah Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir (kakek buyut dari Imam Abdurrahman Assegaf) dari Basra Irak pada Tahun 319 H (898 M). Semula tanah Hadhramaut Yaman penuh dengan kaum Khawarij dan Syi'ah Zaidiyyah. Namun, berkat kehadiran dan dakwah para keturunan Nabi ke Hadhramaut, kaum Khawarij berputar haluan ke Mazhab Sunni Syafi'i.
Berikut 10 marga keturunan Nabi Muhammad SAW yang banyak di Yaman dirangkum dari berbagai sumber:
1. As-Saqqaf/Assegaf (السقاف)
2. Al-Atthas (العطاس)
3. Al-Aydrus (العيدروس)
4. Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim (ابن الشيخ أبى بكر بن سالم)
5. Al-Haddad (الحداد)
6. Al-Habsyi (الحبشى)
7. Syahabuddin/Shahab/Syihab (شهاب الدين)
8. Bin Sumaith (بن سميط)
9. Al-Jufri (الجفرى)
10. Djamalullail (جمال الليل)
Keterangan Marga:
1. As-Saqqaf/Assegaf (السقاف)
Yang pertama kali digelari as-Saqqaf ialah Waliyullah Imam Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah. Gelar as-Saqqaf (Aseegaf) ini disandang beliau karena menjadi pengayom para wali pada zamannya. Ketinggian derajat beliau dari para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap bagi rumah. Beliau dilahirkan di Tarim Yaman, dikaruniai 13 putra dan 7 putri meneruskan keturunannya yaitu: Abu Bakar as-Sakran, Alwi, Ali, Aqil, Abdullah, Husein dan Ibrahim. Imam Abdurahman as-Saqqaf wafat di Tarim tahun 819 H.
2. Al-Atthas (العطاس)
Mereka adalah keturunan Waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf. Pemberian gelar Al-Atthas dikarenakan keramatnya, bersin di dalam perut ibunya seraya mengucapkan Alhamdulillah, yang didengar oleh ibunya. Yang pertama kali bersin dalam perut ibunya yaitu Aqil bin Salim, saudara kandung Syaikh Abu Bakar bin Salim. Selanjutnya gelar itu dipakai anaknya bernama Abdurahman. Sedangkan anaknya bernama Muhammad dan Zein memakai gelar al-Aqil bin Salim. Bersin dalam bahasa Arab yaitu 'athasa dan orang yang bersin disebut Al-Aththas.
Waliyullah Abdurahman bin Aqil bin Salim dilahirkan di Kota Lisik. Beliau dikaruniai 5 anak lelaki, tiga di antaranya melanjutkan keturunan beliau, yaitu; (1) Abdullah, keturunannya berada di Yafi' (Hadhramaut). (2) Aqil, keturunannya al-Atthas al-Aqil (Khuraidhoh) (3) Umar (Sohib Ratib al-Atthas) keturunannya sebagian besar berada di Indonesia.
3. Al-Aydrus (العيدروس)
Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Dinamakan Al-Aydrus karena merupakan gelar pemimpin para wali dan nama yang agung untuk seorang sufi. Ada juga yang mengatakan nama Al-Aydrus berasal dari kata Utayrus yang dalam bahasa Indonesia berarti bersifat seperti macan atau singa.
Singa adalah raja hutan dan Aidrus adalah pemimpin para wali di zamannya. Beliau dilahirkan di Tarim pada Tahun 811 H. Dikaruniai 5 putra: Abu Bakar, Muhammad, Alwi, Syekh dan Husin. Dari kelima anak lelaki hanya 3 yang meneruskan keturunan yaitu:
(1). Alwi menurunkan keturunan al-Aydrus: al-Ahmad al-Muhtaji. Keturunannya berada di Bor, di Syam, di Dhafar (Hadhramaut) dan di Jawa.
(2). Husein menurunkan keturunan al-Aydrus, al-Umar bin Zain, al-Ismail, al-Hazem, ats-Tsiby, al-Ma'igab (yang menurunkan Ahmad Syarim, Hasan bin Abdullah, Abbas bin Abdullah, Waliyullah Habib Husein bin Abu Bakar, Luar Batang)
(3). Syaikh menurunkan keturunan al-Aydrus, ash-Shalabiyah dan Ali Zainal Abidin.
4. Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim (ابن الشيخ أبى بكر بن سالم)
Yang pertama kali dijuluki Syaikh Abu Bakar Bin Salim ialah waliyullah Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf. Gelar yang disandang karena beliau seorang guru besar dalam ilmu agama dan seorang pemimpin. Beliau adalah seorang sufi yang bergelar wali Quthub.
Syaikh Abu Bakar bin Salim lahir di Tarim pada tahun 919 H, dikaruniai 13 anak lelaki dan yang menurunkan keturunannya 9 orang anak, bernama: Husin, Hamid, Umar, Hasan, Ahmad, Soleh, Ali, Syaikhon, Abdullah. Dari anak-anaknya itu menurunkan keluarga al-Hamid, al-Muhdhar, al-Hiyyed, al-Khamur, al-Haddar, Abu Futhaim, dan Bin Jindan. Syaikh Abu Bakar bin Salim wafat di Kota Inat Tahun 992 H.
5. Al-Haddad (الحداد)
Yang pertama kali dijuluki Al-Haddad ialah waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari Al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi.
Selain beliau ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin yang terkenal mempunyai banyak pengikut dan menyebut Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan Al-Haddad (pandai besi). Orang-orang menyebut Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan Al-Haddad (penempa kalbu).
Waliyullah Ahmad Al-Haddad dilahirkan di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Alwi. Keturunan ke-31 dari Rasulullah SAW ialah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Sohib Ratib al-Haddad). Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bersaudara dengan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad.
6. Al-Habsyi (الحبشى)
Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dijuluki Al-Habsyi karena beliau sering bepergian ke Habasyah Afrika dan pernah tinggal di sana selama 20 tahun untuk dakwah Islam.
Waliyullah Abi Bakar bin Ali al-Habsyi lahir di Tarim, dikaruniai seorang anak laki yang bernama Alwi. Alwi mempunyai 5 orang anak lelaki, 2 di antaranya menurunkan keturunannya.
7. Syahabuddin/Shahab/Syihab (شهاب الدين)
Yang pertama kali dijuluki Syahabuddin ialah waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin bin Abdurahman bin asy-Syaikh Ali bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf. Syahabuddin ini gelar yang dinisbahkan kepada ulama yang terkenal dengan keluasan ilmu mereka dan mempunyai banyak mempunyai karya tulis pada zamannya.
Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan cucu beliau Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashghor adalah waliyullah yang terkenal dan pantas menggunakan gelar tersebut, maka keduanya diberi gelar Syahabuddin. Hal itu disebabkan keagungan dan keluasan ilmu mereka.
Setiap anak cucu Al-Habib Syahabuddin al-Ashghor disebut Bin Syahab kecuali beberapa keluarga mereka yang dikenal dengan gelar lain seperti Al-Masyhur dan az-Zahir. Adapun Aal-al-Hadi adalah anak cucu pamannya yaitu al-Habib Muhammad al-Hadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan anak cucu saudaranya al-Hadi bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar. Waliyullah Syahabudin al-Akbar lahir di Tarim dikaruniai 3 anak lelaki (1). Muhammad al-Hadi (2) Abdurahman al-Qadi bin Syahabudin al-Akbar dan (3. Syahabuddin bin Abdurahman al-Qadhi. Waliyullah Ahmad Syahabuddin al-Ashgor wafat di Tarim Tahun Tahun 946 H.
8. Bin Sumaith (بن سميط)
Yang pertama kali digelari al-Bin Sumaith ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih.
Gelar yang disandang beliau karena masa kecilnya dipakaikan oleh ibunya sebuah kalung dari benang yang biasa disebut Sumaith. Ketika sedang berjalan kalung itu jatuh dan sang ibu enggan berbalik untuk mengambilnya. Ibu dan puteranya berjalan terus dan membiarkan kalung itu tertinggal, sedangkan orang-orang yang menyaksikan kejadian itu mengira sang ibu tidak mengetahui kalau kalung anaknya jatuh dan berusaha memberitahu dengan berteriak Sumaith. Maka sejak itu anak tersebut dijuluki Semith.
Waliyullah Muhammad bin Semith lahir di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdullah yang menurunkan keturunannya di Tarim, Syibam, Taribah, Goroh (Hadramaut), Zanzibar dan Indonesia. Waliyullah Muhammad bin Semith wafat di Tarim Tahun 950 H.
9. Al-Jufri (الجفرى)
Orang pertama yang dijuluki Al-Jufri ialah waliyullah Abu Bakar bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Beliau dipanggil oleh datuk dari ibunya Waliyullah Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah dengan sebutan Djufratiy yang berarti anak kecil kesayangan berbadan gemuk dan kekar. Setelah dewasa ia menjadi seorang ahli dalam ilmu 'Jafar', suatu rumus-rumus menggunakan huruf dan angka yang ditulis di atas kulit Jafar (anak kambing).
Pada suatu hari beliau kehilangan kitabnya yang berisi ilmu Jafar, beliau mencarinya sambil berkata Jafri (maksudnya kitab ilmu Jafarku). Maka mulai sejak itu beliau disebut Al-Jufri. Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri dilahirkan di Tarim dikaruniai lima anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ahmad, Alwi al-Khawas dan Umar.
Dari kelima anak yang terputus keturunannya adalah Muhammad dan Abdullah. Sedangkan tiga anak lainnya menurunkan keturunan Al-Djufri seperti: Al-Kaf, ash-Shafi dan Al-Bahar. Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri wafat di Tarim Tahun 860 H.
10. Djamalullail (جمال الليل)
Djamalullail adalah gelar untuk Imam Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (keturunan terputus) dan al-Imam Muhammad bin Hasan al-Mua'alim bin Muhammad Asadilah bin Hasan at-Turabi.
Gelar yang disandang beliau karena selalu mengisi malam harinya dengan ibadah sholat, membaca Al-Qur'an, shalawat, serta dzikir lainnya. Ini dilakukannya selama hidupnya karena itu beliau digelari Djamalullail.
Waliyullah Muhammad Djamalullail lahir di Kota Tarim dikaruniai 2 anak lelaki yaitu: Abdullah bin Muhammad Djamalullail. Dari kedua cucunya Abdullah bin Ahmad dan Muhammad bin Ahmad menurunkan Al-Djamalullail yang berada di Haddramaut, Makkah dan India serta sebagian di Aceh dan pulau Jawa.
Ali bin Muhammad Djamalullail menurunkan keturunan leluhur Al-Qadri, Al-Asiry, Al-Baharun dan Al-Junaid. Beliau wafat di Kota Tarim pada Tahun 845 H.
Imam Muhammad Al-Faqih Al-Muqoddam (574-653 H) sendiri adalah anak cucu dari Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir, keturunan Nabi yang hijrah pertama ke Yaman. Beliau generasi ke-8 keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Husain bin Ali, suami Sayyidah Fatimah Az-Zahra .
Bila kita berbicara mengenai marga-marga keturunan Nabi Muhammad di Yaman, maka kita akan tertuju kepada sosok Imam Muhammad Mauladawilah. Beliau memiliki anak bernama Imam Abdurrahman As-Saqqaf (Assegaf) yang menjadi payung dari semua marga-marga Habib di Yaman maupun di Asia Tenggara.
Dalam sejarah Hadhramaut Yaman, marga Habaib tertua ialah Assegaf yang merupakan gelar bagi Imam Abdurrahman bin Muhammad Al-Mauladdawilah (generasi ke-22 dari Rasulullah Muhammad SAW). Beliau wafat di Tarim pada 819 Hijriyah dan mempunyai 13 putra dan 7 putri.
Dari anak keturunan beliaulah lahir fam dan marga Habaib yang kini tersebar di Yaman maupun di Indonesia. Biasanya nama marga Habaib diambil dari gelar seorang ulama yang dihormati pada zamannya.
Di antara Habaib asal Yaman yang cukup masyhur kita kenal adalah Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (pengarang Ratib Al-Haddad); Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas (pengarang Ratib Al-Attas); Habib Abu Bakar Al-Adni bin Ali Mashyur; Habib Salim Assyathiri; Habib Ali Masyhur bin Hafizh (Mufti Tarim Yaman); Habib Umar bin Hafizh bin Syaikh Abu Bakar bin Salim, dan masih banyak lainnya.
Dalam buku "Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India dan Afrika" karya Sayyid Idrus Alwi Al-Masyhur, disebutkan ada 114 marga Habib tersebar di berbagai negara termasuk di Yaman.
Di Indonesia sendiri ada 68 marga Habaib yang eksis hingga sekarang. Populasi para Habaib ini mencapai jutaan orang tersebar di Yaman dan berbagai negara termasuk di Asia Tenggara.
Yaman memang dikenal sebagai kampungnya Dzuriyyah Nabi karena menjadi tempat Hijrah Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir (kakek buyut dari Imam Abdurrahman Assegaf) dari Basra Irak pada Tahun 319 H (898 M). Semula tanah Hadhramaut Yaman penuh dengan kaum Khawarij dan Syi'ah Zaidiyyah. Namun, berkat kehadiran dan dakwah para keturunan Nabi ke Hadhramaut, kaum Khawarij berputar haluan ke Mazhab Sunni Syafi'i.
Berikut 10 marga keturunan Nabi Muhammad SAW yang banyak di Yaman dirangkum dari berbagai sumber:
1. As-Saqqaf/Assegaf (السقاف)
2. Al-Atthas (العطاس)
3. Al-Aydrus (العيدروس)
4. Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim (ابن الشيخ أبى بكر بن سالم)
5. Al-Haddad (الحداد)
6. Al-Habsyi (الحبشى)
7. Syahabuddin/Shahab/Syihab (شهاب الدين)
8. Bin Sumaith (بن سميط)
9. Al-Jufri (الجفرى)
10. Djamalullail (جمال الليل)
Keterangan Marga:
1. As-Saqqaf/Assegaf (السقاف)
Yang pertama kali digelari as-Saqqaf ialah Waliyullah Imam Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah. Gelar as-Saqqaf (Aseegaf) ini disandang beliau karena menjadi pengayom para wali pada zamannya. Ketinggian derajat beliau dari para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap bagi rumah. Beliau dilahirkan di Tarim Yaman, dikaruniai 13 putra dan 7 putri meneruskan keturunannya yaitu: Abu Bakar as-Sakran, Alwi, Ali, Aqil, Abdullah, Husein dan Ibrahim. Imam Abdurahman as-Saqqaf wafat di Tarim tahun 819 H.
2. Al-Atthas (العطاس)
Mereka adalah keturunan Waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf. Pemberian gelar Al-Atthas dikarenakan keramatnya, bersin di dalam perut ibunya seraya mengucapkan Alhamdulillah, yang didengar oleh ibunya. Yang pertama kali bersin dalam perut ibunya yaitu Aqil bin Salim, saudara kandung Syaikh Abu Bakar bin Salim. Selanjutnya gelar itu dipakai anaknya bernama Abdurahman. Sedangkan anaknya bernama Muhammad dan Zein memakai gelar al-Aqil bin Salim. Bersin dalam bahasa Arab yaitu 'athasa dan orang yang bersin disebut Al-Aththas.
Waliyullah Abdurahman bin Aqil bin Salim dilahirkan di Kota Lisik. Beliau dikaruniai 5 anak lelaki, tiga di antaranya melanjutkan keturunan beliau, yaitu; (1) Abdullah, keturunannya berada di Yafi' (Hadhramaut). (2) Aqil, keturunannya al-Atthas al-Aqil (Khuraidhoh) (3) Umar (Sohib Ratib al-Atthas) keturunannya sebagian besar berada di Indonesia.
3. Al-Aydrus (العيدروس)
Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Dinamakan Al-Aydrus karena merupakan gelar pemimpin para wali dan nama yang agung untuk seorang sufi. Ada juga yang mengatakan nama Al-Aydrus berasal dari kata Utayrus yang dalam bahasa Indonesia berarti bersifat seperti macan atau singa.
Singa adalah raja hutan dan Aidrus adalah pemimpin para wali di zamannya. Beliau dilahirkan di Tarim pada Tahun 811 H. Dikaruniai 5 putra: Abu Bakar, Muhammad, Alwi, Syekh dan Husin. Dari kelima anak lelaki hanya 3 yang meneruskan keturunan yaitu:
(1). Alwi menurunkan keturunan al-Aydrus: al-Ahmad al-Muhtaji. Keturunannya berada di Bor, di Syam, di Dhafar (Hadhramaut) dan di Jawa.
(2). Husein menurunkan keturunan al-Aydrus, al-Umar bin Zain, al-Ismail, al-Hazem, ats-Tsiby, al-Ma'igab (yang menurunkan Ahmad Syarim, Hasan bin Abdullah, Abbas bin Abdullah, Waliyullah Habib Husein bin Abu Bakar, Luar Batang)
(3). Syaikh menurunkan keturunan al-Aydrus, ash-Shalabiyah dan Ali Zainal Abidin.
4. Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim (ابن الشيخ أبى بكر بن سالم)
Yang pertama kali dijuluki Syaikh Abu Bakar Bin Salim ialah waliyullah Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf. Gelar yang disandang karena beliau seorang guru besar dalam ilmu agama dan seorang pemimpin. Beliau adalah seorang sufi yang bergelar wali Quthub.
Syaikh Abu Bakar bin Salim lahir di Tarim pada tahun 919 H, dikaruniai 13 anak lelaki dan yang menurunkan keturunannya 9 orang anak, bernama: Husin, Hamid, Umar, Hasan, Ahmad, Soleh, Ali, Syaikhon, Abdullah. Dari anak-anaknya itu menurunkan keluarga al-Hamid, al-Muhdhar, al-Hiyyed, al-Khamur, al-Haddar, Abu Futhaim, dan Bin Jindan. Syaikh Abu Bakar bin Salim wafat di Kota Inat Tahun 992 H.
5. Al-Haddad (الحداد)
Yang pertama kali dijuluki Al-Haddad ialah waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari Al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi.
Selain beliau ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin yang terkenal mempunyai banyak pengikut dan menyebut Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan Al-Haddad (pandai besi). Orang-orang menyebut Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan Al-Haddad (penempa kalbu).
Waliyullah Ahmad Al-Haddad dilahirkan di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Alwi. Keturunan ke-31 dari Rasulullah SAW ialah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Sohib Ratib al-Haddad). Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bersaudara dengan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad.
6. Al-Habsyi (الحبشى)
Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dijuluki Al-Habsyi karena beliau sering bepergian ke Habasyah Afrika dan pernah tinggal di sana selama 20 tahun untuk dakwah Islam.
Waliyullah Abi Bakar bin Ali al-Habsyi lahir di Tarim, dikaruniai seorang anak laki yang bernama Alwi. Alwi mempunyai 5 orang anak lelaki, 2 di antaranya menurunkan keturunannya.
7. Syahabuddin/Shahab/Syihab (شهاب الدين)
Yang pertama kali dijuluki Syahabuddin ialah waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin bin Abdurahman bin asy-Syaikh Ali bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf. Syahabuddin ini gelar yang dinisbahkan kepada ulama yang terkenal dengan keluasan ilmu mereka dan mempunyai banyak mempunyai karya tulis pada zamannya.
Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan cucu beliau Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashghor adalah waliyullah yang terkenal dan pantas menggunakan gelar tersebut, maka keduanya diberi gelar Syahabuddin. Hal itu disebabkan keagungan dan keluasan ilmu mereka.
Setiap anak cucu Al-Habib Syahabuddin al-Ashghor disebut Bin Syahab kecuali beberapa keluarga mereka yang dikenal dengan gelar lain seperti Al-Masyhur dan az-Zahir. Adapun Aal-al-Hadi adalah anak cucu pamannya yaitu al-Habib Muhammad al-Hadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan anak cucu saudaranya al-Hadi bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar. Waliyullah Syahabudin al-Akbar lahir di Tarim dikaruniai 3 anak lelaki (1). Muhammad al-Hadi (2) Abdurahman al-Qadi bin Syahabudin al-Akbar dan (3. Syahabuddin bin Abdurahman al-Qadhi. Waliyullah Ahmad Syahabuddin al-Ashgor wafat di Tarim Tahun Tahun 946 H.
8. Bin Sumaith (بن سميط)
Yang pertama kali digelari al-Bin Sumaith ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih.
Gelar yang disandang beliau karena masa kecilnya dipakaikan oleh ibunya sebuah kalung dari benang yang biasa disebut Sumaith. Ketika sedang berjalan kalung itu jatuh dan sang ibu enggan berbalik untuk mengambilnya. Ibu dan puteranya berjalan terus dan membiarkan kalung itu tertinggal, sedangkan orang-orang yang menyaksikan kejadian itu mengira sang ibu tidak mengetahui kalau kalung anaknya jatuh dan berusaha memberitahu dengan berteriak Sumaith. Maka sejak itu anak tersebut dijuluki Semith.
Waliyullah Muhammad bin Semith lahir di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdullah yang menurunkan keturunannya di Tarim, Syibam, Taribah, Goroh (Hadramaut), Zanzibar dan Indonesia. Waliyullah Muhammad bin Semith wafat di Tarim Tahun 950 H.
9. Al-Jufri (الجفرى)
Orang pertama yang dijuluki Al-Jufri ialah waliyullah Abu Bakar bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Beliau dipanggil oleh datuk dari ibunya Waliyullah Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah dengan sebutan Djufratiy yang berarti anak kecil kesayangan berbadan gemuk dan kekar. Setelah dewasa ia menjadi seorang ahli dalam ilmu 'Jafar', suatu rumus-rumus menggunakan huruf dan angka yang ditulis di atas kulit Jafar (anak kambing).
Pada suatu hari beliau kehilangan kitabnya yang berisi ilmu Jafar, beliau mencarinya sambil berkata Jafri (maksudnya kitab ilmu Jafarku). Maka mulai sejak itu beliau disebut Al-Jufri. Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri dilahirkan di Tarim dikaruniai lima anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ahmad, Alwi al-Khawas dan Umar.
Dari kelima anak yang terputus keturunannya adalah Muhammad dan Abdullah. Sedangkan tiga anak lainnya menurunkan keturunan Al-Djufri seperti: Al-Kaf, ash-Shafi dan Al-Bahar. Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri wafat di Tarim Tahun 860 H.
10. Djamalullail (جمال الليل)
Djamalullail adalah gelar untuk Imam Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (keturunan terputus) dan al-Imam Muhammad bin Hasan al-Mua'alim bin Muhammad Asadilah bin Hasan at-Turabi.
Gelar yang disandang beliau karena selalu mengisi malam harinya dengan ibadah sholat, membaca Al-Qur'an, shalawat, serta dzikir lainnya. Ini dilakukannya selama hidupnya karena itu beliau digelari Djamalullail.
Waliyullah Muhammad Djamalullail lahir di Kota Tarim dikaruniai 2 anak lelaki yaitu: Abdullah bin Muhammad Djamalullail. Dari kedua cucunya Abdullah bin Ahmad dan Muhammad bin Ahmad menurunkan Al-Djamalullail yang berada di Haddramaut, Makkah dan India serta sebagian di Aceh dan pulau Jawa.
Ali bin Muhammad Djamalullail menurunkan keturunan leluhur Al-Qadri, Al-Asiry, Al-Baharun dan Al-Junaid. Beliau wafat di Kota Tarim pada Tahun 845 H.
(mhy)