Catatan Sejarah: 8 Faktor yang Membuat Pasukan Salib Meraih Kemenangan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:46 WIB
loading...
Catatan Sejarah: 8 Faktor...
Sesama kerajaan di Eropa bertekad bersatu melakukan Perang Salib. Ilusrasi: Ist
A A A
Perang Salib di Timur Tengah memakan waktu 269 tahun, dimulai dari tahun 1096 hingga 1365. Itu jika Perang Salib X dihitung. Jika tidak, maka selama 176 tahun, yaitu dari tahun 1096 hingga 1272.

Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut jika diringkas, faktor-faktor kemenangan pasukan Salib adalah sebagai berikut:

1. Bersatunya pasukan Salib karena faktor religiositas. Tanpa adanya Kepausan di Roma atau tanpa adanya Katolik , pasukan Salib tidak akan terwujud. Paus memegang peranan penting karena dialah yang menentukan dibentuknya pasukan Salib.



2. Hubungan antara paus dengan raja-raja di Eropa terjalin dengan baik. Kerajaan-kerajaan di Eropa sepakat mengirimkan prajurit sebagai bentuk taat mereka kepada perintah paus selaku pemimpin tertinggi dalam Katolik.

3. Sesama kerajaan di Eropa bertekad bersatu melakukan Perang Salib. Jadi mereka menghilangkan masalah dan ketegangan kerajaan-kerajaan yang berseteru, contohnya Inggris dengan Prancis .

4. Mendapatkan bantuan dari luar: pertama dari Byzantium (walaupun sama-sama beraliran Kristen, namun Byzantium bukan penganut Katolik), dan kedua dari Dinasti Ilkhan, kerajaan pecahan Imperium Mongol.

5. Melakukan pertempuran secara padu dalam satu kesatuan. Berawal dari Konstantinopel, pasukan Salib menaklukkan daerah demi daerah wilayah Islam hingga Yerusalem . Strategi seperti itu digunakan pasukan Salib I.

6. Berseterunya dinasti besar Islam yang menguasai wilayah di Timur Tengah termasuk Yerusalem yaitu Turki Seljuk dengan Dinasti Fathimiyah.



Kedua dinasti tersebut tidak tahu jika Eropa mengobarkan Perang Salib dan sibuk dalam urusan persaingan antara mereka sendiri. Pertempuran baik fisik dan politik mengakibatkan Turki Seljuk dan Dinasti Fathimiyah lemah.

Ketika pasukan Salib menyerang Anatolia, Turki Seljuk dalam keadaan lemah dan tidak siap menghadapi pasukan yang datang secara tiba-tiba.

Pasukan Salib bersama Kerajaan Byzantium menyerang Turki Seljuk di Anatolia karena membalas kekalahan di Pertempuran Manzikert pada tahun 1071.

Selisih selama 25 tahun tersebut yang membuat Turki Seljuk tanpa persiapan dalam Perang Salib tahun 1096. Begitu pula dengan Dinasti Fathimiyah di Yerusalem.

Kota tersebut hanya dijaga sejumlah pasukan. Jauhnya Kairo dengan Yerusalem membuat serangan Dinasti Fathimiyah tidak optimal dalam pertempuran Yerusalem yang berjalan selama sebulan lebih.



Dapat dikatakan pasukan Salib diuntungkan dengan datang lebih cepat. Faktor dalam perpolitikan Islam yang kacau inilah yang menjadikan kunci kemenangan pasukan Salib dalam Perang Salib I.

7. Pasukan Salib yang terdapat di Yerusalem dan sekitarnya merupakan pasukan Salib yang menetap dari Perang Salib sebelumnya dan pasukan yang baru didatangkan dari Eropa.

Jadi secara kuantitas pasukan Salib di Timur Tengah bertambah. Hal tersebut adalah kunci dalam memenangkan Perang Salib III dan IX.52

8. Pasukan Salib belajar budaya dan bahasa Arab. Hal tersebut menjadi kunci sukses dalam memenangkan Perang Salib VI melalui jalur perundingan.

Pada waktu itu budaya Arab atau Islam lebih tinggi dari Eropa. Selain itu sebagai pendatang, penguasaan budaya merupakan hal yang wajib dimiliki pasukan Salib, terutama pemimpinnya.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3468 seconds (0.1#10.140)