Mengapa Nashruddin Menunggang Keledai Secara Terbalik?

Kamis, 27 Agustus 2020 - 08:41 WIB
loading...
A A A
Dengan penuh kepatuhan mereka berbaris di belakang Nashruddin yang menunggang keledainya dengan menghadap ke belakang. Pada awalnya anak-anak muda itu kebingungan, pada akhirnya mereka ingat bahwa mereka tidak seharusnya menanyakan tindakan guru, bahkan yang terkecil sekalipun. Pada akhirnya mereka tidak tahan terhadap ejekan orang-orang yang lewat.

Melihat kesulitan mereka, Nashruddin berhenti dan memandangi orang paling berani dari mereka dan mendekatinya.

"Mullah, kami benar-benar tidak mengerti mengapa Tuan menunggang keledai secara terbalik?"

"Sangat sederhana," ucap Nashruddin, "kalian lihat, jika kalian berjalan di depanku, itu berarti kalian tidak menghormatiku. Di sisi lain, jika aku menghadapkan punggungku kepada kalian, ini berarti tidak menghormati kalian. Cara ini merupakan satu-satunya kompromi yang mungkin dilakukan." ( )

Bagi seseorang yang berpandangan tajam, memiliki lebih dari satu dimensi tentang hal ini, dan tentu cerita-cerita lainnya menjadi jelas. Jaringan pengaruh dari suatu cerita yang dialami pada tingkat-tingkat yang berbeda-beda sekaligus adalah untuk membangkitkan kapasitas batin bagi pemahaman terhadap suatu yang komprehensif, cara lebih obyektif dibanding yang mungkin dihasilkan oleh cara berpikir biasa, kaku dan tidak memadai.

Sebagai contoh, dalam cerita ini, Sufi melihat pada saat yang bersamaan, pesan-pesan dan kaitan-kaitannya dengan ranah wujud lain yang tidak saja membantunya dalam jalannya, tetapi juga memberikan kepadanya informasi positif. Sampai pada tingkatan kecil pemikir kebanyakan mungkin bisa mengalami (mutatis mutandis) perspektif-perspektif yang berbeda dengan mempertimbangkannya secara terpisah. ( )


Sebagai contoh, Nashruddin mampu mengamati para murid dengan cara duduk terbalik. Ia tidak peduli apa yang akan dipikirkan orang lain tentang dirinya, sementara para murid pemula tersebut masih peka terhadap pandangan publik dan (pandangan yang tidak berdasar pengetahuan).

Ia bisa saja menunggang keledai secara terbalik, tetapi ia tetap bisa mengendalikan, sementara mereka tidak bisa.
Nashruddin dengan merusak kebiasaan yang berlaku tersebut, meskipun menjadikan dirinya sendiri tampak konyol, sebenarnya tengah menyatakan bahwa ia berbeda dari orang kebanyakan. Juga karena ia telah berada pada jalan tersebut sebelumnya, ia tidak perlu menghadap ke depan untuk melihat ke mana arahnya. ( )

Sekali lagi, dalam posisi tersebut, meskipun tidak nyaman menurut standar kebanyakan, ia mampu menjaga keseimbangannya. Sekali lagi ia tengah mengajarkan dengan bekerja dan wujud, bukan dengan kata-kata.

Pertimbangan-pertimbangan semacam ini, yang diubah ke dalam bidang metafisika dan kemudian dijalani atau dialami secara bersamaan, akan menghasilkan keseluruhan dampak yang tersusun dari cerita Nashruddin terhadap mistikus yang tengah mengalami kemajuan spiritual. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3115 seconds (0.1#10.140)