Menembus Dunia Ekstra Dimensi

Minggu, 30 Agustus 2020 - 10:58 WIB
loading...
Menembus Dunia Ekstra Dimensi
Ilustrasi/Ist
A A A
Gulistan (Kebun Mawar) dan Bustan (Kebun Buah) karya Sa'di asy-Syirazi merupakan dua karya klasik Sufisme yang mengandung ajaran moral dan etika serta banyak dibaca orang di India , Persia , Pakistan , Afghanistan dan Asia Tengah. Pada masa hidupnya, Sa'di adalah seorang Darwis yang senantiasa berkelana.



Menurut Idries Shah dalam The Sufis , Ia pernah ditangkap bala tentara Perang Salib dan disuruh menggali parit sedemikian dalam. Ia juga mengunjungi pusat-pusat pengajaran di Timur dan menulis puisi serta prosa yang bernilai sangat tinggi.

Ia pernah belajar di perguruan tinggi Baghdad yang didirikan Nizham, Menteri Pengadilan Syah, sahabat Omar Khayyam.

Ia mempunyai ikatan dengan para Sufi dari Tarekat Naqsyabandiyah, mempunyai hubungan dekat dengan Syaikh Syahabuddin Suhrawardi, pendiri Tarekat Suhrawardiyah serta Najmuddin Kubra, Sang "Pilar Masa", salah seorang Sufi terbesar sepanjang masa.

Pengaruh Sa'di terhadap kesusastraan Eropa diakui sangat besar. Tulisan-tulisannya merupakan salah satu acuan dasar bagi Gesta Romanorum, buku induk berbagai legenda dan alegori di Barat.

Para sarjana (Barat) telah mencatat pengaruh-pengaruh Sa'di dalam kesusastraan, seperti dalam sastra Jerman. Penterjemahan karya-karyanya pertama kali ditemukan di Barat pada abad ketujuh belas. Akan tetapi, seperti kebanyakan karya Sufi lainnya, maksud yang terkandung dalam karya Sa'di hampir tidak dipahami sama sekali oleh para pengkaji sastra. Ini terbukti dalam sebuah ulasan tipikal dari seorang komentator masa kini.

Ulasannya memang bukan pendapatnya tentang Sa'di, namun merupakan indikasi pikiran di penanya: "Sangat diragukan apakah Sa'di benar-benar seorang Sufi. Sebab menurutnya pendidikan mengucilkan mistik."

Sebenarnya, menurut Idries Shah, dongeng-dongeng berisi nasehat, syair, analogi penuh makna yang ditulis Sa'di mempunyai multifungsi. Pada tatanan masyarakat, semua tulisan Sa'di merupakan suatu kontribusi yang besar terhadap pemantapan etika. Namun di antara para pengulas sastra Barat, hanya Profesor Codrington yang memahaminya lebih dalam:



"Alegori dalam Gulistan memang khusus (digunakan) para Sufi. Mereka tidak mungkin menyampaikan ajaran rahasia kepada orang-orang yang tidak terbiasa menerima atau menafsirkannya secara tepat, sehingga mereka mengembangkan suatu terminologi khusus untuk menguraikan rahasia-rahasia tersebut bagi para calon murid. Bilamana tiada kata-kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan-gagasan tersebut, maka ungkapan-ungkapan khusus atau alegori digunakan."

Bukan hanya orang-orang Barat yang menganggap bahwa pengetahuan batiniah (esoteris) dapat dipahami seperti menyantap hidangan di atas piring. Sa'di sendiri telah menjelaskan hal ini dalam salah satu ceritanya.

Ketika ia mengadakan perjalanan dengan beberapa temannya yang saleh ke Hijaz Arabia, seorang anak laki-laki dekat Oasis Bani Hilal mulai menyanyi dengan cara khusus sehingga unta milik seorang pencibir mistisisme menari, kemudian melarikan diri ke padang pasir. "Aku berujar," kata Syaikh Sa'di, "baiklah Tuan, Anda tetap saja diam, padahal lagu itu telah mempengaruhi seekor binatang sekalipun." (Bersambung)
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1291 seconds (0.1#10.140)