Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang Zuhud, Khulafaur Rasyidin Kelima

Minggu, 15 Desember 2024 - 13:30 WIB
loading...
A A A
Berbeda dengan banyak khalifah dinasti Umayyah lainnya, Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang tumbuh di bawah asuhan ilmu. Ia bertemu dengan beberapa tokoh dari golongan para tabi’in yang masih hidup dan belajar langsung dari mereka.

Tidak hanya dikenal sebagai ahli dalam berbagai macam pengetahuan agama, Umar juga terkenal akan kesalehannya. Dari seluruh deretan daftar khalifah bani Umayyah, Umar memang jenis berbeda. Sehingga pada saat ini menduduki tahta, semua orang seperti terkesima dengan apa yang terjadi.

Segera setelah dinobatkan sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz langsung melepaskan semua pakaian-pakaian mahalnya, dan menggantinya dengan pakaian murah. Kepada istrinya ia memerintahkan untuk melepaskan semua perhiasannya dan meletakkan di baitul mal.



Ketika Umar selesai memimpin upacara pemakaman Sulaiman bin Abdul Malik, anak buahnya langsung bergegas mempersilakan dirinya menggunakan kereta kencana yang merupakan kendaraan resmi khalifah. Tapi Umar menolaknya, dan memilih menunggangi keledai miliknya.

Ketika anak buahnya memintanya untuk menempati istana Damaskus, ia menolak, “di sana masih ada Ayyub bin Sulaiman dan keluarganya. Aku tidak akan menempatinya selama mereka masih ada di sana”. Umar pun memilih tinggal di tendanya.

Ath-Tabari menulis, tatkala Abdul Aziz bin Al Walid – sosok yang sedianya digadang-gadang menggantikan Al Walid, tapi rencana tersebut gagal dan Sulaiman akhirnya naik tahta – begitu mendengar berita wafatnya Sulaiman langsung bergegas menuju Damaskus.

Dia tidak mengetahui bahwa Umar bin Abdul Aziz yang ternyata naik menggantikan Sulaiman menjadi khalifah. Ia datang bersama pasukannya. Di Damaskus ia diterima oleh Umar dengan tangan terbuka. Umar lalu berkata padanya, bahwa ia tidak menginginkan kekuasaan ini. Kalau Abdul Aziz ingin mengambilnya, maka ia tidak akan menghalangi jalannya.

Umar lebih memilih menghindar, dan pulang ke rumahnya. Tapi mendengar penyataan Umar ini, Abdul Aziz malah berkata, “Tidak ada orang selain mu yang aku harapkan mengisi kekuasaan ini.”

Akbar Shah Najeebabadi dalam The History Of Islam memaparkan seperti terjadi revolusi, begitu Umar menjabat, semua kebijakan dari pusat kekuasaan Dinasti Umayyah berubah dan berbanding terbalik dengan sebelumnya.



Beberapa gubernur yang dianggapnya curang atau korup segera ia berhentikan. Termasuk apabila kecurangan itu terjadi pada kelompok non-Muslim, seperti yang terjadi di beberapa kawasan di Eropa.

Umar merombak banyak hal, termasuk permusuhan bani Umayyah terhadap Ahl Bait Rasulullah SAW. Salah satu contohnya adalah tradisi bani Umayyah yang mengharuskan para khatib mencaci maki Ali bin Abi Thalib ketika khotbah Shalat Jumat, Umar melarang kebiasaan buruk tersebut.

Tanah Fadak yang semula dieksploitasi oleh Bani Umayyah dikembalikan kepada Bani Hasyim sebagai hak atas Sayidah Fatimah binti Rasulullah SAW.

Tanah Fadak adalah tanah milik Rasulullah SAW yang beliau berikan kepada Sayidah Fatimah Az Zahra. Tanah ini kemudian dikelola, dan berdasarkan perintah Nabi SAW, hasilnya diberikan kepada kaum yang membutuhkan dari kalangan Bani Hasyim dan orang-orang yang membutuhkan lainnya. Ketika masa Dinasti Umayyah, tanah ini diambil oleh Marwan bin Hakam, dan Bani Hasyim tidak lagi mendapatkan bagiannya.

Menurut Akbar Shah Najeebabadi, rangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh Umar ini secara perlahan membuat gerah berbagai kelompok di kalangan bani Umayyah. Puncaknya adalah ketika Umar mencabut semua hak istimewa bani Umayyah atas masyarakat lainnya.



Harta-harta yang mereka kumpulkan selama ini dengan cara yang bathil dirampas dan dikembalikan ke baitul mal. Demikian juga dengan tanah dan jabatan yang mereka miliki. Semua diatur ulang secara proporsional.

Hal ini menuai protes dari banyak kalangan keluarga Umayyah yang selama bertahun-tahun mengenyam kemewahan sebagai ningrat kelas wahid di kalangan kaum Muslimin. Hingga akhirnya kesabaran mereka habis, dan mereka berkonspirasi untuk membunuh Khulafah Rasyidin kelima ini.

Membunuh Umar bin Abdul Aziz sebenarnya bukan perkara yang sulit. Ia tidak memiliki sistem pengawalan yang ketat. Ia berjalan-jalan sendiri di pasar dan di tengah-tengah masyarakat. Tidak ada satu mekanisme pengamanan khusus saat ia makan dan minum. Tapi pembunuhan ini harus terlaksana dengan mulus, tanpa melahirkan kegaduhan di tengah masyarakat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2958 seconds (0.1#10.140)