Golongan Pertama yang Dinaungi Allah di Hari Kiamat

Kamis, 13 Februari 2020 - 11:33 WIB
Golongan Pertama yang...
Golongan Pertama yang Dinaungi Allah di Hari Kiamat
A A A
Menjadi pemimpin adil itu memang berat, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengembannya. Allah Ta'ala menempatkan pemimpin adil sebagai orang pertama yang mendapat naungan-Nya pada hari kiamat .

"Orang pertama yang dipilih untuk diselamatkan di hari kiamat adalah pemimpin adil. Kenapa harus pemimpin adil? Karena pemimpin yang adil mampu menghadirkan suatu hal yang tidak bisa kita hadirkan," kata Dai muda Ustaz Hilmi Firdausi saat mengisi kajian di Masjid Permata Qalbu, Pos Pengumben, Jakarta Barat.

Para Sahabat Nabi ketika diangkat menjadi pemimpin, mereka langsung beristirja' mengucap kalimat "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali." (Al-Baqarah: 156)

Ustaz Hilmi Firdausi bercerita, ketika Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu (RA) diangkat menjadi pemimpin sempat berkata "musibah, musibah, musibah". Kemudian ketika Sayyidina Umar bin Khatthab RA wafat seharusnya yang diangkat menggantikannya adalah Sayyidina Abdurrahman bin Auf RA.

Namun, ketika Sayyidina Abdurrahman diangkat Beliau mengambil belati dan berpesan "Jika kalian ingin aku menjadi memimpin, maka sebaiknya kalian tusukkan belati ini sehingga aku menjadi orang mati". Sehingga para Sahabat bertanya kepada Sayyidina Abdurrahman "Jika engkau tak mau, maka tunjuklah di antara kami dan kami akan taat dengan pendapatmu". Maka ditunjuklah Sayyidina Utsman bin Affan RA menjadi pemimpin (khalifah ketiga).

Ketika Sayyidina Utsman ditunjuk banyak yang tidak menyukainya karena beliau lembut dan berbanding terbalik dengan Sayyidina Umar yang sangat tegas. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) pernah berpesan andai ada Nabi setelah aku, maka itu adalah Umar bin Khaththab RA karena itu setiap Umar berpendapat ikutilah.

Begitulah sahabat Nabi terdahulu selalu takut ketika akan menjadi seorang pemimpin. Berbanding terbalik dengan sekarang di mana ketika diangkat menjadi pemimpin membuat tasyakuran, mengadakan pesta dan lainnya.

Pemimpin dalam Islam itu Tugasnya 2, yaitu:
1. Menjaga Agama.
2. Mengurus Rakyat.

Sebagai contoh, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau memerintah Daurah Islamiyah hanya 2,5 tahun, namun kisah Beliau sangat fenomenal. Beliau adalah orang kaya, ketika diangkat menjadi khalifah beliau berpesan kepada istrinya: "Istriku aku telah diangkat menjadi khalifah, maka lepaslah perhiasanmu".

Sang Istri menjawab: "Kenapa wahai suamiku, inikan harta pribadi kita, tidak ada hubungannya dengan uang pemerintahan". Beliau menjawab, "Aku tidak ingin hartaku menjadi fitnah untuk keluargaku". Maka lebih baik engkau sumbanglah perhiasanmu ke Baitul Mal (rumah/tempat penyimpanan harta umat Islam atau disebut kas negara)."

Dikisahkan, ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkunjung ke Baitul Mal bersama anaknya. Anak beliau melihat buah-buahan yang segar dan membuatnya tergoda ingin memakannya sehingga dia memakan sebuah apel. Melihat itu Khalifah Umar langsung lari dan membentak anaknya untuk memuntahkan buah yang telah ia makan sampai anaknya memuntahkan apelnya.

Istrinya pun bertanya: "Wahai suamiku kenapa engkau sampai tega memarahinya?" Beliau menjawab: "Wahai istriku sesungguhnya aku lebih sayang kepada anakku karena aku tak ingin anakku memakan apa yang bukan menjadi haknya".

"Itulah pemimpin yang adil. Amanah dalam menjalankan kewajibannya. Jika seorang pemimpin menjalankan tugasnya dengan adil, maka surganya paling pertama. Kalau sekarang para pemimpin terlalu nikmat duduk sehingga malas untuk berdiri," terang Ustaz Hilmi Firdausi.

Bahkan ada seorang ulama meriwayatkan andai saja aku diberi satu doa yang afdhal, maka doa itu akan kutujukan kepada pemimpin yang adil. Selain pemimpin adil, Rasulullah juga menyebutkan ada enam hamba pilihan yang kelak dinaugi Allah di hari kiamat. Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ ,وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ,وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِد ِ,وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ,وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ,وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ,وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

"Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada Hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
1. Imam (pemimpin) yang Adil.
2. Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah Ta'ala.
3. Seorang yang hatinya bergantung ke Masjid.
4. Dua Orang yang saling mencintai di Jalan Allah Ta'ala. Keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
5. Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, "aku benar-benar takut kepada Allah Ta'ala."
6. Seseorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya.
7. Seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1908 seconds (0.1#10.140)